Tuesday, September 06, 2011

MAKSUD HATI MEMELUK GUNUNG….

Amsal 16:9, “Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya.”


Aku terlahir ke bumi ini sebagai anak tertua di keluarga Ayah dan Ibuku. Allah memberkatiku dengan memberikan tiga orang adik yakni satu orang adik perempuan dan dua orang adik lelaki yang memberi warna tersendiri bagi kehidupanku. Aku bertumbuh dan berkembang dari sejak kanak-kanak hingga dewasa di salah satu kota yang ada di ibukota tanah air Indonesia, Jakarta. Hidup di kota besar metropolitan ini pun ternyata punya masalah dan daya tarik tersendiri, jika tidak pintar memilih teman sepergaulan dan mawas diri, bahaya tendensi melakukan kejahatan di ibukota sewaktu-waktu dapat menarik kita untuk terjun bahkan terjerumus ke dalam jeratnya. Tidak sedikit orang-orang yang sebaya dan sepermainan dengan saya yang gagal untuk meraih masa depan yang gemilang akibat korban lingkungan dan pergaulan yang tidak mendukung. Aku sangat bersyukur sebab Allah memberi kesempatan bagiku untuk menyelesaikan pendidikan sarjanaku walau harus mengungsi ke kota lain yang jaraknya kurang lebih sekitar 150 kilometer dari kota tempat saya dibesarkan.


“Ya Allah, ya Tuhan. Terima kasih untuk pekerjaan yang telah aku terima dari tangan-Mu. Aku menyadari bahwa sesungguhnya itu hanyalah kebaikan-Mu semata, bukan karena kepintaran dan pencapaianku. Bantulah aku, ya Allah agar aku dapat menabung uang hasil pekerjaanku hingga dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat Pasca Sarjana”, doaku saat merenungkan berkat dan kebaikan Tuhan sekaligus menyerahkan semua rencana dan kerinduan hatiku kepada-Nya. Aku pun bekerja sungguh-sungguh bahkan sampai empat tahun lamanya membaktikan diri di salah satu perusahaan sambil mengumpulkan dana untuk melanjutkan kuliah. Hari yang kunantikan pun tiba, “Pak, terima kasih untuk semua kesempatan kerja dan kerjasama yang telah terjalin. Mohon maaf yang sebesar-besarnya, atas satu dan lain pertimbangan saya memutuskan untuk berhenti bekerja di perusahaan ini terhitung sejak bulan depan”, demikianlah bunyi isi surat berhenti bekerja yang ku ajukan pada hari itu.


Bermodalkan dana tabungan hasil kerja selama empat tahun, aku pun telah berhenti bekerja dan sibuk dengan mencari kampus yang tepat untukku dalam melanjutkan pendidikan. Namun apa hendak di kata, dana tabungan yang dikumpulkan sekian tahun lamanya lenyap dalam waktu kurang lebih satu bulan saja diakibatkan penyakit yang menyerang tubuhku hingga dirawat di rumah sakit satu bulan lamanya. Alhasil, aku pun tidak pernah melanjutkan kuliah ke Pasca Sarjana, pekerjaan ku hilang, uang ludes dan jadilah aku sebagai penyandang status Pengacara (Pengangguran banyak acara) hingga beberapa bulan lamanya. Aku memikir-mikirkan yang baik bagiku menurut pengertianku sendiri, namun Allah mengijinkan perjalanan hidupku berbeda dengan yang aku rencanakan. Satu hal yang pasti hingga saat ini aku masih dapat bertahan hidup dan mencapai berbagai keberhasilan atas karunia dan kemurahan Allah yang pernah menguji ku dengan berbagai hal yang dapat mengancam imanku untuk tidak terpaut kepada-Nya. Dalam kesabaran dan penyerahan kita kepada-Nya, Allah mempersiapkan perencanaan yang jauh lebih baik hasilnya di kemudian hari bagi kita. Allah memberkati kita semua untuk tetap meyakini-Nya dalam segala perkara yang kita hadapi. Amin.


Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: