If I could catch a rainbow, I would do it just for you, and share with you its beauty, on the days you're feeling blue. If I could build a mountain, you could call your very own, a place to find serenity, a place to be alone. If I could take your troubles, I would toss them in the sea, but all these things I'm finding, are impossible for me. I cannot build a mountain, or catch a rainbow fair, but let me be what I know best, a friend who's always there. - Kahlil Gibran -
Tuesday, May 12, 2009
Hati-hati Dengan Ucapanmu !
Matius 12 : 37 “Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.”
Di malam yang dingin hujan turun dengan derasnya, diikuti oleh kilat dan guntur yang bersahut-sahutan, saya duduk sendiri merenungkan nasib. Hingga hari itu saya belum juga mendapat pekerjaan. Tak terhitung berapa banyak surat lamaran sudah saya kirimkan tetapi belum juga ada panggilan untuk wawancara. “Tuhan, berikanlah hambamu ini pekerjaan agar hamba bisa membantu orang tua dan keluarga…”, demikian kira-kira bunyi doa saya setiap malam. Suatu malam tiba-tiba saya diliputi rasa kesal yang luar biasa, hingga luapan marah ini tak tertahankan terlihat di wajah dan sikap saya. “Kenapa wajahmu kelihatan marah sekali?”, tanya papa dan mama yang kebetulan sedang duduk di ruang tamu. “Sudah sekian lama saya berusaha mencari pekerjaan dan sekian lama saya berusaha bersabar menanti panggilan, tapi hingga hari ini tidak ada hasil apapun!”, suara saya terdengar keras, “Tuhan tidak mau membantu saya!”, kata saya lagi semakin tidak bisa mengendalikan diri.
“Anakku, sabarlah.., suatu saat pasti Tuhan akan membuka jalan dan akan ada jalan bantuan untukmu”, mama mengingatkan dalam nada pelan. ”Lebih baik aku mati saja karena tidak akan ada yang bisa membantuku…”, jawab saya putus asa. “Hati-hati dengan ucapanmu itu nak”, kata papa dengan wajah tidak senang. Malam itu saya tidak bisa tidur karena rasanya mual hingga perut terasa sakit sekali, sampai akhirnya saya pun muntah-muntah dan badan menjadi lemas. Akhirnya saya segera dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa dan ditangani oleh dokter. Selagi dalam penanganan dokter, saya kembali mengingat peristiwa di rumah tadi sore. Saya betul-betul menyadari kesalahan saya yang telah lancang berbicara. Diam-diam saya mohon ampun kepada Tuhan “Ya Tuhan, ampunilah hambamu ini yang telah berkata tidak baik. Biarlah Engkau saja yang mengatur langkah hidup hamba…”, demikian isi doaku. Perlahan saya merasakan sakit ini mulai berkurang rasanya, hingga akhirnya dokterpun memperbolehkan saya untuk dirawat di rumah saja.
Ayat renungan kita hari ini mengatakan karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum. Di dalam hidup ini terkadang kita mengalami kekecewaan ketika doa atau keinginan kita tidak terjawab, kita merasa marah dan gelisah. Itu terjadi karena kita tidak sabar untuk menanti saat yang tepat untuk jawaban permohonan kita. Kita mesti dapat mengendalikan diri dan ucapan kita agar jangan ada yang sia-sia keluar dari mulut kita. Setiap ucapan yang sia-sia akan mendapat hukuman dari Allah. Marilah kita selalu menjaga perkataan kita walau dalam keadaan sulit sekalipun.
May we receive His wonderful blessings today !