Saturday, September 05, 2009

Dalam Naungan Tuhan

Mazmur 91 : 1 “Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa,"









“Kakak rasa enggak tadi ada gempa ? Kakak enggak apa-apa kan?”, suara mama terdengar beruntun di hand phone saya siang itu. “Iya ma, kakak baik-baik saja.”, jawab saya,walaupun sebetulnya jantung ini masih berdetak cukup kuat dan nafas masih terengah-engah. “Nanti kakak telepon mama lagi ya, karena sekarang harus segera keluar dari gedung !”, kata saya memberitahu mama. Saat Jakarta dilanda gempa minggu ini, saya berada di lantai 4 gedung kantor dan sedang mengikuti rapat. Tiba-tiba gedung terasa bergetar dan bergoyang dengan kekuatan yang besar, 7.3 scala richter. Dengan nafas yang terengah-engah , saya terus berlari melalui tangga darurat bersama dengan banyak orang lain yang juga turut berlari menyusuri tangga demi tangga. Saya sempatkan untuk menelepon adik saya. ” Dek, kamu lagi ngapain? Terasa nggak tadi ada gempa bumi?”. “Aku enggak apa-apa kak…!”, begitu sahutnya, juga dengan nafas yang terengah-engah. Belum selesai kami bicara, tiba-tiba sambungan telepon terputus ! Setelah tiba di bawah kantor , saya kembali mencoba menelepon adik saya. “Sekarang aku sudah mau pulang ke rumah nih kak, semua kita dipulangkan!”, jawabnya. “Oke, kalau begitu hati-hati di jalan ya!”, jawab saya menutup telepon. Tak lama telpon kembali berdering, terdengar suara mama. “Kakak, sekarang di mana?”. ”Kita semua sudah ada di luar ma, untuk menghindari jika ada gempa susulan. Tapi kakak baik-baik saja kok, mama jangan khawatir ya. Mama sendiri bagaimana?”, saya balik bertanya. “Mama tadi kaget sekali kak! Tapi puji Tuhan semua kami yang di rumah baik-baik saja. Jaga diri kakak ya..”, kata mama mengakhiri pembicaraan.

Sejauh mata memandang sepanjang jalan menuju kantor baik yang ada di seberang maupun di sebelah kantor,terlihat ratusan orang berkumpul penuh kepanikan. Hampir semua terlihat memegang telepon genggam seraya menghubungi orang-orang yang mereka cintai untuk memastikan mereka dalam keadaan baik. ”Hallo, papa bagaimana keadaannya?”,tanya saya menghubungi papa. ”Papa baik-baik saja kak. Kebetulan sudah keluar dari ruang rapat dan tidak terlalu terasa getarannya di lantai bawah sini.”, jawab papa. ”Yah syukurlah ya pa, kakak sudah hubungi mama dan adik mereka juga baik-baik saja”, kata saya menerangkan kepada papa. ”Kaca di kamar mandi lantai 9 pecah loh ! Terus tembok-tembok juga terlihat retak !”, suara beberapa orang teman saya. ”Waduh ternyata kalau sudah di luar baru terlihat akibatnya ya”, kata beberapa orang lain lagi. Sementara itu pengelola gedung terus memberi pemberitahuan untuk menunggu di luar gedung hingga keadaan cukup aman untuk menghindari resiko akan adanya gempa susulan. Kami pun masing-masing berdoa dan mengucap syukur pada Yesus yang telah menghindarkan kami sekeluarga dari bencana alam di tempat yang berbeda-beda.

Ayat kita di pagi yang indah ini mengingatkan janji Tuhan bahwa bila kita bersama Allah, kita akan ada dalam perlindungan-Nya senantiasa. Tidak ada seorang pun yang tahu kapan datangnya bencana alam. Itu bisa terjadi kapan saja, dimana saja, dan dapat menimpa siapa saja. Tapi bila kita ingat, betapa indahnya janji Tuhan bagi orang-orang yang duduk dalam lindungan-Nya dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa. Kita akan selalu berada dalam penyertaan-Nya. Itulah janji Tuhan kita. Ia menerangi kita dalam kegelapan, Ia mengubah kesesakan, ketakutan dan kekhawatiran kita menjadi rasa tenang, sukacita dan aman karena Tuhan melindungi kita. Ia adalah Allah kita yang memelihara kita siang dan malam. Maukah kita bersyukur kepada-Nya ? Bila iya, katakan dalam doa kita hari ini.

Taste plenty of God’s blessings today and be thankful to Him !