Saturday, September 26, 2009

Lewi - Matius

Walaupun saat ini masih dalam suasana libur, namun tidak mengurangi minat anggota jemaat untuk hadir dalam perbaktian Rabu malam 23 September 2009. Bapak Aswin Sugiarto membuka perbaktian tepat jam 19:30 dengan mengudang semua yang hadir untuk menyanyikan Lagu Sion nomor 281, “Aku Perlu Yesus”, sebagai lagu pembukaan. Setelah doa pembukaan yang dilayangkan oleh ibu Tina Wira, vocal group bapak-bapak membawakan lagu pujian yang berjudul “Berkat Yang Tentu Tuhan Janji”. Pembahasan malam ini dibawakan oleh bapak Mulana Simanjuntak, yang mengambil pembahasan dari buku “Kerinduan Segala Zaman” atau “Alfa dan Omega Jilid V” Pasal 28, yang berjudul “Lewi – Matius”. Bapak Mulana memulai pembahasannya dengan membandingkan pelaku korupsi di berbagai tempat. Ada yang karena tersangkut kasus korupsi kemudian bunuh diri karena malu. Ada pula yang tetap menganggap dirinya tidak bersalah dan bahkan ada pelaku korupsi yang hanya senyum-senyum tanpa merasa malu, tanpa takut dan tanpa rasa bersalah.

Matius atau Lewi, adalah seorang pemungut cukai. Pekerjaannya menuntut dia harus mengumpulkan pajak dari bangsanya sendiri. Itulah sebabnya ia sangat dibenci oleh bangsanya, karena dianggap sebagai antek bangsa Roma. Oleh karena bangsa Roma menginginkan upeti yang tinggi dari orang Yahudi, sehingga ditunjuklah seorang dari bangsa Yahudi untuk menarik pajak itu dan menyetorkannya kepada bangsa Roma. Posisi inilah yang menyulitkan Matius. Matius, pada dasarnya adalah seorang rohaniawan dan jujur. Namun, oleh karena pekerjaannya itu, ia dikucilkan dari lingkungannya. Matius memang pernah mendengar tentang Yesus. Dan ketika Yesus datang kepadanya dan berkata, “Ikutlah Aku”, maka dengan tanpa ragu-ragu, segera Matius meninggalkan segalanya untuk mengikut Yesus. Kerinduannya untuk masuk dalam persekutuan dengan Yesus telah mengalahkan kerinduannya akan harta duniawi. Bahkan sebagai reaksi atas sukacitanya, Matius mengadakan pesta untuk menghormati Yesus dan mengundang kaum kelurga serta teman-teman sesama pemungut cukai. Ia juga rindu untuk memperkanalkan Yesus kepada kaum keluarganya, teman dan sahabat-sahabatnya.

Di sisi lain, orang Farisi dan Pemimpin Yahudi pada waktu itu tidak dapat menerima hal tersebut. "Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?", tanya mereka. Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat." Matius tidak menyombongkan diri sehingga dapat mengenal Yesus. Orang Farisi menganggap dirinya lebih hebat, sehingga tidak mau mengenal Yesus. Secara peribadatan dan pengetahuan, orang Farisi memiliki segalanya. Namun, oleh karena merasa diri mereka terlalu pandai, maka mereka tidak memerlukan lagi petunjuk untuk memperoleh keselamatan. Pekabaran yang dibawa oleh Kristus dan agama orang Farisi diibaratkan oleh Yesus sebagai anggur yang baru dan anggur yang lama. Ajaran Kristus yang diumpamakan anggur yang baru, bukanlah berarti suatu doktrin yang baru pula. Sebaliknya, apa yang diajarkan-Nya adalah pengajaran yang telah diajarkan sejak permulaan dunia ini diciptakan. Namun, oleh karena kebenaran itu telah hilang keaslian dan keindahannya, maka bagi orang Farisi, ajaran Yesus yang mengembalikan keaslian dan keindahan ajaran itu dianggap sebagai ajaran baru yang tidak dikenal serta tidak diketahui. Untuk menerima ajaran ini, seseorang harus mengosongkan dirinya. Dengan mengosongkan dirinya, dia dapat menjadi seorang pengikut Kristus sebenarnya. Apabila diri itu disingkirkan, maka Tuhan akan menjadikan seseorang suatu kejadian yang baru. Kerbat yang baru dapatlah diisi dengan anggur yang baru pula. Kasih Kristus akan memberikan pada orang percaya itu suatu kehidupan yang baru.

Usai renungan, tibalah saat untuk bersaksi dan menyampaikan pokok-pokok doa. Bapak D. Siahaan, seorang married student tingkat akhir jurusan Teologia Unai, memberikan kesaksian perihal bagaimana Tuhan memelihara dan mencukupi kebutuhan hidup dan kuliahnya. Dengan modal iman dan tanpa membawa uang mereka datang ke Unai untuk sekolah. Tuhanlah yang menyediakan semuanya tepat pada waktunya. Kesaksian kedua oleh ibu Melanie Nayoan, sehubungan dengan kakaknya, bapak Benny Nayoan, yang menderita stroke dan harus melakukan bedak otak. Ibu ini menyaksikan bagaimana kuasa doa bagi kakaknya. Disaksikan juga bagaimana lagu puji-pujian rohani dapat membantu menstabilkan denyut nadi. Pokok doa pada malam hari ini meliputi orang-orang yang sakit, seperti bapak Munas Tambunan, bapak George Pelaupessy, KPA, nama-nama orang yang belajar alkitab, dan Family Of The Month bulan ini yaitu keluarga Viertin Tobing, dan pokok-pokok doa yang lain. Acara kebaktian Rabu Malam ini diakhiri dengan menyanyi dari Lagu Sion nomor 83, “Berserah Kepada Yesus”. Doa tutup dilayangkan oleh bapak Mulana Simanjuntak, dan setelah itu jemaat keluar untuk bersalaman dengan pembicara. Puji Tuhan untuk malam persekutuan doa yang indah !