Efesus 4:2 “Hendaklah
kamu selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal
saling membantu.”
“Teng..! Teng..! Teng..!! Teng…!!” Itu suara besi yang
dipukulkan ke tiang listrik oleh petugas penjaga malam di samping rumah. Bunyinya selalu bisa membangunkan saya. Bergegas saya bangkit dari tempat tidur. “Harap datang ke kantor kami pukul 7.30 pagi,”
isi surat panggilan yang dikirim ke e-mail suami saya kemarin. “Kita harus tepat waktu ma, kalau tidak malah
merepotkan nantinya,” kata suami saya tadi malam. Usai kebaktian keluarga, kami berangkat
pergi. Tiba di tujuan 30 menit sebelum
waktu yang ditentukan. Setelah melalui
serangkaian pemeriksaan akhirnya kami dipersilahkan untuk menunggu.
Satu, dua…, bahkan tiga jam berlalu
dari waktu yang dijadwalkan, tetapi nama kami belum juga dipanggil. “Waduh!
Kok tidak seperti waktu yang dijanjikan ya ma?” wajah dan suara suamiku mulai
terlihat resah.
“Maaf pak, saya bisa bicara dengan bapak ini?” tanya saya
kepada petugas satpam sambil menunjukkan nama yang mengirim surat panggilan. Dia
menunjuk ke satu loket dimana seorang bapak berusia 50-an tengah memilah-milah
dokumen. “Oh, ibu harus menunggu sampai
semua yang diinterview hari ini selesai karena permohonan ibu kan sifatnya khusus,”
suara petugas visa itu dengan wajah dingin. “Tapi kenapa kami diminta datang
pagi kalau memang jadwalnya baru siang nanti, pak?” tanya saya, tidak puas
dengan jawabannya. Dia tidak memberi jawaban dan terus asyik dengan tumpukan
dokumen. Tiba-tiba pundak saya disentuh
dari samping. Saya menoleh ke sebelah. Dua orang wanita asing tersenyum ke saya. “Ibu,
jangan kecewa. Jangan kesal…, kita harus sabar. Tidak
ada cara lain. Kita harus tunggu saja,” kata salah satu dari mereka sambil
mengangguk dan terus tersenyum ramah. “Eh…, kok ibu fasih sekali berbahasa Indonesia ?”
tanya saya terpesona. “ Betul, itu karena kami sudah 48 tahun tinggal di
Kalimantan, kami berdua adalah perawat misionaris,” jelas mereka menjawab keheranan
saya. Setelah itu banyak hal yang kami
bicarakan. Tanpa terasa sudah pukul 3
lewat 10 menit. Akhirnya
nama kami dipanggil untuk menyelesaikan proses pengurusan visa.
Ayat inti Roti Pagi kali ini mengingatkan kita agar selalu
rendah hati, lembah lembut dan sabar. Memiliki
kesabaran memang tidaklah mudah. Kita terbiasa dipacu oleh waktu. Saat kita terdesak oleh waktu, ditunggu oleh
aktifitas yang lain atau harus menyelesaikan
tugas yang bertumpuk, kita tergoda untuk tidak sabar. Sikap tidak sabar boleh jadi akan mudah
meluap bila kita berhadapan dengan orang yang justru dekat sekali dengan hati
kita. Bersabar artinya kita bisa
menerima kegagalan orang lain. Bersabar artinya kita tahu bahwa kita juga tidak
luput dari berbuat gagal. Hari ini, mari
kita memulai kesabaran dari hal yang sederhana, entah itu di rumah, di kantor, di jalan atau
dimana saja. Banyak hal yang baik menanti anda, bila anda bersabar. Berdoalah, Tuhan akan membantu anda. Have a
great day !
Bagikan Roti Pagi ini
kepada sahabat anda hari ini.