Tuesday, September 11, 2012

Tak Sabar


Efesus 4:2 “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.”




“Teng..! Teng..! Teng..!! Teng…!!” Itu suara besi yang dipukulkan ke tiang listrik oleh petugas penjaga malam di samping rumah.  Bunyinya selalu bisa membangunkan saya.  Bergegas saya bangkit dari tempat tidur.   “Harap datang ke kantor kami pukul 7.30 pagi,” isi surat panggilan yang dikirim ke e-mail suami saya kemarin.  “Kita harus tepat waktu ma, kalau tidak malah merepotkan nantinya,” kata suami saya tadi malam.  Usai kebaktian keluarga, kami berangkat pergi.  Tiba di tujuan 30 menit sebelum waktu yang ditentukan.  Setelah melalui serangkaian pemeriksaan akhirnya kami dipersilahkan untuk  menunggu.   Satu, dua…, bahkan tiga jam berlalu dari waktu yang dijadwalkan, tetapi  nama kami belum juga dipanggil.  “Waduh!  Kok tidak seperti waktu yang dijanjikan ya ma?” wajah dan suara suamiku mulai terlihat  resah. 

“Maaf pak, saya bisa bicara dengan bapak ini?” tanya saya kepada petugas satpam sambil menunjukkan  nama yang mengirim surat panggilan. Dia menunjuk ke satu loket dimana seorang bapak berusia 50-an tengah memilah-milah dokumen. “Oh,  ibu harus menunggu sampai semua yang diinterview hari ini selesai karena permohonan ibu kan sifatnya khusus,” suara petugas visa itu dengan wajah dingin. “Tapi kenapa kami diminta datang pagi kalau memang jadwalnya baru siang nanti, pak?” tanya saya, tidak puas dengan jawabannya. Dia tidak memberi jawaban dan terus asyik dengan tumpukan dokumen.  Tiba-tiba pundak saya disentuh dari samping.  Saya menoleh ke sebelah.  Dua orang wanita asing tersenyum ke saya. “Ibu, jangan kecewa.  Jangan kesal…,  kita harus sabar.   Tidak ada cara lain. Kita harus tunggu saja,” kata salah satu dari mereka sambil mengangguk dan terus tersenyum ramah. “Eh…,  kok ibu fasih sekali berbahasa Indonesia ?” tanya saya terpesona. “ Betul, itu karena kami sudah 48 tahun tinggal di Kalimantan, kami berdua adalah perawat misionaris,” jelas mereka menjawab keheranan saya.  Setelah itu banyak hal yang kami bicarakan.  Tanpa terasa sudah pukul 3 lewat 10 menit.   Akhirnya nama kami dipanggil untuk menyelesaikan proses pengurusan visa.

Ayat inti Roti Pagi kali ini mengingatkan kita agar selalu rendah hati, lembah lembut dan sabar.  Memiliki kesabaran memang tidaklah mudah. Kita terbiasa dipacu oleh waktu.  Saat kita terdesak oleh waktu, ditunggu oleh aktifitas yang lain atau harus  menyelesaikan tugas yang bertumpuk, kita tergoda untuk tidak sabar.  Sikap tidak sabar boleh jadi akan mudah meluap bila kita berhadapan dengan orang yang justru dekat sekali dengan hati kita.  Bersabar artinya kita bisa menerima kegagalan orang lain. Bersabar artinya kita tahu bahwa kita juga tidak luput dari berbuat gagal.  Hari ini, mari kita memulai kesabaran dari hal yang sederhana,  entah itu di rumah, di kantor, di jalan atau dimana saja. Banyak hal yang baik menanti anda, bila anda bersabar.  Berdoalah, Tuhan akan membantu anda.   Have a great day !

Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda hari ini.