Waktu menunjukkan kira-kira pukul tujuh kurang dua puluh menit di pagi hari. Rombongan berjumlah enam orang yang terdiri atas tiga orang pria dan tiga orang wanita telah berada di dalam mobil. Mobil pun mulai meluncur keluar dari salah satu kompleks perumahan elit di kawasan Bekasi dengan terlebih dahulu menyerahkan perjalanan kami dalam doa memohon perlindungan dari Tuhan. Situasi perjalanan di sekitar kompleks perumahan cukup dipadati dengan orang-orang yang naik sepeda, berjalan kaki dan bahkan para pedagang yang menggunakan kereta dorong karena hari itu hari libur, biasanya banyak orang berkesempatan berolah raga di sekitar wilayah tersebut.
“Mata kita harus awas terus nih untuk perhatiin speedometer mobil Pak. Kalo gak gitu ntar kita gak sadar aja kalo mobil udah meluncur dengan kecepatan 160km/jam. Bapak duduk di depan untuk ngeliat jalanan di sebelah kiri, aku dari belakang bapak yang ngeliatin speedometer”, demikian komentar salah seorang bapak yang duduk di kursi tengah bagian kiri. Ia berkomentar demikian hanya untuk memastikan sang supir konsentrasi dan awas terhadap kecepatan kendaraan yang ia kendarai. “Oh iya betul Pak, jangan sampe ntar kebablasan karna kita gak perhatiin, supir bawa mobil udah lari berapa ntar”, jawab sang navigator yang duduk di sebelah kiri supir. “Makanya kita gak boleh tidur nih sepanjang jalan”, balas sang bapak yang memiliki tiga anak tersebut.
Perjalanan kami lalui cukup menyenangkan, walaupun jumlah kendaraan yang meluncur di jalan tol pagi itu cukup ramai di luar dugaan kami mengingat hari libur dan masih pagi hari. Kendaraan meluncur sesekali dengan kecepatan 140km/jam dan saat beberapa kali supir hendak menyalib kendaraan lainnya baik dari sebelah kanan maupun dari sebelah kiri jalan, tiba-tiba aba-aba mengatakan, “Ups, jangan … jangan … ada truk.” Navigator juga sering mengatakan, “Iya sebelah kiri bebas, kita bisa masuk”, demikian dan seterusnya sang navigator yang duduk di sebelah kiri supir ikut mengawasi situasi perjalanan kami demi memastikan perjalanan kami selamat tiba di tujuan. Yesuslah, sang Navigator itu! Sesungguhnya IA selalu berada disamping kita untuk memberikan petunjuk arah dan bimbingan ke mana kita seharusnya melangkah, apa yang seharusnya kita lakukan. Ironisnya, kita sering mengabaikan petunjuk yang diberikan sang Navigator yang Baik Hati itu dan kita mendapat celaka. Dengarlah suara sang Navigator Ajaib kita itu, ijinkan DIA memberi arahan kepada tujuan hidup kita dan kita akan selamat hingga di tujuan, yakni Yerusalem Baru yang penuh kedamaian dan sukacita itu. Allah memeliharakan kita semua. Amin.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :