1 Samuel 1:27, 28, “Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta daripada-Nya. Maka akupun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN.”
“Pagi pak, apa sudah pulang dari luar kota?” Pesan singkat melalui BBM ini saya terima untuk kesekian kalinya hampir dua bulan lalu. Namun saya masih juga belum dapat memenuhi permintaannya untuk bertemu guna membicarakan beberapa agenda. Sampai beberapa hari lalu saya coba menghubunginya lewat BBM kembali, berharap waktu luang saya sesuai dengan jadwal mereka untuk bertemu.
“Ya pak, ayo nih kapan ketemunya? Jumat pagi?” Ia menawarkan jadwal pertemuan. “Kalau Kamis, oke gak nih?” saya balik bertanya. “Besok sore yah, karna pagi ada acara Pak. Sekitar jam 2-3 ke atas”, kembali ia menawarkan jadwal pertemuan. Akhirnya kami pun mencapai kata sepakat untuk bertemu sore hari Kamis itu. Tempat pertemuan pun juga kami sepakati tak lama setelah jam pertemuan ditentukan bersama. Hari dan jam yang ditentukan pun kami bertemu di tempat yang telah ditentukan juga. Cukup lama diskusi kami berlangsung bahkan hampir empat jam lamanya. Banyak hal kami bicarakan dari hulu ke hilir, namun tujuan saya dari awal untuk pertemuan itu adalah hendak mengakhiri perjanjian dagang dengan pihak mereka. Namun, saya pun mengambil keputusan yang berbeda dengan apa yang saya rencanakan semula berkat kesabaran mereka dalam bernegosisasi bahkan menunggu waktu untuk dapat bertemu hingga berbulan-bulan lamanya. Mereka berdua pun akhirnya merasa lega dan senang oleh karena hasil pertemuan kami cukup memuaskan bagi pihak mereka.
Kesabaran menuai hasil panen yang baik bagi rekanan bisnis kami. Hal yang sama dituai oleh Hana, dalam segala penderitaan dan kesusahan hatinya didukung dengan kesabaran menunggu jawaban Allah di dalam iman dan pengharapannya, Allah tidak mengijinkan Hana untuk mengalami kekecewaan yang lebih besar dan beban teramat berat, hingga hadirnya Samuel dipangkuannya. Kesabarannya dalam menanti kehadiran Samuel, menjadi buah hatinya, tidak menjadikan ia menjadi orang yang lupa bersyukur bahkan lebih dari itu Hana menyerahkan buah hatinya itu ke dalam pangkuan Allah, sebab Hana tau Allah lebih sanggup memelihara Samuel dibanding dirinya. Adakah saudara dan saya bersabar dalam iman dan pengharapan akan jawaban terindah yang Allah sediakan bagi setiap kebutuhan dan kerinduan hati kita. Mari kita teladani kesabaran Hana dan penyerahannya, menuai hasil yang menggembirakan. Allah kiranya membekali kita dengan kesabaran-Nya yang berlipat ganda untuk memberikan pengampunan bagi segala kelemahan kita. Amin.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :