If I could catch a rainbow, I would do it just for you, and share with you its beauty, on the days you're feeling blue. If I could build a mountain, you could call your very own, a place to find serenity, a place to be alone. If I could take your troubles, I would toss them in the sea, but all these things I'm finding, are impossible for me. I cannot build a mountain, or catch a rainbow fair, but let me be what I know best, a friend who's always there. - Kahlil Gibran -
Tuesday, January 27, 2009
Tuhan Akan Sediakan
2 Korintus 9 : 8 “Lagi pula, Allah sanggup melimpahkan segala anugerah kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan dalam berbagai perbuatan baik.”
Pada suatu sore, ketika saya naik metro mini dengan teman saya, ada seorang pengamen dengan membawa sebuah gitar kecil naik ke bis yang kami tumpangi. Mendengar pengamen bernyanyi dalam kendaraan umum di kota Jakarta adalah hal yang lazim, namun ada hal yang berbeda dengan pengamen yang satu ini. Ia begitu sopan, salam pembukanya tersusun rapi. Ketika suaranya yang merdu mulai melantunkan baris demi baris syair sebuah lagu, saya jadi lebih tertarik lagi. Percakapan dengan teman seketika saya hentikan, saya coba menyimak syair lagu yang dibawakan. Segera setelah pengamen itu turun, cepat-cepat saya keluarkan kertas dan mencatat syairnya sebelum lupa. Inilah kalimat-kalimat yang sempat saya ingat. "Bekerja dan terus bekerja, tak kenal lelah dan tak kenal waktu. Gema adzan subuh, kami masih terlelap. Gema adzan dhuhur, kami sibuk bekerja. Gema adzan ashar, kami geluti dunia. Gema adzan mahgrib kami di perjalanan. Gema adzan isya, lelah tubuhku Tuhan. Tak pernah lagi kubaca firmanMu. Pantaskah surga untukku?".
Mendengar syair lagu di atas, saya jadi teringat sebuah singkatan yang pernah diungkapkan oleh seorang Pembawa Firman yaitu P 8 : "Pergi Pagi Pagi, Pulang Petang-Petang, Pendapatan Pas-pasan". Sebuah ungkapan yang kedengarannya lucu, tapi dimaksudkan untuk menggambarkan bagaimana sebagian besar dari kita mengisi jam-jam yang kita miliki dalam menjalani kehidupan ini. Alkisah adalah anak-anak burung yang sedang bertengger di atas sebuah cabang pohon yang tinggi. Di sampingnya ada induk burung. Mereka bernyanyi dan bersiul-siul sambil memandang ke bawah, melihat lalu lintas yang ramai dan orang-orang yang sibuk lalu lalang. Merasa heran dengan apa yang dilihatnya, anak burung bertanya kepada induknya : “Ibu, mengapa orang-orang di bawah sana begitu sibuk, dari pagi sampai sore, mereka berjalan hilir mudik, tak henti-hentinya?”. Lalu kata induk burung kepada anaknya, “Oh…. itu karena mereka tidak punya Bapa di surga seperti kita!”.
Ayat renungan hari ini mengingatkan kepada kita, bahwa Allah sanggup melimpahkan segala anugerah kepada kita, supaya kita senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam berbagai perbuatan baik. Kalau burung pipit saja Tuhan peliharakan, apalagi kita? Tidak ada hari yang tak dapat kita lalui, apabila ketika bangun pagi hari, pikiran kita yang pertama adalah bersyukur atas berkat-berkat pemeliharaanNya. Hari ini, mari kita percayakan hidup dan rejeki kita ke dalam tanganNya, Sumber kehidupan itu.
God is good all the time !