Dalam satu kesempatan libur akhir pekan, seperti biasanya kami pergi berjalan-jalan menghabiskan waktu bersama anak-anak kami. Tempat-tempat yang biasa kami kunjungi adalah selain tempat bermain anak-anak juga menyempatkan diri untuk mengunjungi toko buku dan membeli buku-buku bacaan kesukaan mereka. Setelahnya biasanya kami makan siang bersama dengan menu pilihan mereka dan tidak lupa mengunjungi tempat tinggal kakek dan nenek mereka sebelum akhirnya pulang ke rumah. Akan tetapi tujuan pertama kami hari itu adalah bertemu kerabat kami yang telah lama meminta kami mengunjungi tempat tinggal mereka. Anak-anak begitu gembira saat mereka bertemu dan bermain bersama dengan teman sebaya mereka. Tak berbeda dengan kami, pertemuan singkat tersebut kami gunakan untuk bercengkrama dan bercerita banyak hal tentang masa lalu, tak urung membuat kami geli dan tertawa terbahak bersama-sama. Tiba saatnya kami meninggalkan kediaman kerabat kami tersebut dan menuju tempat berikutnya.
Masih terbayang keceriaan pertemuan tadi, ketika anak kami yang tertua bertanya ke mana tujuan perjalanan selanjutnya. Saya dan suami masih terlibat pembicaraan ketika dia bertanya untuk yang kedua kalinya. Saya dan suami coba menenangkannya dengan memberikan jawaban singkat, namun tampaknya anak kami ini belum puas dengan jawaban yang kami berikan. Seakan tidak percaya, dia mengulang kembali pertanyaan yang sama sambil sesekali meraih bahu kami dari belakang seakan meminta jawaban yang pasti akan tujuan perjalanan selanjutnya. Pertanyaan anak kami yang berulang-ulang dan terkesan sangat mendesak kami, hampir membuat saya dan suami hilang kesabaran. Pada kenyataannya, kami tidak sedikit pun mencoba untuk menggagalkan rencana perjalanan yang biasa kami lakukan sebelumnya, hanya saja kami tidak segera menjawab pertanyaan anak kami tentang rencana perjalanan selanjutnya.
Tanpa kita sadari, terkadang kita juga melakukan hal serupa terhadap Allah kita. Bertanya berulang-ulang seakan mendesak DIA untuk menjawab doa dan permohonan-permohonan kita. Ketidak-percayaan kita terhadap pemeliharaan-Nya membuat kita seolah-olah menjadi guru bagi-Nya. Mengatur segala sesuatu menurut akal dan pikiran manusia gantinya menyerahkan segala sesuatu ke dalam pimpinan tangan-Nya. Hal tersulit yang seringkali kita lakukan adalah mengakui siapa DIA. Sehingga dalam banyak kesempatan seringkali kita melupakan DIA, meragukan kuasa tangan-Nya, serta tidak melibatkan DIA dalam setiap rencana kehidupan kita. Ketidak-percayaan kita terhadap DIA dapat mempengaruhi segala aspek kehidupan kita, bahkan lebih jauh memberikan ruang agar menjauhkan kita dari DIA dan mempercayai kuasa ilah lain serta mencari perlindungan dari mereka. Saudaraku, mari serahkan hidup kita kepada-Nya, percayai DIA sepenuhnya, biarkan DIA yang bertindak atas hidup kita, karena hanya melalui DIA-lah segala sesuatu di muka bumi ini akan berjalan dengan baik adanya. Amin.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :