“Pagi itu matahari menampakkan wajahnya dengan sinarnya yang cukup cemerlang. Terlihat segala sesuatu dengan jelas oleh terangnya sinar matahari pagi yang mengawali hari bekerja pertama pada minggu ini bagi setiap orang yang bekerja di kantor. Pagi hari Senin itu, saya berangkat ke kantor lebih awal dari biasanya sehingga tiba di kantor dua puluh menit lebih awal pula dari jam delapan. Kira-kira pukul delapan lebih empat puluh menit, saya pun memasuki ruang rapat. “Selamat pagi Tris, apa kabar?” sapaku kepada pimpinan saya dari kantor regional wilayah Asia Pasific yang telah terlebih dahulu tiba di ruangan tersebut. Pukul Sembilan lebih lima belas menit pun acara dimulai yakni “Rapat Direksi” yang dihadiri oleh enam orang sebagai bagian dari tim manajemen perusahaan.
Agenda demi agenda pun dibacakan oleh pemimpin rapat bahkan aturan main selama mengikuti rapat pun diutarakan dengan jelas termasuk didalamnya untuk memastikan telepon genggam harus dimatikan atau paling sedikit diubah ke profil ‘silent’ serta tidak boleh menerima telepon selama rapat berlangsung. Satu per satu agenda yang telah dipampangkan dibahas secara mendetail hingga tiba kepada pembahasan terhadap kinerja karyawan dari tiap-tiap departemen yang ada di perusahaan tersebut. Cukup banyak nama-nama karyawan yang masuk dalam pembahasan kami baik mengenai sikap kerja dan mental orang yang bersangkutan yang mendukung maupun yang merongrong kinerja perusahaan pada umumnya. Berbagai jenis bentuk penghargaan dan hukuman pun kami bicarakan secara terperinci dan mempertimbangkan berbagai konsekuensi yang patut dipertimbangkan.
Terbayang olehku bagaimana Dewan Musyawarah Allah kelak menggelar meja pengadilan di surga sementara kitab-kitab dibuka dan agenda pembahasan dimulai satu per satu dengan seksama dan terperinci. Apakah gerangan yang menjadi nasibku ketika agenda pembahasan tiba untuk membahas namaku, akankah aku didapati baik? Atau jahat? Bagaimanakah kelak nasib saudara dan saya ketika tiba kepada agenda pembahasan nama kita, akankah kita dinyatakan layak menjadi penghuni kerajaan surga sebagai hadiah penurutan kita kepada Juruselamat? Penghargaan atau hukumankah yang akan menimpa diri kita kelak? Sahabatku yang kekasih, mari kita periksa diri kita masing-masing sejak saat ini, adakah kita siap untuk menerima penghargaan dari Allah kelak ataukah kita akan dihukum oleh karena segala perbuatan kita menghancurkan reputasi Allah bagi banyak orang selama kita hidup di dunia ini? Allah menolong kita untuk dapat hidup benar dan bertahan hingga kesudahan. Amin.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" dibawah ini :