Filipi 4:8, “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”
Sore itu matahari mulai menyembunyikan wajahnya di balik awan. Waktu menunjukkan pukul lima lewat tiga puluh menit. Saya sekitar empat puluh menit terlebih dahulu tiba di rumah, menyusul istri dan anak-anak saya. Mereka baru saja pulang berlebaran dari rumah kakak wanita tertua saya yang beragama Muslim. “Ayo, kita jalan. Adek, kita duluan ke mobil yuk biar nanti Mami dan kakak menyusul”, ajakku kepada si bungsu. Tidak lama berselang istri saya juga memasuki mobil dan kami berangkat ke pusat kota untuk berbelanja CD – compact disc yang berisikan software-software yang saya perlukan. “Papi, aku sama Adek ke sebelah sana ya, kami mau liat-liat CD lagu-lagu kali aja ada yang bagus”, kata istri saya sambil berjalan menuju ke lokasi yang mereka tunjuk.
Sementara saya telah selesai membeli keperluan, sambil menunggu istri dan anak saya, mata saya tertuju ke salah satu toko langganan saya yang telah lama saya tidak kunjungi. Toko itu dilengkapi dengan seluruh elektronik mulai dari telepon genggam, LCD projector dan berbagai media player elektronik lainnya. “Halo, Ko, apa kabar?” saya menyapa beliau sambil memasuki pintu tokonya. Sang pemilik toko dengan senyumnya yang khas menjawab, “Oh, kami baik-baik saja. Udah lama nih gak maen ke sini, apa ada yang perlu lagi mau di cari?” “Wah, kebetulan gak ada yang di cari sih, hanya kangen mau mampir aja”, jawabku. “Oh, iya gak apa-apa, silahkan duduk. Saya kirain lagi mau liat-liat HP atau Ipad dan sejenis elektronik lainnya, ada beberapa barang baru kebetulan”, lanjutnya berusaha mempromosikan barang-barang dagangannya. “Oh gitu ya. Kebetulan semua jenis yang Koko sebutkan tadi udah punya sih”, jawabku. “Hebat donk kalo udah punya semua”, komentarnya lebih lanjut. “Iya nih kebetulan aja kali lagi untung jadi bisa punya semua, gak tau kalo lagi apes”, lanjutku berkomentar.
Tiba-tiba dia berkata, “Eh Pak, jangan ngomong gitu. Yang jelek-jelek atau apes gak perlu diomongin, omongin yang bagus-bagus aja. Seolah-olah bapak mengaminkan hal yang apes juga, gak baik itu. Omongin yang baik-baik, biar nerima anugrah yang baik dari Allah. Gak ada kamus omongan negatif kalo untuk anak Allah”, katanya berkomentar lebih jauh. Saya jadi teringat dengan tulisan Firman Tuhan sesuai ayat roti pagi hari ini. Sesungguhnya umat Allah tidak pernah memikirkan hal-hal yang buruk, yang baik saja perlu diomongin supaya pikiran kita diisi dengan hal-hal yang baik saja, baik untuk kita bicarakan kepada orang lain, maupun ketika membicarakan orang lain hendaknya yang baik-baik saja yang kita bicarakan. Dengan membiasakan diri membicarakan perkara-perkara terindah, maka jiwa kita akan diisi dengan hal yang damai dan indah pula maka indahlah hidup ini kita lewati bersama dengan jaminan anugerah Tuhan menyertai kita setiap saat. Allah memberkati kita memiliki pikiran yang indah dan sedap untuk didengar. Amin.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: