Matius 5:37 “Jika ya,
hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang
lebih dari pada itu berasal dari si jahat.”
Kemarin saya dan suami janjian untuk bertemu dan makan siang
di luar. Siang itu sinar matahari terasa
begitu terik membuat kepala terasa cenat-cenut, seperti lirik lagu yang
langsung saya senandungkan untuk menghibur agar panas tidak terlalu terasa. Tak lama bunyi nada sms. “Ma, ada ide kira-kira
makannya dimana?” Rupanya sms dari suami.
“Terserah papa aja deh,” balas saya
cepat. “Ada tempat baru tuh, kelihatannya
ramai terus. Mungkin makanannya enak. Kita kesitu aja ya…,” tulis suamiku, mengajak
ke satu tempat yang ada di sekitar saya duduk. Karena
saya tiba lebih dahulu, maka sambil menunggu saya membaca buku. Di sebelah saya ada beberapa orang yang juga
sedang menunggu. Semua sibuk dengan
urusan masing-masing.
“Ayo ma kita ke meja sana, nanti keburu nggak dapat tempat. Karena sudah waktunya makan siang, ”tegur
suami saya begitu tiba. Wow!! Saya
melihat tumpukan beraneka makanan yang berjejer rapih dan benar-benar menggunggah
selera. “Mau makan apa pa? Kok aku jadi
binggung mau pilih yang mana kalau melihat makanan yang banyak begini,” tanya
saya sambil mengarahkan mata ke pelbagai jenis makanan yang mau saya coba. “Mama pilih saja, aku juga pilih sendiri,” jawabnya
sambil pergi mengambil piring. “Langsung
bayar mas?” tanya saya pada pelayan. “Ibu
ambil dan makan saja dulu. Nanti kalau
sudah selesai, beritahu ke kasir apa
saja yang ibu ambil dan makan,” jelasnya
lagi sambil sibuk membawa piring berisi masakan yang mau ditaruh di meja. “Oh
begitu, terimakasih ya,” ujar saya dan mulai menaruh beberapa pilihan di atas
piring. “Cara mereka mengatur hebat juga ya. Berarti mereka mengandalkan kepercayaan penuh
kepada pelanggan ya pa?” ucap saya sambil menyantap makanan.
“Sebetulnya itu bagian dari penghematan juga. Karena dengan membiarkan kita melayani diri sendiri, mereka justru menghemat tenaga kerja,” jawab suami saya memberi opini lain. “Secara
tidak langsung mereka membiasakan orang untuk jujur, ya nggak pa?” kata saya lagi. Kali ini suami menjawab dengan anggukan
kepalanya tanda setuju.
Dalam firman-Nya pagi ini, Tuhan mengajak kita untuk bersikap
jujur. Katakan ya, bila ya. Sebaliknya
tidak, bila tidak. Di luar itu, berasal
dari setan. Kejujuran bukanlah suatu hal
yang bisa dipaksakan. Kejujuran membutuhkan
kesadaran dari diri kita sendiri. Itu tidak mudah, karena terkadang bersikap jujur memiliki akibat yang kita mau hindarkan. Perlu
upaya yang sungguh bersama Tuhan dan mempraktekkan di setiap sisi aktifitas
kehidupan kita. Biasakan untuk jujur
mulai dari hal yang terlihat sepele dan sederhana, maka kita akan terlatih untuk
jujur pada hal-hal yang jauh lebih penting dan besar. Ketika kehidupan kita sekarang
ini begitu banyak membuat kesempatan untuk kita berkata tidak jujur, maka sebagai umat Tuhan kita sudah memiliki bekal
untuk tidak tergoda. Allah ingin agar kita selalu setia memelihara
kejujuran. Let us try it today !
Ajak sahabat anda menikmati Roti Pagi hari ini. Untuk berbagi, gunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.