1 Tesalonika 5:22, “Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan.”
“Masih jam segini kita kecepetan deh kalo langsung ke TKP. Lagian, kita belum makan siang. Kita singgah makan siang dulu aja ya?” Ajakku kepada teman seperjalanan denganku pada sore itu. Waktu menunjukkan sekitar pukul dua sore hari. Mobil yang kami tumpangi meluncur ke salah satu restoran yang berada persis di jantung kota. Kondisi jalanan di dalam kota cukup padat namun tidak menyebabkan antrian terlalu panjang. Dalam hitungan sekitar lima belas menit setelah keluar dari jalan tol, kami pun memparkir mobil tepat di depan restoran yang buka saat itu. Tanpa berpikir panjang kami langsung memasuki restoran dan mengambil tempat di lantai dua di mana para pengunjung bebas dari asap rokok.
Mata kami pun fokus kepada daftar menu yang ada dihadapan kami masing-masing. Detik-detik berlalu, istri saya tiba-tiba berkata, “Papa … mau aku pesan menu makanan bakso super komplit aja ya? Atau Papa mau pesan makanan yang lain?” “Oh, iya itu juga gak apa-apa, enak juga kok. Ya udah pesan itu aja deh Mami”, jawabku merespons tawarannya. Akhirnya kami bertiga yakni saya, istri saya dan teman yang satu memesan menu makanan yang sama. “Kalian pesan apa? Bakso ya?” tanya salah seorang teman kepada kami bertiga. “Ya”, jawab kami serentak. “Aku pesan makanan selain bakso aja ah”, komentarnya lebih lanjut. Pesanan makanan pun secara lengkap telah disajikan, kami menyantap makanan dengan lahap. Wajar saya, karna jam makan sore itu telah melewati batas jam makan siang yang normal. Kami saling bercerita satu dengan yang lain. Satu hal yang menarik perhatian kami yakni ketika salah seorang sahabat kami bercerita, “Aku waktu kecil sampai SMA, hampir tiap hari makan daging sapi melulu Pak”, ujarnya sambil lanjut bercerita panjang lebar yang menceritakan kebiasaannya dari sejak kecil makan makanan daging sapi, membuatnya muak untuk makanan sejenis itu setelah ia dewasa saat ini. Tidak heran ia tidak tertarik dengan makanan bakso yang terbuat dari daging sapi. “Sedikit pun saya sudah gak tertarik Pak sama bakso atau sejenis daging sapi, walau sehebat apa pun cara memasak dan menyajikannya”, tandasnya menceritakan keteguhan sikapnya untuk tidak mengkonsumsi jenis makanan tersebut.
“Kalau saja kita bisa punya pendirian yang kokoh untuk menjauhi perbuatan jahat yang menyalibkan Tuhan seteguh pendirian bapak untuk tidak makan bakso, maka hidup kita akan jauh lebih baik dari sekarang ini”, pikir saya dalam hati sambil menganalogikan cerita itu ke dalam hidup saya. Andaikan kita telah bosan dalam perbuatan dosa dahulu kala, sehingga tidak sedikit pun keinginan hati kita muncul untuk mengulang perbuatan dosa tersebut, betapa berbahagianya saudara dan saya hidup hingga sekarang ini. “Rasa tidak tertarik” untuk hal-hal jahat dapat kita miliki ketika kita mengingat Yesus dan pengorbanan-Nya untuk hidupmu dan hidupku setiap saat, menantang saudara dan saya untuk membuktikan kasihmu kepada Khalik kita. Tuhan menolong kita untuk dapat menjauhi segala perbuatan dan pemikiran jahat dari dalam diri kita. Amin.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :