Monday, October 03, 2011

Perhatian kepada Sang Nenek

Roma 12:21, “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!”

Kalau ada orang yang paling menentang akan pernikahan kami, dialah Ibu mertua saya. Ia menganggap saya adalah penghalang bagi anaknya untuk kembali kepada imannya yang semula. Pada saat anak pertama kami berusia 4 tahun, Ibu mertua saya datang mengunjungi kami dan tinggal beberapa lama bersama kami. Suatu hari, karena kami berdua berkerja, Ibu mertua saya tinggal di rumah bersama anak kami, baby sitter dan seorang pembantu. Anak kami rupanya melihat wajah neneknya yang murung dan dia pun bertanya kepada neneknya, “Nenek sakit ya?” Tanpa menungggu jawaban anak kami mengambil tikar dan bantal lalu dibentangkan di depan TV. Ia pun meminta neneknya tidur di tikar yang sudah dia sediakan lalu TV dinyalakan. Ia kemudian bertanya lagi kepada neneknya, “Nenek pusing ya”, lalu dia tempelkan salonpas pada kedua pelipis neneknya. Ia pun kembali berkata kepada Neneknya: “Nek, saya urut ya kakinya.” Anak kami kemudian mengurut kaki Neneknya.

Sepulang dari kerja, mertua saya bercerita kepada suami saya. Suami saya senyum-senyum sambil memeluk anak kami. Pembantu dan baby sitter pun menceritakan hal yang sama kepada saya. Saya senang dan bangga melihat anak yang masih kecil bisa melayani Neneknya dengan baik. Beberapa waktu kemudian, Ibu mertua saya mengundang anak-anaknya datang ke rumah kami untuk tutup dan buka tahun. Dalam acara keluarga itu, Ibu mertua saya membuat satu pernyataan yang sama sekali tidak kami duga. Dia memberikan kesaksian kepada anak-anaknya, bagaimana anak kami yang pertama ini, yakni cucunya yang telah memperlakukan dia dengan sangat baik walaupun keluarga kami memiliki iman yang berbeda dengan Ibu mertua saya. “Saya belum pernah mendapatkan perhatian yang sedemikian baik dari cucu-cucunya yang lain yang sebenarnya saya sangat harapkan”, komentar Ibu mertua saya pada kesempatan itu. Bahkan yang lebih mengejutkan kami, Ibu mertua saya mengatakan: “Kalian semua tidak boleh marah atau cemburu jika dia memberikan warisan yang lebih baik dan lebih banyak kepada anak tertua kami.”

Saudara yang kekasih, kami sangat bahagia malam itu bukan karena harta yang dijanjikan bagi anak kami, tapi kami bangga memiliki seorang anak yang sudah bisa melayani orang lain dengan memberikan kebaikan hatinya dengan tulus, tanpa kita sadari dia sudah mengabarkan kasih Allah melalui perilakunya. Suatu bukti, jika kita menanam kebaikan maka kita akan menuai kebaikan. Doa kami bagi anak-anak kami agar mereka menjadi pelayan-pelayan Tuhan di dalam kehidupannya dengan memberikan materi, waktu dan talenta yang mereka telah terima dari Tuhan Allah kepada orang-orang yang membutuhkan. Amin.

Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :