Beberapa hari yang lalu, hatiku gembira bercampur sedih. Gembira karena putri kami telah Allah peliharakan selama sebelas tahun dan saat itu ia merayakan ulang tahunnya yang ke-sebelas. “Kakak, tolong kakak ambil kue ulang tahun Adekmu dari kulkas biar Papi ambil kotak kue sekaligus dengan pisau dan lilin ulang tahun”, bisikku kepada anak kami yang tertua. Saya dan anak kami yang tertua masing-masing beranjak dari tempat duduk menuju ke arah yang berbeda dan kembali ke meja yang sama. Masing-masing kami memberikan ucapan selamat ulang tahun bagi anak kami yang kedua dan diakhiri dengan harapan-harapan yang hendak disampaikan oleh yang berulang tahun.
Doa untuk mezbah keluarga di pagi hari sekaligus doa ucapan syukur dan penyerahan bagi anak kami yang berulang tahun pun kami layangkan. Saya mendapatkan giliran untuk mendoakan anak kami. Air mata tak terbendung saat doa kami layangkan, yakni air mata sukacita atas berkat dan kebaikan Tuhan memberikan keturunan bagi saya dan istri bahkan tanpa terasa telah bertumbuh dewasa saat ini. Namun, tidak dapat berlalu dari pikiran saya nasib yang menimpa salah seorang kakak yang sangat kami kasihi. Terbayang di dalam pikiran saya, seorang yang dikenal baik, bertanggung jawab dan rela berkorban demi kemajuan adik-adiknya bahkan memiliki masa lalu yang kurang menyenangkan sebagai anak tertua dilahirkan dari keluarga kurang mampu, menanggung beban penderitaan yang amat besar sepanjang hidupnya.
Kendati ia dapat bertahan hidup hingga saat ini bahkan mengecap bangku pendidikan yang patut dikatakan sangat tinggi, bagi saya cukup menyedihkan nasib yang menimpa dirinya hingga saat ini. Sering muncul pertanyaan dalam diri saya tatkala saya mengingat nasib kakak saya, “Mengapa Allah membiarkan semua ini menimpa dirinya, seolah-olah tiada kesempatan Allah berikan baginya untuk mengecap kebahagiaan hidup ini?” Air mataku bercucuran mengingat penderitaan hidup yang dia alami hingga saat ini. Doa dan permohonanku kepada Allah hanyalah, “Ya, Allah, kalaupun Engkau tidak memberikan kebahagiaan yang sama seperti kami adik-adiknya terima dari tangan-Mu, biarlah Engkau memenangkan imannya sehingga ia akan menikmati upah yang tiada taranya Engkau telah sediakan bagi dirinya dan bagi kami juga kelak. Biarlah kakak kami ini dapat bertahan dalam iman hingga Yesus datang.” Hari ini ia genap berusia enam puluh tahun, semoga ia selalu dalam pemeliharaan Allah. Berharaplah pada Allah, ketika pengharapan kita kepada apa yang kita rasa dapat kita raih, itu pun sirna. Ketika kita berusaha untuk mendapatkan sesuatu yang menurut perkiraan kita mudah untuk kita raih itu pun tak kunjung tergapai, “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah pada Allah, Penolong kita dan Allah kita.” Amin.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :