Sunday, September 06, 2009

Tidak Ada Lagi Malam

Wahyu 21 : 25 “Dan pintu-pintu gerbangnya tidak akan ditutup pada siang hari, sebab malam tidak akan ada lagi disana”






Beberapa tahun lalu, saya dan adik saya masih berkuliah di Filipina, di sekolah berasrama yang letaknya di luar kota. Kebetulan orang tua kami bertugas di negara yang sama dan mereka tinggal di kota. Negara ini sering dilanda oleh angin topan yang besar. Satu kali setelah serangan angin topan yang begitu kencang serta hujan badai selama dua hari berturut-turut, banyak pohon yang tumbang dan tiang listrik juga rubuh. Akibatnya listrik di kampus dan asrama dimana kami tinggal semua padam ! Karena letak asrama kami yang sangat jauh dari kota, maka dampaknya begitu terasa bagi kami. “Kak, listrik di asrama kakak sudah menyala belum ?”, teriak adik saya ketika melewati asrama saya. “Belum tuh…, kamu harus lebih berhati-hati loh…!”, kata saya mengingatkan. “Tapi kamarku jadi gelap sekali kak…, aku jadi merasa enggak nyaman. Jadi takut nih…!”, jawabnya dengan wajah khawatir. “Yah sudah, sabar saja ya… Semua juga merasakan hal yang sama. Kita berdoa saja ya, semoga semua kesulitan ini bisa kita lalui.”, kata saya berusaha menyabarkannya. Memang peristiwa angin topan kali ini adalah yang terburuk selama 11 tahun terakhir ini. “Kak, kita pulang saja ke kota yuk, di sini kita tidak bisa apa-apa! Tidak ada penerangan, tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasa…’, kata adik saya merengek manja. “Ya sudahlah, kakak siapkan dulu barang-barang kakak yang penting. Semoga kita bisa berangkat sebelum hari gelap ya…”, kata saya menyetujui usulannya. “Oke deh, kalau begitu aku juga siap-siap ya kak…!”, jawab adikku seraya beranjak dari ruang tunggu asrama.

Sore itu juga kami berangkat dari kampus untuk kembali ke kota tempat tinggal orang tua kami. “Kok bis-nya lama sekali tidak datang-datang ya kak…”, bisik adikku saat kami menunggu kendaraan ke kota. “Sabar sedikit ya dek…, siapa tahu sebentar lagi busnya datang. Saat ini banyak jalan raya yang terhalang karena pohon-pohon yang tumbang. Belum lagi serta banyak tiang listrik yang jatuh, menghambat semua bis yang akan melintas.”, jelas saya padanya. “Iya deh kak, apa boleh buat kita hanya bisa menunggu saja.”, jawabnya mengerti. Sementara waktu terus berjalan tak terasa hari sudah mulai gelap, penumpang juga semakin bertambah banyak. “Nanti kalau busnya datang kita harus berusaha supaya berhasil masuk loh dek. Kamu lihat enggak orang-orang sudah semakin banyak ?”, bisik saya sambil menatap kerumunan orang menunggu yang semakin padat. “Iya kak, aku juga dari tadi sudah lihat. Sepertinya kita membutuhkan perjuangan yang lumayan berat nih supaya bisa masuk ke dalam bus! ”, katanya sambil membenahi tas yang dibawa. Tidak lama kemudian bus yang kami tunggu pun datang. Seperti yang sudah saya bayangkan kami memang harus berebutan untuk bisa masuk ke dalam bus. Untunglah kami berhasil mendapatkan bangku untuk duduk. Sepanjang perjalanan tidak ada penerangan listrik sama sekali, gelap gulita ! Sesekali memang ada cahaya mungkin dari lilin atau lampu tradisional, ini membuat suasana terasa sepi dan perjalanan terasa lama. “Waaahhhh…, akhirnya kita sampai juga ya kak…”, kata adik saya menarik nafas lega. “Terimakasih Tuhan kita bisa kumpul lagi bersama mama dan papa ”, jawab saya sambil melangkah menuju rumah. Di malam yang gelap itu, meskipun dengan penerangan seadanya, kami sekeluarga kembali bisa berkumpul menikmati cahaya lampu yang terang. Kami bersyukur kepada Tuhan karena pimpinan dan penjagaan-Nya pada kami sekeluarga.

Ayat renungan kita pagi ini memberikan gambaran tentang surga yang kita nantikan. Tidak ada malam di surga. Selagi kita hidup di dunia, kita akan selalu bertemu dengan kegelapan. Entah karena listrik padam, tidak ada penerangan di satu tempat, atau bila malam sudah tiba. Kita tidak suka kegelapan, karena hal itu mengganggu aktifitas kita, membuat tidak nyaman dan ingin menjumpai terang kembali. Inilah yang kita alami saat ini. Tapi semua ini akan berlalu. Bayangkan satu saat nanti kita akan tinggal di surga, dimana umat-umat Allah menjadi anak-anak terang, berjalan dalam terang Anak domba Allah. Di sana, di tempat baru yang kekal itu, tidak lagi ada kegelapan selamanya. Di surga kita akan merasakan betapa indahnya kasih karunia Yesus, yang telah mati untuk kita, agar kita boleh mendapatkan keselamatan dan hidup kekal di tempat yang selalu penuh dengan terang benderang tanpa henti dan penuh dengan sukacita. Marilah kita menjadikan surga sebagai tempat yang kita rindukan bersama, rindu untuk tinggal dan hidup di sana. Kita tetap setia hingga Yesus datang kembali dan menjemput kita pergi ke surga yang penuh dengan cahaya kemuliaan Allah. Malam tak ada lagi di sana.

Enjoy this holiday !