Tuesday, September 18, 2012

Menyerah atau Tetap Berjuang!



Matius 10:31, “Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada burung pipit.“






Pada suatu pagi beberapa tahun lalu, saya bersama istri dalam perjalanan dari sekolah anak kami di Salemba menuju ke kantor saya yang berlokasi di Jakarta Selatan, seperti biasanya melewati jalan H. R. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan sambil terlihat kantor Kedutaan Besar Australia yang sedang dipugar akibat bom Kuningan dari teroris beberapa waktu yang lalu. Saya teringat beberapa waktu yang lalu saya pernah bekerja selama belasan tahun di sebuah kantor yang berada di salah satu gedung di lantai 10 yang persis bersebelahan dengan kantor Kedutaan Besar Australia tersebut.  Pikiran saya menerawang beberapa tahun lalu ke lantai 10 gedung itu serta terinspirasi dengan satu bacaan renungan pagi dari “Pondok Renungan” yang saya sedang baca yang ternyata kejadiannya hampir mirip.

Pagi itu saya memasuki ruang kerja saya. Bangunan kantor saya dikelilingi oleh jendela-jendela kaca, tatkala terjadi bom Kuningan jendela kaca tersebut semuanya rontok dan pecah akibat ledakan bom yang sangat dahsyat itu. Melalui jendela kaca yang sama, terlihat jelas aktifitas orang-orang yang sedang antri di depan gedung Kedubes Australia untuk mendapatkan visa. Seperti biasanya saya langsung disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari yang ada dihadapan saya, tiba-tiba saja terdengar bunyi „brakk….“ kedengarannya cukup keras.  Dari ruang kerja saya, saya bisa melihat seperti bayangan pantulan seekor burung yang baru saja menabrak jendela.  „Wah.. rupanya ada juga burung yang pusing atau lagi sakit, koq ya bisa nyasar lalu menabrak kaca atau memang burung itu kesasar dan sedang mencari induknya atau sarangnya dan mencoba menembus jendela kaca yang kelihatannya sudah mulai agak buram setelah hujan baru saja selesai mengguyur bumi ini“, pikirku. Dari bunyinya yang cukup keras pasti benturan itu sakit sekali. Tapi sungguh anehnya hal itu terjadi beberapa kali. Saya terkejut melihat ada seekor anak burung yang masih kecil, mungkin burung pipit atau burung gereja yang rupanya sedang belajar terbang, dikepak-kepakkan sayapnya sambil terbang agak sempoyongan serta miring ke kiri dan ke kanan.  Sekali sekali tampak seperti mau jatuh tetapi berhasil terbang naik lagi dan hampir saja membentur kaca maka dia akan segera dengan cekatan terbang lebih tinggi.  Akhirnya dia hinggap di atas bangunan pos jaga di depan gerbang masuk untuk beristirahat.  Kembali saya coba memandang lagi ke luar jendela kaca dan rupanya anak burung tersebut sudah tidak ada lagi di situ dan ternyata dia sudah terbang dengan gagahnya, bilamana dia hampir menyentuh kaca jendela maka dia dengan cekatannya akan melesat, menghindari tabrakan dengan kaca.  Rupanya si burung pipit itu sudah lebih pandai terbang sekarang dan dia terbang dengan begitu gagahnya.

Pada setiap cobaan, Allah menyediakan "jalan keluar", coba kita lihat ayat ini. “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (1 Korintus 10:13).    Semuanya berpulang kepada kita, apakah mau menyerah atau tetap berjuang. Hidup mewartakan kabar sukacita dengan mengabarkan pekabaran tiga malaikat bukanlah suatu hal yang serba instant dan praktis melainkan suatu proses, butuh ketekunan, kesabaran, ketelatenan dan kasih. Maukah kita belajar dari anak burung pipit tersebut, untuk mau mencoba, mencoba dan mencoba lagi manakala kita gagal, manakala kita ditolak bahkan disingkirkan?

Mari Kita bagikan Roti pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: