Jumat 16 Januari, jam 19:30, acara vesper dimulai dengan lagu special yang dibawakan oleh Bapak Wilson Tobing. Puji Tuhan untuk lagu yang merdu dan mempersiapkan untuk mendengar firman. Bapak Ramlan Sormin memulai renungan dengan membuka Kolose 4:6. Di ayat itu diuraikan bahwa dalam berkata-kata kita janganlah hambar. Kenapa ? Karena kata-kata hambar tidak ada manfaatnya. Semuanya jadi sia-sia, karena hambar. Kata-kata sia-sia yang diucapkan tidak menjadi berkat bagi orang lain. Malah bisa menjadi dukacita, batu sandungan, kekesalan, atau amarah bagi yang mendengar. Lalu bagaimana agar kita bisa mengeluarkan kata-kata yang manis dan menjadi berkat bagi orang lain ? Kolose 3: 15 mengatakan “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu…” Mengajak kita untuk membiarkan Yesus hadir dalam hati kita dan mengendalikan kita. Karena apa yang ada dalam pikiran dan hati, itu juga yang akan keluar sebagai kata-kata. Kalau pikiran diisi dengan yang baik, akan keluar yang baik dari mulut. Bila pikiran berisikan hal-hal yang kasar, maka akan meluncur kata-kata yang kasar dari lidah kita.
Bapak Ramlan menyampaikan beberapa tips agar kita bisa terapkan sebelum kita menyampaikan perkataan pada seseorang. Yang pertama, kita tanyakan apakah kata-kata yang mau kita keluarkan mengandung kebenaran. Cek dulu, sebelum kita berkata, apakah itu benar. Dan tidak saja benar, tapi apakah komplit kebenarannya, bukan hanya setengah-setengah saja. Lalu setelah kita cek bahwa apa yang kita mau sampaikan itu benar dan komplit, kita harus bertanya lagi, apakah perlu kita ucapkan kata-kata itu? Bisa jadi kata-kata kita benar, namun bila sebenarnya tidak perlu diucapkan, jangan diucapkan karena bisa menjadi hambar bagi pendengar. Dan sebagai filter terakhir yang baik sebelum kita berkata-kata, kita tanyakan apakah kata-kata itu cukup manis dan bisa jadi berkat bagi yang mendengar.
Lalu kenapa kita harus berhati-hati dalam berkata-kata ? Yang pertama, jelas, apa yang telah diucapkan tidak mungkin bisa ditarik kembali. Bila orang telah mendengar kata-kata kita dan kemudian sakit hati, maka kata maaf saja terkadang sudah terlambat. Terlanjur sakit hati. Terlanjur hambar kata-kata kita. Dan yang kedua, kenapa kita harus berhati-hati adalah karena Matius 12:36 mengatakan kita akan mempertanggungjawabkan setiap perkataan sia-sia yang keluar dari mulut kita di hadapan penghakiman terakhir nanti. Inilah yang membuat kita harus berhati-hati. Lalu bagaimana bila kita gagal ? Allah penuh dengan kasih. Dia mau menolong kita senantiasa. Mazmur 141 : 3 mengatakan “Awasilah mulutku, ya Tuhan, berjagalah pada pintu bibirku !” Kita diajak untuk minta pertolongan Tuhan untuk menjaga ucapan kita agar kita berhasil senantiasa mengeluarkan kata-kata yang baik. Puji Tuhan !