Markus 10:21, “Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kau miliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”
“Mami, aku itu paling gak habis pikir kalo ngeliat cara hidup kita kakak beradik ini. Prihatin rasanya ngeliat mereka kelihatannya gak peduli sama kakak beradik yang lebih miskin, hanya urus diri sendiri. Sadar gak sih mereka, kalo apa yang mereka sedang lakukan ini berarti mereka sedang mengajarkan suatu teladan yang buruk, serta kemungkinan hal seperti ini jualah yang anak-anak mereka akan lakukan ke orang tua mereka kelak”, demikian saya memulai pembicaraan dalam sebuah perjalanan kami sekeluarga ke luar rumah untuk rileks sejenak dari aktifitas sehari-hari. Sejenak terdengar bunyi desauan angin dari luar kendaraan yang kami kendarai saat kendaraan kami melaju tanpa hambatan di jalan sore hari itu.
“Gak semua orang sadar atas apa yang dia lakukan saat ini”, tiba-tiba istri saya merespons pembicaraan saya sebelumnya. “Mereka gak merasa harus memperhatikan orang-orang lain, sementara untuk kebutuhan mereka sendiri masih banyak yang belum terpenuhi sesuai rencana dan selera mereka masing-masing. Gak banyak orang bahkan dari antara kakak beradik yang punya pola pikir yang sama seperti kamu berpikir, urusin inilah, pikirin yang itulah, bantu sana bantu sini”, lanjut istri saya berkomentar. “Mami, seratus ribu rupiah buat kita mungkin kurang berarti untuk membeli banyak hal, namun seratus ribu rupiah buat keluarga yang miskin, itu sudah bisa membeli beras berapa kilogram, lalu udah berapa hari mereka bisa lepas makan”, kembali saya menegaskan pernyataan saya sebelumnya kepada istri sambil memberikan perbandingan yang lebih masuk akal menurut pemikiran saya.
“Kerjakanlah apa yang benar dan baik untuk menolong keluarga yang lebih miskin, menurut kamu. Jangan paksakan orang lain harus melakukan hal yang sama dengan kamu, walau itu mungkin kakak maupun adik kamu”, omongan ini terucap dari istri saya dan saya berpikir benar atas pandangannya. Saudaraku, betapa kita sering membicarakan kasih di antara sesama kita, namun kita sering gagal menerapkan kasih itu dalam hidup kekeluargaan kakak beradik. Adalah mudah bagi kita untuk menolong orang lain yang tidak sekerabat dengan kita, karena pujian itu mampir ke telinga kita, namun mata kita tertutup untuk keluarga dekat yang hidupnya sengsara dan membutuhkan pertolongan, tetapi pertolongan kita dihalangi oleh tembok kekikiran, pelit dan senang untuk tampil sebagai kakak maupun adik yang lebih unggul dibandingkan kakak maupun adik yang lain. Ingatlah ayat kita hari ini, renungkanlah! Jangan biarkan kekikiran dan ketidakpedulian kita kepada sesama manusia teristimewa keluarga dekat kita, akan menghalangi perbuatan baik kita lainnya untuk diperhitungkan sebagai kebenaran dan buah penurutan serta bukti kasih kepada Allah. Apa gunanya seseorang memperoleh dunia ini, tetapi ia kehilangan nyawanya? Semoga Allah menolong kita menjadi berkat bagi keluarga dan orang lain. Amin.
Mari kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat kita dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini :