“Allah itu baik, Allah itu baik. Allah itu baik, sungguh baik bagiku”, terngiang dengan jelas syair lagu ini di telingaku. Bagaimana tidak? Allah tidak saja memberikan pekerjaan yang baru bagiku setelah aku enam bulan lamanya menganggur tanpa penghasilan sama sekali, namun Ia telah meminang seorang gadis cantik dan baik hati untuk kupersunting pada hari pernikahanku di bulan Oktober tahun 1985. Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan bahkan tahun demi tahun pun berlalu. Bagaikan gelombang air laut yang pada waktunya akan mengalami pasang dan surut, demikian perjalanan bahtera rumah tanggaku berlayar dari hari ke hari. Aku sudah bekerja beberapa tahun di perusahaan yang kedua dan sangat mencintai pekerjaanku saat ini bahkan berusaha melakukan pelayanan yang terbaik terhadap semua klienku.
Sore itu entah angin apa menghampiriku, tiba-tiba seorang rekan sejawat di kantor sebelumnya menelepon saya. Kisah ini terjadi tepat di akhir tahun setelah empat tahun usia pernikahan saya. “Hello, kawan. Apa kabar? Ke mana saja kamu selama ini, susah banget tau aku mencari kamu”, tegur sapa sahabat kantor saya di perusahaan sebelumnya. “Saya baik-baik saja dan di sini gak ke mana-mana kok. Apa yang bisa saya bantu?” responsku kepadanya dalam pembicaraan kami lewat telepon. “Oh, jelas ada yang perlu donk makanya aku sampe setengah mati cari-cari telepon kamu”, tegas sang sahabat. “Tolong kamu telepon bapak yang dulu menjadi klienmu, ada yang penting dia ingin bicarakan sama kamu. Dia selalu menanyakan kamu ke saya”, lanjutnya menerangkan. Saya pun mencatat nomor telepon bekas klien ini yang tinggalnya di kota yang berlainan dengan tempat tinggal saya.
Betapa terkejutnya hati saya ketika menerima tawaran pekerjaan mengelola perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh sang bapak mantan klien saya dahulu. Paket remunerasi yang jauh dari memuaskan pun ia berikan termasuk rumah dinas dan kendaraan bahkan saya mendapatkan dispensasi khusus untuk bekerja selama lima hari dalam seminggu sementara karyawan lainnya harus bekerja enam hari seminggu lamanya. Saya pun segera mengiyakan tawaran pekerjaan itu dan siap untuk bekerja di perusahan yang baru bulan mendatang. Hubungan baik, tata krama atau sopan santun yang saya tunjukkan kepadanya selama ini ternyata membawa arti yang tak ternilai. Telepon yang saya lakukan pada hari itu ternyata telepon wasiat karna sang bapak telah menaruh kepercayaan kepada saya. “Kamu jujur menjalankan tugasmu selama saya menjadi klienmu”, kata sang bapak menegaskan alasan mengapa ia memilih saya untuk mengelola unit usaha yang ia kembangkan. Saudaraku, mari kita jaga nama baik kita, nama baik sebagai manusia yang terdidik bahkan nama baik kita dalam menyandang predikat sebagai anak-anak Allah harus menjadi panutan dan menarik minat dan kepercayaan orang lain kepada kita, maka nama Kristus akan ditinggikan oleh banyak mahkluk yang bernafas di bumi ini. Semoga kita dapat mempertahankan identitas, integritas, reputasi, moral yang baik atau nama baik kita dan Allah kita dalam perjalanan hidup yang kita lewati setiap hari. Amin.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada Sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :