Sesungguhnya saya adalah orang yang takut pada ketinggian. Terbang tinggi di udara merupakan ketakutan yang luar biasa bagiku. Tidak heran sepanjang hidup, saya berusaha untuk jarang bepergian melalui pesawat udara. Waktu pun berlalu dan musim pun silih berganti, demikian halnya dengan pekerjaan saya yang berganti dari satu bagian ke bagian yang lain. Ada banyak hal-hal baru yang saya dapatkan untuk tugas baru saya, namun saat yang sama juga saya dihadapkan kepada tantangan baru yang merupakan ketakutan saya selama ini yakni bepergian ke pelbagai wilayah di seluruh tanah air demikian juga ke seantero jagat raya dunia ini, mau tidak mau saya harus banyak terbang. Tidak terbayangkan olehku ketika pesawat sedang terbang tinggi di udara tiba-tiba mengalami naik turun karena turbulensi kekosongan udara yang ada di atas sana.”
Kini tiga tahun lamanya saya sudah menangani tugas baru ini. Bulan ke bulan tiada berlalu tanpa mengudara. Kekhawatiran demi kekhawatiran muncul setiap kali saya hendak terbang dari satu kota ke kota lain baik di dalam maupun luar negeri. “Saya ambil jadwal penerbangan malam hari aja, pasti saya akan langsung tertidur karna jikalau di darat pun saya sudah pasti tidur pada malam hari”, demikian pemikiran-demi pemikiran yang timbul dalam benak saya. Saya berusaha mengatasi ketakutan saya lewat diri saya sendiri. Namun hal itu sering tidak menjamin kenyamanan perjalanan saya. Bagaimana tidak, sebab namanya sedang di udara, tak seorang pun bahkan pilot sekali pun tak dapat menjamin turbulensi dalam perjalanan nihil, tentu saya tidak dapat tenang tidur juga. Akhirnya saya menyadari bahwa satu hal yang harus saya lakukan “pasrah” ke dalam tangan Allah.
“Bapa, Engkaulah yang memberi nafas hidup bagiku dan daripadaMu pula aku datang. Buangkan kiranya rasa takut dalam diriku dan gantikan dengan penyerahan diri ke dalam tanganMu. Kini aku menyadari bahwa aku tidak mampu melakukan apa-apa terhadap diriku sendiri kecuali itu atas seijin Allah”, inilah doa yang saya layangkan tiap kali saya harus meninggalkan istri dan anak-anak untuk bepergian ke pelbagai tempat dalam rangka menjalankan tugas. Saudara dan sahabatku, sering anda melakukan hal yang sama, bergantung kepada diri sendiri gantinya kepada Allah. Mencoba mengatasi rasa takut dengan kemampuan kita sendiri gantinya meminta Ia mengatasinya. Apa yang kita takutkan, kadangkala Allah biarkan itu menimpa kita supaya akhirnya kita menyadari bahwa kita tidak mampu menjaga diri kita sendiri kecuali Allah yang menganugerahkan kehidupan dan keselamatan itu. Sejak hari ini, Allah meminta kita memegang janji pemeliharaan Allah melalui ayat renungan pagi ini sama seperti Ayub yang telah menikmati pertolongan dan pemeliharaan Allah dalam hidupnya. Serahkanlah hidup kita kepada Allah, sebab Ia yang menciptakan kita. Amin.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :