Matius 24:4, Jawab Yesus kepada mereka: “Waspadalah supaya jangan ada yang menyesatkan kamu!”
“Kau .. berangkat jam brapa? Bisa aku ikut kau? Pertanyaan ini masuk melalui blackberry messenger saya pukul 9:12 WIB pada pagi hari. Hari itu tepat hari Selasa, kalender merah hari libur nasional. Saya sedang sibuk bertelepon kepada beberapa orang guna mengkoordinir perjalanan saya bersama beberapa anggota jemaat ke luar kota untuk melayat. “Aku coba atur dulu kalo gitu bang, nanti kukabarin” jawabku kepada teman segereja melalui media yang sama. Beberapa menit berlalu, telepon saya tersambung kepada teman gereja yang lain, “Broer, kita mau melayat ke luar kota sehubungan dengan berita yang masuk melalui milis gereja, apa elu bisa ikut?”
Wah begitu ya. “Kita udah rencana mau keluar rumah juga nih sebenarnya”, jawabnya lewat telepon sambil bingung hendak mengatakan apa. “Ya udah, kalo elu ntar mau ngikut infoin ke gua ya, supaya gua tau ngatur perjalanan ke sana”, nasihatku kepadanya. “Ok, Broer nanti ku kabarin deh secepatnya gua jadi ikut atau gak”, ia kembali meresponsku lewat telepon. Siang itu waktu menunjukkan pukul 12.37 WIB. Saya mengadakan perjalanan ke luar kota ditemani istri dan kedua teman gereja yang telah setuju untuk berangkat bersama. Perjalanan sore itu cukup lancar sehingga memungkinkan kami menempuh kota yang jaraknya sekitar 120km dari kota Jakarta dalam waktu relatif lebih singkat dari biasanya. Sesekali terjadi antrian di jalan tol karena ada perbaikan jalan yang sedang berlangsung. Akibatnya jarak antara mobil yang kami kendarai dengan mobil yang di depan maupun belakang kami cukup dekat. Hal ini mengundang sensor mobil yang kami tumpangi berbunyi, “bip … bip … bip … bip … bip … bip” berkepanjangan bahkan tidak berhenti selama dalam antrian tersebut. “Bunyi apa itu?” tanya salah seorang rekan kami dalam mobil. “Oh, itu sensor yang menandakan ada benda yang berjarak sangat dekat dengan mobil kita baik yang berada di depan maupun belakang mobil kita ini, sehingga kita tau bahwa ada orang lain di sekitar kita sekaligus mengajak kita waspada”, jawabku menerangkan lebih lanjut.
“Oh enak donk kalo gitu, kita bisa tau apa yang ada di sekitar kita untuk lebih mawas diri. Kemungkinan kita untuk celaka atau nyenggol bahkan nabrak jadi lebih minim”, jawab sang teman seperjalanan pada sore itu. Andaikan kita memiliki alarm yang sama seperti alarm mobil tersebut, tatkala dosa mendekat dan kita sedang akan terjerumus ke dalamnya, lalu alarm kita berbunyi yakni bisikan suara Roh Kudus, lalu kita dapat mengambil sikap lainnya yang menjauhkan kita dari dosa itu. Tentu Allah berbahagia ketika kita dapat mengenal suara alarm Roh Kudus yang selalu berbisik ke telinga kita untuk memberikan sinyal “boleh” atau “tidak boleh” melakukan apa yang sedang kita pikirkan dan rencanakan untuk kita kerjakan. Renungan pagi ini menasihatkan kita untuk “waspada” agar tidak terjerumus ke dalam dosa dan kekeliruan. Waspada yang dimaksud bukan berarti kita hanya tinggal diam, namun merespons setiap bisikan Roh Kudus yang hampir kepada kita serta mengikuti nasihat bisikan itu. Selamat bekerja, semoga anda dan saya dapat mengenal suara alarm Roh Kudus dalam hidup kita. Amin.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :