Mazmur 23 : 4 “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku, gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku.”
Masih melekat sekali dalam ingatan saya ketika saya masih di usia 10 tahun, sepulang sekolah mama memanggil saya. “Nanti setelah selesai makan, segeralah ganti pakaianmu. Bantu mama untuk segera mengantarkan makan sore untuk kakak yang sedang bekerja di sawah ya!”, kata mama pada saya. “Tapi kan tempatnya jauh ma…, saya takut nanti tiba di sana sudah gelap…”, jawab saya berusaha menolak perintah mama. “Kamu harus mau menggantikan tugas bapak, karena hari ini bapak ada urusan dan akan pulang malam hari. Jadi tidak bisa mengantar makanan sore untuk abangmu.”, jawab mama tegas pada saya. Jarak antara rumah menuju ke ladang cukup jauh kira-kira 15 km. Untuk tiba di sana saya harus melalui jalan-jalan berbatu di daerah perkebunan yang sangat sepi dimana tidak ada penerangan sedikitpun. “Cepatlah engkau pergi, selagi hari masih siang. Jadi nanti tidak terlalu gelap dalam perjalanan!”, mama meneruskan perkataannya pada saya. Dengan berat hati saya terpaksa menuruti perkataan mama. Saya pergi membawa perlengkapan seadanya beserta makanan untuk abang. Sepanjang perjalanan perasaan takut begitu menguasai saya, saya berusaha berjalan dengan cepat. Lama kelamaan rasa takut ini semakin mengganggu. Saya mencoba untuk berlari tapi tidak bisa, sampai akhirnya saya menitikkan airmata karena ketakutan. Saya ingin berteriak minta tolong, tapi saya sadari tak seorangpun ada di sekitar saya, sementara hari semakin gelap dan suasana sepi semakin terasa.
Walau perjalanan ini terasa lama sekali, akhirnya saya berhasil tiba dengan selamat bertemu dengan abang saya. “Terimakasih ya dik ! Kamu sudah mau mengantarkan makanan untuk saya, abang sudah lapar sekali..”, wajah abang terlihat sangat letih tetapi masih berusaha memperlihatkan senyumnya pada saya. Saya menemani abang makan. Tidak lama kemudian ada suara mengejutkan kami “Wah anak bapak ini hebat sekali! Sudah bisa membantu mengantarkan makanan buat abang…”, kata bapak. “Loh kata mama bapak akan pulang malam, kok malah bapak datang ke sini juga?”, tanya saya heran. “Kebetulan urusan bapak bisa selesai lebih awal, jadi tidak sampai pulang malam. Setibanya di rumah bapak mendengar engkau kesini, bapak sangat khawatir, takut kamu tersesat di jalan. Tapi teryata kamu tidak apa-apa. Bapak bangga karena kamu hebat dan berani !”, suara bapak memuji saya. Dalam hati saya merasa terharu. Walaupun bapak sudah letih bekerja, dia rela untuk tetap datang ke sini untuk memastikan keselamatan saya.
Ayat renungan kita pagi ini mengatakan bahwa sekalipun kita berjalan di lembah kekelaman, kita tidak perlu takut sebab Tuhan beserta dengan kita. Kita hidup di dunia yang penuh dengan bahaya. Terkadang hal ini membuat kita takut dan gentar. Rasa takut timbul karena kita merasa tidak sanggup untuk menghadapi bahaya. Kita khawatir untuk menghadapi itu sendirian dan tidak ada teman di samping yang akan menolong. Kita gentar karena membayangkan apa yang mesti kita hadapi dan kemungkinan yang terjadi sebagai akibatnya. Tuhan menjanjikan pada kita, bahwa Dia akan menyertai kita. Dia akan melindungi dan memberi penghiburan dalam setiap perjalanan kehidupan kita. Kita tidak sendirian. Ketika kita harus melalui jalan kehidupan yang sangat gelap dan menakutkan, Tuhan akan menemani kita untuk melalui semua itu.
Let us walk with Him every day !