Wednesday, December 21, 2011

Gemar Untuk Jujur



Matius 5:37 “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.”







Kemarin saya dan suami janjian untuk bertemu dan makan siang di luar.  Siang itu sinar matahari terasa begitu terik membuat kepala terasa cenat-cenut, seperti lirik lagu yang langsung saya senandungkan untuk menghibur agar panas tidak terlalu terasa.  Tak lama bunyi nada sms.  “Ma, ada ide kira-kira makannya dimana?”  Rupanya sms dari suami.  “Terserah papa aja deh,” balas saya cepat.  “Ada tempat baru tuh, kelihatannya ramai terus.  Mungkin makanannya enak.  Kita kesitu aja ya…,” tulis suamiku, mengajak ke satu tempat yang ada di sekitar saya duduk.   Karena saya tiba lebih dahulu, maka sambil menunggu saya membaca buku.   Di sebelah saya ada beberapa orang yang juga sedang menunggu.  Semua sibuk dengan urusan masing-masing.

“Ayo ma kita ke meja sana, nanti keburu nggak dapat tempat.  Karena sudah waktunya makan siang, ”tegur suami saya begitu tiba.  Wow!!   Saya melihat tumpukan beraneka makanan yang berjejer rapih dan benar-benar menggunggah selera. “Mau makan apa pa?  Kok aku jadi binggung mau pilih yang mana kalau melihat makanan yang banyak begini,” tanya saya sambil mengarahkan mata ke pelbagai jenis makanan yang mau saya coba.  “Mama pilih saja, aku juga pilih sendiri,” jawabnya sambil pergi mengambil piring.  “Langsung bayar mas?” tanya saya pada pelayan.  “Ibu ambil dan makan saja dulu.  Nanti kalau sudah selesai, beritahu  ke kasir apa saja yang ibu ambil dan makan,”  jelasnya lagi sambil sibuk membawa piring berisi masakan yang mau ditaruh di meja. “Oh begitu, terimakasih ya,” ujar saya dan mulai menaruh beberapa pilihan di atas piring. “Cara mereka mengatur hebat juga ya.  Berarti mereka mengandalkan kepercayaan penuh kepada pelanggan ya pa?” ucap saya sambil menyantap makanan. “Sebetulnya itu bagian dari penghematan juga.  Karena dengan membiarkan kita melayani diri sendiri, mereka justru menghemat tenaga kerja,” jawab suami saya memberi opini lain. “Secara tidak langsung mereka membiasakan orang untuk  jujur, ya nggak pa?” kata saya lagi.   Kali ini suami menjawab dengan anggukan kepalanya tanda setuju.
 
Dalam firman-Nya pagi ini, Tuhan mengajak kita untuk bersikap jujur.  Katakan ya, bila ya. Sebaliknya tidak, bila tidak.  Di luar itu, berasal dari setan.  Kejujuran bukanlah suatu hal yang bisa dipaksakan.  Kejujuran membutuhkan kesadaran dari diri kita sendiri.  Itu tidak mudah, karena terkadang bersikap jujur memiliki akibat yang kita mau hindarkan. Perlu upaya yang sungguh bersama Tuhan dan mempraktekkan di setiap sisi aktifitas kehidupan kita.   Biasakan untuk jujur mulai dari hal yang terlihat sepele dan sederhana, maka kita akan terlatih untuk jujur pada hal-hal yang jauh lebih penting dan besar. Ketika kehidupan kita sekarang ini begitu banyak membuat kesempatan untuk kita berkata tidak jujur, maka  sebagai umat Tuhan kita sudah memiliki bekal untuk tidak tergoda.   Allah ingin agar kita selalu setia memelihara kejujuran.   Let us try it today !

Ajak sahabat anda menikmati Roti Pagi hari ini.  Untuk berbagi, gunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.