“Papa, aku mau handphone blackberry donk, kakak dibeliin blackberry kalo aku gak.” Permintaan ini telah berkali-kali mendarat di telinga saya. Anak kami yang bungsu ini sudah terlalu sering merengek-rengek meminta dibelikan handphone. Saya dan istri sudah sepakat memberikan hukuman kepadanya karena keteledorannya selama ini. “Gak! Kamu gak akan diberikan handphone sampai kamu bisa mengerti menjaga barang-barangmu sendiri. Sudah dua kali kamu menghilangkan handphone mu karena kamu menaruh di sembarang tempat. Yang kedua, jaga dan berhati-hati dengan mulutmu kalau berbicara sama orang tua. Jangan kasar!” Inilah jawaban saya dan istri menanggapi semua rengekannya selama ini.
Pagi itu adalah hari Minggu, seperti biasa saya dan istri lebih bersantai dan bangun lebih siang mengingat hari libur. Saya membangunkan istri saat waktu menunjukkan pukul 5.30 WIB pagi. Saya pun memulai obrolan dengan menceritakan berbagai hal dan bermuara pada pembahasan permintaan anak bungsu kami yang telah merengek sekian bulan lamanya dan permohonannya tak kunjung kami penuhi. “Jadi, gimana, apa Mama setuju kalau permintaannya kita penuhi dan handphone itu kita berikan saja pagi ini kepadanya? Tapi, Mami harus buat perjanjian dengan dia terhadap dua hal : 1) Sekali lagi menghilangkan handphone, maka tidak akan pernah kita berikan handphone lagi seterusnya, dan 2) Belajar ngomong lebih lembut kepada orang tua”, tanyaku kepada istri sekaligus menawarkan peraturan atau perjanjian yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak orangtua dan anak.
Istri saya pun mengangguk menandakan setuju atas perjanjian yang harus disepakati oleh anak kami. Handphone pun akhirnya diberikan istri saya kepada anak bungsu kami dengan perjanjian yang mengikat. Sepintas saya berpikir jangan-jangan saya dan istri terlalu keras dan kejam memberikan didikan dan ganjaran kepada anak kami ketika mereka tidak menurut. Namun di sisi lain saya berpikir justru hal itu harus dilakukan demi kebaikan anak-anak kami. Allah melakukan hal yang sama kepada bangsa Israel dahulu kala demikian juga kepada kita sebagai bangsa Israel rohani saat ini. Menurut maka akan diberkati, memberontak maka hukuman akan diberikan bahkan hingga mengalami kekalahan di medan pertempuran dan lebih buruk dari itu menjadi tawanan dan budak. Apakah Allah kejam? Sekali-kali tidak. Kasih-Nya menuntut Ia harus membuat peraturan yang jelas demi kebaikan umat-Nya. Ingatlah, Allah mengasihi saudara dan saya dalam segala hal walaupun kita mengalami kesulitan hidup dan penderitaan, Allah mau kita tetap percaya kepada-Nya. Menurut dan kita akan disayang. Amin.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :