Mazmur 71:8, “Mulutku penuh dengan puji-pujian kepada-Mu, dengan penghormatan kepada-Mu sepanjang hari.”
Setiap hari dalam keadaan lelah pulang dari kerja, saya harus sediakan makanan untuk anak-anak dan suami yang juga dalam keadaan lelah pulang kerja dan pulang sekolah. Maklum kodrat sebagai seorang Ibu dan tugas sebagai seorang istri, tetap bertanggung jawab untuk urusan dapur walaupun saya dan suami sama-sama bekerja, ditambah dengan pembantu yang tidak tersedia di rumah kami, sehingga semuanya menjadi tanggung jawab saya sepenuhnya. Satu kali persediaan makanan di rumah hanya sedikit. Apa yang dapat saya lakukan pada malam yang melelahkan itu hanyalah memasak nasi goreng ditemani dengan beberapa butir telur dan bumbu yang serba pas-pasan. Yang jelas jumlah butiran telur dan bumbu yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah nasi yang hendak digoreng untuk disantap oleh empat orang.
Kini masakan pun tersedia dan siap untuk disantap. Suami dan anak-anak menyantap makanan dengan lahap sementara saya hanya makan sedikit sambil berkata dalam hati, “Hmmm … nasi goreng yang ku masak kali ini kurang enak, karena bumbunya pas-pasan, masaknya terburu-buru belum lagi tubuh terasa dalam keadaan lelah.” Tiba-tiba saya mendengar suami berkata, “Wow … nasi gorengnya enak sekali.” Saya hanya terdiam merasa pujian itu tidak sesuai. Salah satu anak kami pun bertanya, “Pa... apa memang Papa senang makan nasi goreng yang garamnya hanya sedikit dan tidak terasa seperti nasi goreng?” Suami saya pun balik menjawab, “Oh iya... karna kalau terlalu asin dan pedas kita tidak sehat, dan yang paling penting lagi kita senang walaupun Mama dalam keadaan lelah dia tetap menyediakan makanan untuk kita.”
Betapa hati saya bersyukur untuk suami yang Tuhan berikan kepada saya. Ia mensyukuri setiap usaha yang saya lakukan gantinya melihat kekurangan yang ada atas seluruh usaha yang telah saya lakukan itu. Alangkah baiknya dan indahnya jikalau sikap seperti suami saya dapat diperlihatkan oleh setiap pribadi baik di dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan gereja. Menerima dan melihat sisi positip seseorang dalam kesalahan yang dilakukan gantinya menyerang kesalahan dan kegagalannya itu sambil kita membantu orang lain untuk melihat kesalahan yang ia telah lakukan dan mengundang ia untuk bertobat sebagai wujud dari hidup saling mengasihi yang berasal dari Kristus. Menghargai jerih payah orang lain adalah baik walaupun mungkin jerih payah itu hasilnya tidak maksimum dan ada kesalahan didalamnya, sebab tiada seorang pun kita yang dapat menghasilkan sesuatu yang sempurna seutuhnya. Naikkanlah puji-pujian dan penghormatan kepada Allah setiap hari sebagai wujud terima kasih dan syukur kita atas kasih karunia-Nya, sebab hidup yang kita miliki adalah anugerah dari Tuhan. Mari membiasakan diri untuk saling menghargai satu dengan yang lain dalam segala kelemahan dan kekurangan diri kita, maka kita kelak mampu menghargai Allah dalam seluruh rangkaian hidup kita. Amin.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :