Yakobus 4 : 14 b “Hidupmu itu seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.”
Setelah tiga jam kami berada di dalam kereta cepat, akhirnya kami tiba di tempat ini. Angin kencang disertai rintik hujan menyambut
kedatangan kami. Di kiri dan kanan saya
lihat orang berjalan cepat. Sulit bagi
kita meniru gerak langkah mereka. “Mama
tahu kak, kenapa mereka jalannya cepat-cepat. Pasti supaya enggak kedinginan kan ya, kak?” kata saya kepada si sulung, yang hanya dibalas
dengan senyuman. Dari mulutnya yang
bergetar, terlihat dia berusaha menahan dinginnya suhu sekitar 10 derajat celcius di kota ini. Kami masuk ke dalam taksi yang membawa ke tempat
penginapan. Sepanjang perjalanan saya
benar-benar menikmati pemandangan yang ada.
Rentetan rumah yang begitu teratur, serta bunga beraneka warna memenuhi masing-masing halaman. “Selamat
datang di tempat ini…,” sapa seorang oma dengan senyum lebar sambil merapikan pot bunga yang menghiasi ruangan
menuju ke kamar kami. “Terima kasih…,”
sahut saya dan suami sambil membalas senyumya.
Terdengar nyanyian kecil oma itu yang menggema di sepanjang ruangan yang kami lalui.
“Mama, sudah oma-oma kok
dia masih bekerja sih?” bisik si bungsu dengan
heran. “Nanti dek, kalau sudah akrab
baru kita tanyain dia ya,” kata si sulung. Saya mengerti mengapa si kecil terlihat kagum,
karena sepertinya usia ibu tadi sudah di atas 70-an tapi masih terlihat sehat
dan segar. Keesokan harinya ketika akan
sarapan pagi kembali kami bertemu dengannya. “Selamat pagi, bisa tidur enak?” si oma menyapa kami terlebih dahulu dengan
senyum lebarnya yang khas. “Terima kasih,
ya kita semua tidur pulas tadi malam, walau sedikit kedinginan…,” jawab suami
saya. “Enjoy your breakfast !” katanya sambil pergi dan memberi
lambaian tangan kepada kami semua. Selesai
sarapan, kami menuju kamar. Kembali kami bertemu dengannya. “Oma,
anda terlihat begitu cantik dan sehat… Berapa umur oma sekarang?” tanya saya
sambil memeluk pundaknya. “Saya sekarang
sudah 78 tahun…,” jawabnya sambil tertawa.
Terlihat deretan giginya yang masih berjejer rapih. “Wow!
Hebat sekali! Apa sih rahasianya
agar saya bisa seperti oma?” tanya saya sambil menatap wajahnya yang terus
berseri. “HIdup ini singkat…, jadi gunakan setiap waktu untuk yang
baik. Tidak ada waktu untuk berdebat
atau berbicara yang tidak perlu. Hehehe…
Kita harus tetap gembira, bersyukur kepada Tuhan dan nikmati saja yang ada,” katanya
sambil menepuk pundak saya. “Sore ini saya sudah janjian dengan teman saya yang
berusia 90 tahun untuk bermain bowling loh…,” katanya lagi sambil
terkekeh-kekeh. Waduh ! Luar biasa aktifitasnya oma ini. Masih aktif bekerja, benar-benar sehat dan selalu gembira di usia
senja.
Ayat alkitab dalam Roti Pagi ini mengingatkan bahwa hidup yang kita miliki begitu singkat,
seperti uap yang hanya sebentar saja kelihatan,
lalu lenyap. Manusia memiliki batas
kehidupan di dunia ini. Semua berjalan
cepat dan singkat. Tanpa kita sadari,
kita acap mengisi hidup ini dengan hal yang tidak berguna. Berdebat dan bertengkar, hanya menyisakan
sakit hati pada orang lain. Membicarakan
yang tidak perlu, tidak menambah nilai dalam hidup. Menyesali yang sudah lampau dan jarang
bersyukur, juga tidak bermanfaat. Bersyukurlah pada Tuhan setiap hari,
bergembira dan mengisi hidup dengan hal yang bermanfaat bagi diri kita dan bagi
orang lain. Hidup ini terlalu singkat untuk kita sia-siakan. God is
so good , He’s so good to me !
Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat kita hari ini.