Bapak Ramlan menyampaikan beberapa tips agar kita bisa terapkan sebelum kita menyampaikan perkataan pada seseorang. Yang pertama, kita tanyakan apakah kata-kata yang mau kita keluarkan mengandung kebenaran. Cek dulu, sebelum kita berkata, apakah itu benar. Dan tidak saja benar, tapi apakah komplit kebenarannya, bukan hanya setengah-setengah saja. Lalu setelah kita cek bahwa apa yang kita mau sampaikan itu benar dan komplit, kita harus bertanya lagi, apakah perlu kita ucapkan kata-kata itu? Bisa jadi kata-kata kita benar, namun bila sebenarnya tidak perlu diucapkan, jangan diucapkan karena bisa menjadi hambar bagi pendengar. Dan sebagai filter terakhir yang baik sebelum kita berkata-kata, kita tanyakan apakah kata-kata itu cukup manis dan bisa jadi berkat bagi yang mendengar.
Lalu kenapa kita harus berhati-hati dalam berkata-kata ? Yang pertama, jelas, apa yang telah diucapkan tidak mungkin bisa ditarik kembali. Bila orang telah mendengar kata-kata kita dan kemudian sakit hati, maka kata maaf saja terkadang sudah terlambat. Terlanjur sakit hati. Terlanjur hambar kata-kata kita. Dan yang kedua, kenapa kita harus berhati-hati adalah karena Matius 12:36 mengatakan kita akan mempertanggungjawabkan setiap perkataan sia-sia yang keluar dari mulut kita di hadapan penghakiman terakhir nanti. Inilah yang membuat kita harus berhati-hati. Lalu bagaimana bila kita gagal ? Allah penuh dengan kasih. Dia mau menolong kita senantiasa. Mazmur 141 : 3 mengatakan “Awasilah mulutku, ya Tuhan, berjagalah pada pintu bibirku !” Kita diajak untuk minta pertolongan Tuhan untuk menjaga ucapan kita agar kita berhasil senantiasa mengeluarkan kata-kata yang baik. Puji Tuhan !