Jarum jam telah menunjuk di angka delapan lewat tigapuluh menit. Saya pun mengangkat telepon dan bertanya, “Hallo, gimana perkembangannya, apa duitnya sudah masuk di rekening mereka? Kalau sudah diterima, kira-kira berapa lama kita dapatkan dokumen tendernya?” Suara saya terdengar dengan lantang dan tegas menanyakannya sebab dokumen tersebut sedang ditunggu di lantai yang berbeda di gedung yang sama di Bursa Efek Jakarta untuk keperluan tender perusahaan kami. “Iya Pak, uangnya sudah diterima di rekening mereka pukul 8.15 WIB pagi tadi. Sekarang mereka sedang koordinasi supaya pihak bank yang di BEJ dapat segera mengeluarkan dokumen tersebut”, tutur tim saya yang bertugas memonitor keberadaan dokumen.
Selang satu jam kemudian yakni pukul 9.30 WIB pagi hari, saya menghubungi petugas kami yang menunggu di bank yang berlokasi di BEJ, untuk memastikan perkembangan dokumen. “Iya Pak, sudah diterima di sini, sedang menunggu verifikasi lanjutan”, jawab sang petugas. Jantung saya terasa bergetar tidak teratur, was-was jangan sampai dokumen tersebut gagal diterbitkan atau mepet waktu sebab tender akan ditutup pukul 10.00 WIB pagi. Sementara saya sedang mengadakan rapat dengan pihak konsultan, saya diminta untuk meninggalkan ruangan rapat. Jam menunjukkan pukul 9.54 WIB pagi hari. “Bagaimana apa dokumen sudah ditangan?” tanyaku kepada petugas kami yang berada di gedung BEJ. “Sudah Pak, sudah dibawa Pak Ben, karyawan perusahaan kami di bagian Penjualan”, jawab karyawan yang kami tugaskan mengambil dokumen tersebut.
Namun apa hendak dikata, ketika karyawan bagian penjualan kami tiba di lantai tempat tender diadakan, ia telah terlambat lewat lima menit dari pukul 10.00 WIB. Dokumen tender kami pun ditolak. Segera saya mengirimkan surat elektronik kepada pimpinan saya dan memberitahukan duduk perkara yang ada sambil meminta maaf atas keteledoran yang dilakukan oleh tim saya dan mengambil alih semua kesalahan itu serta menyatakan diri siap untuk menerima setiap sanksi yang akan timbul. Alhasil, hari itu juga pimpinan saya mengeluarkan surat peringatan kepada saya walaupun kesalahan itu dilakukan oleh anak buah saya, namun sebagai pimpinan di departemen itu saya harus memikul seluruh resiko yang muncul. Yesus Kristus tidak saja hanya mendapatkan hukuman ringan atau teguran saja, namun nyawaNya pun harus direnggut dan diserahkan akibat kesalahan setiap orang berdosa serta demi pemulihan keselamatan meraka. Tidak ada paksaan dan keharusan bagiNya untuk melaksanakan hal itu, namun didorong oleh sifat MENGASIHI, kawat duri, cambukan dan siksaan lainnya terasa bagaikan angin lalu saja demi keselamatan setiap insan. Tidakkah saudara dan saya wajar untuk siap berkorban bagi Yesus sebab Ia telah lebih dahulu berkorban bagi kita? Amin.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :