If I could catch a rainbow, I would do it just for you, and share with you its beauty, on the days you're feeling blue. If I could build a mountain, you could call your very own, a place to find serenity, a place to be alone. If I could take your troubles, I would toss them in the sea, but all these things I'm finding, are impossible for me. I cannot build a mountain, or catch a rainbow fair, but let me be what I know best, a friend who's always there. - Kahlil Gibran -
Monday, November 30, 2009
Reach Up - Reach Out - Reach Across
Girl: Down here. I’ve been wondering what is it that God has planned for our Church?
Pastor Jan Paulsen: I’m drawn to the statement by or rather the description by Ellen White where she describes the Church as being the theatre of God’s grace, where the grace of God is on display for humanity. I think God is really saying through the Church as a preferred instrument. I want to speak to humanity. I have a plan for their future, but I need the Church to be the one to carry this, to communicate this. So it is more than an appeal, an invitation and in a sense also a command for the Church to do this. Without Tell the World, as it were and this describes the mission we have. Without this the Church really has no reason for being there. The Church is a chosen instrument by which God communicates salvation in Jesus Christ to the world. So God says to us – Go, tell the world.
Girl: What does tell the world mean to us today? How does it involve me and my family?
Elder Mark Finley: The Church in the book of Acts was consumed with three things – first - reaching up, second – reaching out and third – reaching across. The Church in the book of Acts reached up to God. They knew God. They sought Him in prayer. They opened their hearts for the outpouring of the Holy Spirit. Secondly, they were passionate about reaching out. There was a mission that the Church in the book of Acts had for the community. They sensed that they could not be faithful to God unless they participated in Christ’s mission of reaching the lost. And thirdly they reached across. Across to one another. This emphasis of reaching up, reaching out, reaching across, this emphasis on personal devotional life, active witness and fellowship. This is the model that Christ himself has given us in the book of Acts. As the Church follows this model, we will see dramatic, powerful, supernatural results.
Girl: Now let me get this straight – reach up, reach out and reach across. Is it really that simple? Can you tell me a little bit more about it?
Dr. Ella Simmons: Typically, we think of reaching up, reaching up to God as praise and worship often in a formal setting in the Church, but it is so much more than that. Yes, it includes that but there is Bible study, studying God’s word and thereby studying God’s character. Getting to know who God is, building relationships with God. Through our lives, just our daily living everything that we do bringing honor and glory to God. That’s reaching up.
Girl: Now I understand reach up, but what does reach across mean? How does unity fit in?
Pastor Charles Tapp: The apostle Paul in first Corinthians 12 he talked about the Church being this body. But he also described it as being many different members. Very unique differences. One being a foot, another being a hand, another being a ear, so forth and so on. It means that we must come together and be unified. But it also means that we must have room to accept the differences that each of us bring to the table. To bring these different entities together we come up with something very unique that would have never ever existed had we not given the time to bring these separate entities together to create this stronger unit which is really the body of Christ.
Girl: Is being part of our community reaching across?
Pastor David Jamieson: It goes back to kindergarten, grade one and grade two when we would bring a little trinket or favorite object to school and we would have show and tell. And it’s the same kind of concept today. People in our society want to see Christ before they are willing to listen to someone sharing Christ. People don’t care how much you know until they know how much you care.
Girl: I like the part about show and tell but I don’t understand the reading out part. I’m just a kid. What can I do?
Elder Mike Ryan: This is an area that probably Seventh-day Adventists had been the strongest in and for years, in fact, that we have been so mission driven, reaching out is in a corporate sense it reaches from not only our members of our family and the community in which we live but it can also reach out all the way to countries in which we have very little presence. And we recognize that we have a responsibility and a privilege to go there and to deliver the three angel’s messages and the gospel. So this is a vital part of Adventism.
Girl: Reach up, reach out, reach across, sounds simple to me. Pastor Paulsen, what do you think?
Pastor Jan Paulsen: Ever since we began as a Church in the middle of the 19th century, mission is what has described that defined us as a Church. And it’s only going to happen if the people who make up the Church, who are part of the Church, will accept their role and function. What is it? What is God expecting of you and me? God is expecting of us faithfulness. Whatever talents, skills, energies, gifts you have, make them available for the mission which is God’s mission entrusted to the Church. So really the big question, the final question that comes to all of us at the end of the day is – will you, will I, be part of God’s plan?
Radio Kabar Baik
Selamat pagi pendengar setia Radio Kabar Baik Kemang Pratama. Kita jumpa lagi di hari ini. Selamat mendengarkan !
Berikut ini jadwal siaran Radio Kabar Baik pada pukul 08:00 hari ini :
Kwartet Kemang Pratama
Lagu tutup "Ya Tuhan Iringlah Kami"
Selamat mengikuti !
Melayani Dengan Gembira
“Ayo, sekarang kita mulai masak. Sudah lapar nih…!”, ajak seorang siswa kepada teman-temannya. Dengan sigap mereka menyiapkan makan malam untuk mereka. Setelah itu semua bergegas menyiapkan diri melakukan pelayanan kerohanian kepada penduduk di kota itu. Setiap pagi dan malam kami berdoa meminta perlindungan dan pertolongan Tuhan agar kami dapat melakukan pelayanan dengan baik. “Sekarang kita berbagi kelompok ya. Kamu dengan teman-teman pergi ke sebelah sana untuk memimpin kebaktian pagi. Sementara yang lain ikut saya untuk melayani di sini.”, ujar pemimpin membagi tugas pelayanan kepada peserta. Semua bergegas melakukan tugas dengan gembira. Saya baru bisa bergabung dengan mereka tiga hari kemudian. “Bagaimana keadaan kalian di sini ? Kakak dengar kalian sempat kehabisan beras ?”, tanya saya dengan khawatir kepada mereka. “Tidak apa-apa bang ! Memang sempat kita kekurangan, tapi bisa diatasi segera. Kita semua senang melakukan pelayanan di sini !”, ucap salah seorang siswa yang disambut anggukan setuju wajah-wajah yang penuh dengan semangat di sekitar saya. “Bang, kami disini banyak mendapat pelajaran. Kami harus bisa berdoa untuk orang tua yang ada di sini, belajar memberi semangat kepada mereka walaupun kami masih muda.”, ujar seorang siswa SMA dengan mata berbinar. “Iya bang ! Kami datangi seorang bapak, dia berkata dia sedih bahwa anaknya tidak menghormati dia dan sudah tidak mau lagi mengikuti kebaktian. Kami minta Tuhan menolong kami agar bisa membantu bapak ini. Kami datang pagi-pagi sekali ke rumahnya, membawa Alkitab dan berdoa untuk dia. Bapak itu senang dan merasa dikuatkan. Kami pun dikuatkan.”, sambut siswi yang lain. Saya terharu dengan semangat pemuda-pemudi ini dalam melakukan pelayanan.
Misi Pengharapan Sebagai Penyembahan
Wahyu 14:7 mengatakan, “dan ia berseru dengan suara nyaring: ‘Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air.’ ” Penyembahan yang benar adalah menyembah Dia yang menciptakan langit dan bumi. Hanya Allah, khalik pencipta alam semesta sekaligus penyelamat manusia, yang patut disembah. Sebaliknya, penyembahan berhala adalah perayaan karya cipta manusia sebagai pencapaian tertinggi di dunia. Penyembahan ini bukan saja mencerminkan ketidaksetiaan kepada Allah, namun juga menghina Allah. Dosa penyembahan berhala adalah sia-sia, karena secara tidak langsung, menyembah diri kita sendiri. Dan itu tidak akan membawa diri kita bertumbuh. Jika Allah bukanlah objek kasih kita, maka kita akan menemukan sesuatu yang lain yang akan kita sembah. Itu dapat berupa permainan video, film, ataupun kesenangan lain yang dapat mencuri waktu ibadah kita. Untuk menghindari hal tersebut, kita harus fokus pada Allah sebagai satu-satunya objek yang kita kasihi. Allah yang menciptakan langit dan bumi, adalah satu-satunya yang sungguh-sungguh layak untuk menerima pujian.
Dalam melakukan peribadatan kepada Allah, kita perlu penyerahan sepenuhnya. Terlalu sering, orang-orang mencampur-adukkan ibadah dengan hiburan yang memberi kepuasan diri. Ibadah artinya menyerahkan setiap tekanan pada kendali Allah dan sepenuhnya menyerahkan diri kita sendiri kepada Dia. Bila kita benar-benar menyembah Allah, segala sesuatu yang kita lakukan menjadi suatu persembahan penyerahan dan pujian. Ini semua tentang Dia dan bukan tentang kita. Ia adalah pusat dari ibadah kita. Dalam kisah penciptaan, kita dapati bahwa Allah telah menetapkan satu hari sebagai hari beribadah. Kejadian 2:2-3, “Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.” Ellen G. White menulis, “Sabat sejati, yang diberikan kepada manusia sebagai suatu peringatan peringatan akan penciptaan, telah ditempatkan dengan benar sebagai perintah suci Allah, dan sebagai gantinya, sabat palsu telah dijunjung tinggi dan disembah.... Tetapi suatu pekabaran, pekabaran malaikat ketiga, telah datang ke dunia ini, untuk mengangkat kebenaran pada posisinya yang benar, agar bisa berdiri teguh sebagai kebenaran Allah yang mengujikan di masa akhir ini. Persyaratan Allah harus diberikan kepada dunia dalam segala kuasa dan keaslian semula”. ”Bukanlah itu suatu keistimewaan menyatakan karunia Allah tentang Sabat dalam segala kuasa dan keaslian semula ? Hal ini tentunya menjadi sukacita kita. Inilah misi kita yang harus kita sampaikan kepada semua orang.”, kata Bapak Wilson mengakhiri renungan malam ini.
Pada bagian kesaksian, Pendeta Richard Y. Hutauruk memberikan kesaksian. Pada saat pergi ke daerah kuningan untuk mengajar Firman Tuhan, beliau terjebak macet hingga tiba disana lebih dari pukul 12 siang. Namun, oleh sebab tempat parkir yang penuh, beliau harus berputar-putar kembali untuk mencari tempat parkir. Saat itulah telpnya berbunyi dan ada permohonan untuk menunda jam belajar Firman Tuhan menjadi jam 14:00. Jadi, atas keterlambatan ini, Allah ternyata mempunyai rencana yang baik. Sepertinya ada halangan untuk belajar Firman Tuhan, namun oleh karena orang tersebut masih rapat, maka keterlambatan kedatangan pendeta tidak menghalangi waktu belajar Firman Tuhan. Rencana kita bukan rencana Tuhan. Kita diajak untuk menyerahkan segalanya kepada Tuhan, maka kita akan melihat bahwa dibalik segala masalah, ada rencana yang indah dari Tuhan untuk kita. Pokok-pokok doa kita saat ini meliputi: keluarga Risdayanti (anggota KPA yang ayahnya meninggal), rencana retreat jemaat, KPA yang sedang berjalan, orang-orang yang belajar alkitab, yang sedang sakit seperti Ibu Rini Pelaupessy dan Stephanus Purnama, anak-anak yang akan menghadapi ulangan umum, Bapak Daniel yang sedang sakit dan Family Of the Month - keluarga Munas Tambunan. Setelah doa syafaat yang dilakukan di kelompok doa, acara kebaktian Rabu Malam ini diakhiri dengan menyanyi dari Lagu Sion nomor 327, “Cerita Itu”. Doa tutup dilayangkan oleh Bapak Wilson Tobing.
Sunday, November 29, 2009
Perjalanan Yang Panjang
Matius 7:14 “karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.”
“Wah, sekarang kawan kita ini senyum-senyum terus nih…! ”, goda seorang teman kepada kawan pria kami. “Iya deh, yang sudah mau nikah lain sekali nih…! Hahaha…!”, ujar teman yang lain lagi. Kawan kita ini memang akan melangsungkan pernikahan di kampung istrinya sebentar lagi. Letak kampungnya di Jawa Timur, cukup jauh dari tempat kami tinggal. Semua rekan-rekan di kantor sepakat untuk menghadiri pernikahan ini. Kebetulan pimpinan perusahaan kami berencana akan melakukan meeting perusahaan di Yogyakarta, jadi semua bisa ikut. Semua rencana perjalanan diatur oleh pegawai yang ditugaskan. Kita semua berangkat dengan bis pariwisata. Tiba di hari yang ditentukan, tepat pukul 4:00 pagi semua pegawai kantor beserta keluarga telah berkumpul di kantor. Bis yang kami sewa sudah siap berangkat. Tepat pukul 5:00 pagi, rombongan berangkat menuju Kediri lewat jalur Pantai Utara Jawa.
“Eeh..., lihat tuh ! Sepertinya dia senang sekali jalan-jalan ya…!”, kata atasan kami menggoda salah satu pegawai yang sejak awal perjalanan terlihat gembira. Yang digoda tampak senyum-senyum. “Waduh, bagus sekali pemandangan di sini ya… sekarang kita sudah di mana nih pak supir ?”, tanya seorang pegawai yang duduk di depan, terlihat antusias mengajak supir untuk mengobrol. Sepertinya perjalanan yang diperkirakan memakan waktu 15 jam akan bertambah. Hampir 3 jam lebih kami menghadapi kemacetan di jalan. Terlihat wajah-wajah yang sudah mulai letih dan tidak bersemangat. “Kita berhenti dulu di depan. Kita istrahat sejenak sambil makan.”, usul atasan kami yang segera disambut oleh semua. Usai makan, kami melanjutkan perjalanan. Semua kembali memiliki tenaga baru. “Ayo…, kamu nyanyi dong, jangan diam saja !”, kata satu orang teman mengajak yang lain untuk mengisi waktu dalam perjalanan. Semua mulai menyanyi lagu-lagu nostalgia dengan semangat. Perjalanan terus berlangsung, kota demi kota dilalui. Hampir tengah malam kota tujuan belum juga tampak. Semua penumpang sudah merasakan kelelahan yang sangat. Di tengah keletihan yang sudah semakin berat, terlihat sebuah gerbang besar bertuliskan, “Selamat datang di kota Kediri.” Semua penumpang terlihat bersemangat. Akhirnya kami tiba dan semua akan mengikuti upacara pernikahan esok pagi dengan gembira, walaupun kami telah lelah sekali karena waktu yang di tempuh sekitar 21 jam perjalanan.
Pagi ini ayat renungan kita mengatakan bahwa jalan menuju ke surga adalah sempit, tetapi orang yang memilih di jalan itu akan memperoleh keselamatan. Perjalanan menuju ke surga adalah perjalanan yang panjang untuk sebuah perayaan besar. Tapi itu bukanlah perjalanan yang mudah. Banyak tantangan yang menghadang kita, banyak godaan, banyak cobaan, tidak sedikit ujian yang merintangi perjalanan. Sering kali ujian dan tantangan ini membuat perjalanan terasa berat dan membuat kita lelah, payah dan terkadang tergoda untuk menyerah. Kita tidak dapat berjalan sendirian. Kita perlu kekuatan dan penghiburan dari Tuhan selama perjalanan. Bila kita letih dan merasa beban berat, kita bicara kepada Tuhan, meminta Dia memberi kita semangat dan penghiburan. Kita datang pada Tuhan memohon kasihNya mengangkat kita kembali untuk tegak berdiri dan melanjutkan perjalanan menuju surga. Jangan kita menyerah. Bila nafiri dikumandangkan, kita akan disambut untuk masuk ke negeri yang telah lama kita rindukan. Mari kita terus berjalan dengan penuh sukacita dan semangat hingga tiba di negeri yang Tuhan janjikan, surga yang mulia.
Have a nice holiday !
Dapur Selera : Spaghetti Vegetarian
Selamat pagi ! Kita bertemu lagi di Dapur Selera ! Hari ini, kami menyajikan resep yang bisa dicoba di dapur anda, yaitu Spaghetti Vegetarian yang telah disiapkan oleh Ibu Evelyn Sormin. Menu yang segar dan sehat ini pas untuk disantap bersama keluarga anda.
Mentega secukupnya
2 buah bawang bombay
½ kg tomat
Saus tomat botol
Saus cabe botol
Minyak goreng secukupnya
dengan menggunakan garpu
- Masukkan tahu ke dalam wajan. Beri sedikit minyak goreng, kemudian oseng-oseng sebentar. Jika sudah terlihat empuk, angkat, kemudian dinginkan
- Telur dikocok, lalu masukkan ke dalam wajan. Beri sedikit minyak goreng, kemudian oseng oseng sebentar, tetapi jangan sampai berwarna coklat. Angkat, kemudian dinginkan
- Bawang putih dicincang halus
- Bawang Bombay diiris tipis-tipis
- Siapkan wajan, taruh minyak goreng sedikit. Tumislah bawang putih dan bawang bombay, dioseng-oseng. Jika baunya sudah harum, masukkan tomat yang sudah di-blend, aduk-aduk hingga harum. Kemudian masukkan saus tomat dan saus cabe secukupnya agar warna saus terlihat lebih segar.
- Berikan sedikit garam. Jika saus ingin terasa lebih pedas tambahkan saus cabe sesuai selera.
- Biarkan saus hingga mendidih, angkat, kemudian dinginkan.
- Taburi atasnya dengan tahu dan telur
- Lumuri spaghetti dengan saus tomat
- Spaghetti siap untuk dinikmati 3 orang
Saturday, November 28, 2009
Persiapan Calon Pengantin
Wahyu 19:7 “Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantinNya telah siap sedia”
Hari Minggu pagi saya terlambat bangun. Matahari telah tinggi di awan baru, sinarnya sudah memenuhi sebagian kamar saya. Saya bangkit dari tempat tidur dan keluar kamar. “Selamat pagi mam…! Wah, harum sekali masakan pagi ini !”, ucap saya sambil memuji istri yang tengah masak di dapur. “Selamat pagi ! Iya dong, mama bikin masakan yang spesial pagi ini. Kita semua sudah renungan pagi loh…”, jawab istri saya sambil tersenyum. Saya masuk lagi ke kemar untuk membaca Alkitab dan berdoa. Setelah itu saya kembali merebahkan tubuh di atas ranjang karena seluruh badan terasa pegal. Perjalanan yang saya lakukan ke ujung Timur Indonesia kemarin terasa sangat melelahkan. Tiba-tiba pintu rumah kami diketuk. “Tante…! Tante…!”, teriak seseorang di balik pintu itu. Ibu saya yang sedang berada di rumah kami membukakan pintu. “Eh…, ayo masuk. Ada apa pagi-pagi sudah datang?”, sambut ibu saya sambil mempersilahkan masuk. Ternyata sepupu saya yang perempuan datang pagi itu. Dia tinggal di kota yang sama dengan kami. Saya keluar dari kamar dan bercerita panjang lebar.
Hari sudah semakin siang ketika kembali terdengar ketukan di pintu rumah kami. Ada seorang pria yang datang. “Saya adalah teman dari sepupu abang ini…”, kata dia memperkenalkan diri. Saya lihat sepupu saya tersenyum penuh arti. “Loh, kok tumben nih, kalian janjian datang berdua ke sini ya ? Ada apa nih?”, tanya ibu saya ingin tahu. Mereka berdua melempar senyum pada kami. “Tante…, rencana kedatangan kita hari ini adalah untuk minta restu dari tante, abang dan kakak. Bulan depan kami akan melangsungkan pernikahan di kampung.”, kata sang calon pengantin pria. “Syukurlah…, kami semua senang mendengar rencana kalian !”, sahut ibu saya sambil langsung memeluk mereka berdua. Siang itu kami sibuk membantu mereka melakukan perencanaan. Satu per satu kebutuhan untuk acara pernikah didaftarkan. Persiapan yang harus dilakukan, apa saja yang harus dibeli, siapa yang diundang hingga hal terkecil pun kelihatannya tidak terlewatkan. Tidak terasa sudah tengah malam. Kita semua senang dengan perencanaan yang sudah kita buat dan yakin pesta itu akan berlangsung dengan baik dan meriah.
Di pagi yang cerah ini ayat renungan kita mengajak kita untuk bersukacita dan bergembira, karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba. Pernikahan adalah bagian dari tahapan kehidupan manusia. Setiap orang sangat menantikan saat yang berbahagia itu tiba bagi dirinya masing-masing. Semua persiapan akan dilakukan dengan matang dan sebaik mungkin. Calon pengantin akan memperhatikan setiap detil acara, pakaian, ruangan dan tamu yang akan diundang. Mereka harus memastikan semua persiapan dilakukan dengan matang, agar hari yang dinantikan menjadi sukacita bagi semua. Kita yang hidup di dunia diumpamakan seperti pengantin wanita yang tengah menantikan saat yang membahagiakan, yaitu kedatangan Yesus yang kedua kali. Sementara menanti saat yang berbahagia, kita harus mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin agar siap bertemu dengan Yesus. Tuhan akan menolong kita dalam mempersiapkan hati dan pikiran kita, menolong kita membuang tabiat lama yang tidak berkenan kepada-Nya, membangun kita untuk memiliki iman yang teguh. Marilah kita mengajak Tuhan mempersiapkan diri kita untuk menyongsong kedatangan Yesus yang segera akan datang.
Have a blessed day !
Friday, November 27, 2009
Panduan Keselamatan Perjalanan
Yohanes 14 : 26 “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”
“Kepada seluruh penumpang jurusan Biak diharapkan segera menaiki pesawat melalui Pintu A2”, terdengar suara dari pengeras suara yang ada di ruang tunggu terminal keberangkatan. Saya dan seorang teman bangkit dari tempat duduk dan ikut dalam antrian bersama penumpang lain. “Selamat malam pak ! Boleh tunjukkan boarding pass-nya… Terima kasih !”, ucap seorang petugas dengan ramah usai memeriksa potongan tanda masuk ke dalam pesawat yang saya miliki. “Silahkan lewat sisi sebelah sini pak…!”, sambut seorang pramugari dengan ramah mempersilahkan kami masuk ke dalam pesawat. “Nah, ini tempat duduk kita.”, kata saya sambil memasukkan tas ke dalam bagasi di atas kursi. Saat itu sudah lewat tengah malam. Saya mengatur posisi duduk yang nyaman agar bisa istirahat. “Mohon perhatian sebentar ! Kami akan memperagakan panduan keselamatan selama penerbangan ini. Di bawah kursi anda telah tersedia perangkat keselamatan bila terjadi emergency…”, ujar pramugari dengan lancar sambil menunjukkan cara pemakaian alat tersebut. Setelah itu beberapa larangan seperti penggunaan alat komunikasi selama penerbangan dijelaskan kepada penumpang. Tidak terasa pesawat mulai tinggal landas.
Matahari sudah bersinar dengan cerah ketika kami tiba di Biak lima jam kemudian. Keluar dari pesawat, kami berbegas menuju ke ruang tunggu untuk menanti keberangkatan pesawat selanjutnya menuju Babo. Hari ini ada 5 penerbangan hari ini menuju ke Babo. “Kita akan berangkat jam 8:50…, masih bisa duduk sebentar di sini.”, kata teman saya sambil bersandar di kursi. Ketika hampir tiba waktunya untuk berangkat, terdengar suara melalui pengeras suara. “Kepada seluruh penumpang Flight ke-3 tujuan Babo, diharap masuk ke dalam ruangan briefing”. Kami semua masuk dengan teratur ke dalam sebuah ruangan. Petugas di ruang tunggu memutar video mengenai cara menggunakan peralatan keselamatan dalam pesawat. Penumpang juga diingatkan lagi untuk tidak menggunakan alat komunikasi selama penerbangan. “Wah…, bosan juga ya setiap naik pesawat pesannya selama sama dan itu-itu saja !”, kata saya setengah berbisik kepada teman yang kelihatan serius memperhatikan video itu. “Yah…, enggak apa-apa pak. Siapa tahu kita lupa, jadi diingatkan terus…supaya kita semua selamat !”, jawabnya ringan sambil tersenyum.
Have a great holiday !
Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda.
Thursday, November 26, 2009
Berusaha Untuk Sempurna
Matius 5:48 “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”
Sesuai janji, maka pada hari yang sudah ditentukan saya pun segera berangkat menuju ke kota pelanggan kami. Setibanya di bandara, saya segera masuk ke dalam. Terlihat antrian begitu panjang. “Rupa-rupanya banyak juga orang yang berangkat pagi seperti ini…”, kata saya dalam hati. “Kok antriannya tidak bergerak ya pak”, tanya seorang calon penumpang di belakang saya. “Kelihatannya dua orang di depan sedang ada masalah bu. Petugas meminta surat khusus untuk barang-barang yang dia bawa.”, jelas saya seadanya. “Pemeriksaan sedang ketat ya pak, tapi untuk kebaikan kita juga…” , katanya seolah bicara sendiri. Walau menunggu cukup lama antrian ini akhirnya berakhir. Berikutnya saat mau memasuki ruang tunggu, saya harus kembali melalui pemeriksaan kedua kali. Kembali ada masalah dengan calon penumpang lain. “Maaf pak, korek api gas bapak kami tahan karena tidak boleh membawa alat seperti ini di dalam pesawat”, petugas pemeriksa menjelaskan kepada penumpang yang berdiri di depan saya. Dengan tekun petugas pemeriksa melanjutkan tugasnya, memeriksa penumpang satu persatu, agar bisa dipastikan tidak ada alat yang bisa membahayakan penumpang beserta pesawat yang dinaiki.
Ayat renungan di pagi yang sejuk ini mengatakan hendaknya kita sempurna, karena Bapa kita adalah sempurna. Perjalanan dengan pesawat udara, menuntut semua penumpang mengikuti semua peraturan keselamatan penerbangan dan melalui pemeriksaan yang ketat. Ada banyak tahapan yang dilalui untuk memastikan semua calon penumpang menuruti aturan dan layak untuk terbang. Kita semua tengah berjalan menuju ke surga. Semua penghuni surga sempurna, karena Allah kita sempurna. Sementara kita berjalan dan hidup di dunia, kita akan belajar untuk memperbaiki diri kita yang masih jauh dari kesempurnaan. Kita masih memiliki sikap ego, kita masih bersifat tidak sabar, kita mudah sekali marah, kita belum memiliki kelemah-lembutan, kita mungkin belum memiliki kasih kepada semua orang. Tuhan mau kita meninggalkan satu per satu kelemahan kita selagi kita hidup di dunia. Kelemahan-kelemahan ini tidak dapat kita bawa lagi bersama kita, saat Yesus datang menjemput dan mengajak kita mengarungi perjalanan menuju surga, karena surga itu sempurna. Ada banyak ujian yang kita lalui, yang akan mengajar kita untuk meninggalkan kelemahan-kelemahan itu di belakang kita, agar kita dapat terus bersiap sebagai calon penghuni kerajaan surga. Marilah kita berusaha setiap hari meninggalkan kelemahan-kelemahan kita. Kita minta Roh Kudus menolong kita, agar kita sanggup berjalan setiap hari lebih baik dari hari kemarin.
Have a wonderful day !
Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda !
Pengharapan Surgawi
“Shine Jesus Shine”, adalah lagu pertama yangdibawakan oleh Maranatha Choir Kids. Walau pun anggota koor ini telah selama satu minggu sudah lelah dengan jadwal rekaman yang padat, namun mereka tetap tampil dengan prima. Setelah itu sebuah lagu berjudul “Amazing Grace” dinyanyikan dengan merdu dan penuh penghayatan. Syair lagu yang menceritakan kasih Allah yang besar, yang luar biasa bagi manusia, sehingga kita boleh layak untuk memperoleh keselamatan dari Tuhan. Semua lagu-lagu pujian telah mengangkat hati yang hadir untuk bersiap menerima firman Tuhan yang dibawakan oleh Ibu Dahlia Hutauruk berjudul “Misi Pengharapan Surgawi”.
Firman yang dibawakan ini adalah bagian awal dari rangkaian Pekan Doa yang bertema “Misi Pengharapan.” Ibu Dahlia menyampaikan bahwa kita semua merasakan berkat yang besar oleh lagu-lagu yang merdu yang dibawakan oleh Koor BWA dan Maranatha Kids Choir. “Kita sudah sering mendengar tentang misi pengharapan. Bahkan sejak saya masih kecil pun, kata-kata ini begitu melekat di pikiran saya. Mengapa misi pengharapan ini masih disebut hingga saat ini ? Karena ini adalah tema yang sangat menarik. Ada mutiara-mutiara yang terkandung di dalamnya.”, kata Ibu Dahlia di awal khotbahnya. “Tuhan sanggup untuk melaksanakan sendiri misi ini. Tetapi Tuhan melihat kita sebagai mahluk yang istimewa yang dapat dilibatkan untuk membawakan misi ini kepada semua manusia.”, ucap Ibu Dahlia menerangkan alasan Tuhan melibatkan kita dalam membawa misi ini.
“Misi ini perlu kasih, sebagai bahan bakar yg membuat berkobar semangat setiap manusia dalam menjalankan misi. Gereja diorganisir untuk menjalankan misi Tuhan. Gereja tidak cukup hanya belajar dan berdiskusi saja, tapi harus menjalankan misi seperti yang Yesus jalani.”, lanjut Ibu Dahlia menjelaskan tentang perlunya kasih dalam setiap pelayanan kepada Tuhan. “Yesus telah menjalani misi Allah dengan penuh ketekunan dan penyerahan kepada Allah Bapa. Yesus sudah berada di surga saat ini. Ia ingin kita pengikutnya menjalankan misi ini. Misi ini dapat tercapai bila kita menyerahkan semua hati dan jiwa kita untuk mengabarkan cerita tentang kasih Allah.”, terang Ibu Dahlia kepada semua yang hadir. “Allah telah mengutus anak-Nya untuk datang ke dunia. Kehidupan Bapa terpantul dari apa Yesus teladani kepada kita semua. Adakah kita memantulkan Yesus dalam hidup kita setiap hari? Yesus telah menyelesaikan tugas dari Bapa-Nya. Kita juga telah diutus oleh Yesus untuk menyelesaikan misi pekabaran keselamatan surgawi kepada sesama manusia. Marilah kita menjalankan peran kita masing-masing sebagai pelayan Allah untuk memberitakan keselamatan kepada setiap orang.”, ajak Ibu Dahlia sekaligus mengakhiri firman pada hari Sabat ini. Di akhir khotbah, Maranatha Kids membawakan sebuah lagu yang merdu berjudul “Faith Of Our Fathers”, dalam format kwartet. Lagu ini menyatakan bahwa iman orang saleh itu kekal, tak ada yang dapat membinasakannya. Semua diajak untuk memiliki iman yang kekal kepada Tuhan, agar kita semua tiba di surga yang kita rindukan. Puji Tuhan untuk rangkaian kebaktian yang indah di hari Sabat ini !
Jemaat Kemang Pratama menyampaikan terima kasih kepada jemaat Maranatha, Singapore beserta Maranatha Kids Choir yang telah ikut menyampaikan puji-pujian kepada Tuhan di hari Sabat ini. Tuhan memberkati rencana jemaat Maranatha dan dalam setiap pelayanan kepada-Nya. Amin.
Wednesday, November 25, 2009
Keputusan Menjadi Seorang Kristen
“Di saat hidup kita tenang, terkadang kita tidak melakukan apa-apa dan setan berusaha agar hidup kita menyimpang dari Allah. Itu sebabnya di saat kita berjaga malah banyak sekali pergolakan dalam hidup kita. Banyak pencobaan datang ke dalam kehidupan kita dan kita membuat kita mudah jatuh, karena pikiran kita dibelokkan dari Allah oleh karena persoalan kita.”, ujar Bapak Munas tentang upaya setan yang semakin keras setiap hari mau menjatuhkan pengikut Kristus. Kemudian Bapak Munas menerangkan bahwa Yesus telah menyerahkan diri-Nya untuk kita. Sekarang adalah kesempatan agar kita lebih dekat kepada Allah dalam pelayanan kita, sehingga tabiat kita akan serupa dengan Kristus, yaitu hidup yang penuh dengan pelayanan. “Orang selalu berpikir jika dia sudah di usia tertentu maka dia sudah menjadi sesuatu yang dia cita-citakan. Selain berusaha mencapai apa yang kita cita-citakan, kita perlu mempunyai target untuk menjadi berkat bagi orang lain. Allah yang akan memberikan kemampuan agar kehidupan kita menjadi berkat bagi sesama manusia. Ini harus menjadi misi utama kita, yaitu Tuhan dapat dinyatakan melalui kehidupan kita yang penuh berkat dan pelayanan kasih kita.”, ucap Bapak Munas menyimpulkan dorongan PP di Sabat pagi ini agar kita semua turut dalam pekerjaan Tuhan melayani sesama kita.
Tuesday, November 24, 2009
Resiko Mengalihkan Pandangan
Monday, November 23, 2009
Pasrah Seperti Rusa
Pagi itu air di Teluk Tumaloi amat tenang. Angin bertiup perlahan saat speed boat melaju meninggalkan sandarannya. Sudah 30 menit kami menikmati perjalanan yang tenang. Ombak tidak terlalu keras, serasa kita dalam buaian ayunan. Tiba-tiba saja speed boat ini terhenti. “Ada apa pak ? Apakah ada balok kayu yang menghalangi perjalanan kita ?”, tanya seorang teman kepada pengemudi. “Lihat…! Di depan ada seekor rusa yang berenang !”, teriak pengemudi cukup keras. “Aduh kasihan ! Kelihatannya rusa itu sudah kelelahan. Mungkin dia sudah terlalu lama berusaha untuk berenang.”, kata seorang teman yang lain. “Kelihatannya rusa itu masih muda. Ayo kita bantu selamatkan dia.”, ujar yang lain mengingatkan. Segera speed boat mendekati rusa tersebut. Sementara asisten pengemudi dan seorang security berusaha untuk mengangkat rusa ke atas speed boat, dari wajahnya terlihat rusa ini sudah pasrah. Mungkin dia sudah letih dan kebingungan, sehingga dengan mudah kami bisa menggotongnya. Sikap rusa ini tentunya sangat membantu saat kita menolong dia. Akhirnya kami semua menarik nafas lega karena berhasil menolong rusa muda ini. “Untuk kamu dilihat bapak pengemudi ini, kalau tidak badanmu sudah di cabik-cabik oleh buaya di teluk ini!”, kata teman saya menggoda rusa yang terlihat amat lelah.
Ayat renungan pagi ini mengatakan bahwa seorang gembala akan berusaha mencari seekor dombanya yang sesat dan akan sangat bersukacita bila menemukannya. Dalam perjalanan di dunia ini, ada banyak hal-hal yang menarik hati kita. Terkadang hal-hal ini terlihat begitu indah, begitu mempesona, tidak dapat menolaknya. Tanpa kita sadari, kita hanyut dalam perangkap setan yang amat berbahaya. Bila kita terus berjalan dengan akal budi kita sendiri, kita akan semakin lelah dan tidak berdaya untuk keluar dari jerat dosa. Seperti seekor rusa muda yang berada di teluk tadi, buaya yang liar mengintai untuk memangsanya, mengambil nyawanya, di saat dia sudah semakin lelah. Kita bersyukur karena Tuhan adalah gembala kita yang baik. Ia tidak akan membiarkan diri kita hanyut dan sesat dalam lautan dosa. Sebagai gembala, Ia akan berusaha menolong dan menyelamatkan kita keluar dari setiap kelemahan kita. Bila kita menyadari kelemahan itu, kita pasrahkan diri kita kepada-Nya, biarkan Tuhan menolong kita. Saat tangan Tuhan terulur menolong, jangan kita memberontak atau menolak tangan-Nya, agar kita dapat diselamatkan. Marilah kita belajar untuk menyerahkan diri dan menyambut tangan Tuhan yang menolong kita, maka kita akan sanggup untuk kembali ke jalan yang aman.
Have a great day !
Bagikan roti pagi ini kepada sahabat anda dengan tombol “Tell A Friend” di bawah ini.
Kejujuran
Hari Jumat 20 November 2009, kebaktian Vesper dipimpin oleh Bapak Sulasta yang mengundang semua yang hadir untuk menyanyikan lagu pembukaan dari Lagu Sion nomor 133, ”Kukasih Pada-Mu”. Doa pembukaan dilayangkan oleh Friska Hutauruk. Renungan pada pembukaan Sabat ini dibawakan oleh Bapak Joy Silaban dengan judul “Apakah berbohong dapat menjadi hal yang benar bagi seorang yang jujur?”. Bapak Joy memulai renungannya dengan menampilkan slide yang berisikan 3 hal penting yang selalu dialami semua manusia. Tiga hal dalam hidup yang hanya sekali dan tidak pernah kembali adalah : waktu, kata-kata yang diucapkan dan kesempatan. Tiga hal dalam hidup yang banyak dirindukan adalah : harapan, kedamaian dan kehormatan. Tiga hal yang paling berharga yang patut kita adalah: kasih sayang, sahabat dan kepercayaan diri. Tiga hal dalam hidup yang tidak pernah pasti ialah: kesuksesan, impian dan kemujuran. Tiga hal dalam hidup yang membuat orang yang baik: Ketulusan, kerja keras dan belas kasihan. Tiga hal dalam hidup yang dapat menghancurkan seseorang: Kesombongan, keserakahan, kemarahan. Tiga hal dalam hidup yang benar-benar tidak berubah : Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus.
Sunday, November 22, 2009
Belajar Mempercayai Janji
Mazmur 12:7 “Janji Tuhan adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan tanah.”
“Perhatian…perhatian…! Ditujukan kepada para penumpang jurusan Medan, keberangkatan akan ditunda selama kurang lebih 60 menit ke depan karena masih menunggu kedatangan pesawat dari Palembang.”, demikian suara wanita pemberi informasi terdengar sangat jelas di telinga. Saya melihat jam. Pukul 17:30. Lumayan lama tertundanya ! Sore itu saya dan empat orang teman yang lain sudah siap untuk berangkat ke Medan untuk sebuah perjalanan dinas. “Wah, untung juga ada penundaan keberangkatan. Semoga saja teman kita bisa segera tiba, jadi dia tidak perlu kehilangan uang karena tiketnya tidak berlaku lagi.”, kata saya kepada teman di sebelah. Kita masih menunggu satu orang lagi teman yang masih belum datang. “Iya juga sih… Mudah-mudahan saja dia segera tiba.”, jawabnya santai. Untuk mengisi waktu, masing-masing memilih cara sendiri-sendiri. Sementara saya memilih untuk membaca saja. Satu jam telah berlalu.
“Perhatian… perhatian…!”, suara wanita yang sama terdengar memberi pengumuman. Isinya mengatakan bahwa keberangkatan ditunda 1,5 jam lagi. “Waduh…! Mau berangkat jam berapa sih sebetulnya ? Kok tidak bisa dipegang janjinya ! Tertunda terus !”, gerutu sekitar 200 penumpang di ruang tunggu dengan nada sangat kesal. “Ngomong-ngomong kamu sadar enggak, teman kita belum datang juga. Padahal keberangkatan kita sudah ditunda 2 kali loh!”, teman saya mengingatkan kami semua. Saya hanya diam saja tidak ingin menambah keramaian suara yang terdengar di ruangan ini. Hampir semua orang berbicara menyatakan kekecewaan terhadap armada penerbangan karena penundaan yang terjadi. “Kalau mereka tunda sekali lagi kita semua komplain saja! Seenaknya saja membuat waktu kita terbuang sia-sia !”, kata seorang bapak dengan suara lantang mengajak penumpang lain bersimpati padanya. Kami hanya berpandangan satu dengan yang lain tidak ingin berkomentar lebih jauh, karena kami sebetulnya memikirkan teman yang belum juga tiba. Tinggal beberapa menit lagi dari jam yang dijanjikan terakhir. “Waduh sorry ! Saya terkena macet !”, tiba-tiba suara teman yang kami tunggu terdengar. Hampir saja dia tertinggal oleh pesawat yang akan segera berangkat. Akhirnya janji yang maskapai penerbangan sudah ubah beberapa kali ditepati. Walau sempat merasa kesal dan letih, kami semua akhirnya berangkat juga menuju kota tujuan.
Ayat renungan kita di pagi ini mengatakan bahwa janji Tuhan adalah janji yang murni, seperti perak yang teruji dan tujuh kali dileburkan dalam dapur peleburan tanah. Semua kita pernah mengalami peristiwa di mana janji yang sudah dibuat orang lain tidak dapat ditepati. Terkadang kita juga tidak dapat memenuhi janji yang kita buat. Ingkar janji tentunya membuat perasaan setiap orang menjadi tidak nyaman. Kita atau orang yang menerima janji merasa dirugikan, baik dari segi waktu, tenaga dan bahkan sampai materi. Ingkar janji bisa terjadi karena kesengajaan, kelalaian dalam mengatur waktu, atau karena hal-hal yang di luar kendali kita. Cuaca buruk, kemacetan di jalan, pekerjaan yang menumpuk, atau hambatan lainnya, dapat membuat setiap orang gagal memenuhi janjinya. Selagi kita hidup di dunia, kita berhadapan dengan janji-janji yang dibuat manusia, yang tidak selamanya dapat dipenuhi dengan tepat, tidak selalu pasti. Tetapi janji yang Tuhan berikan selalu pasti. Tuhan berjanji untuk selalu mengasihi kita setiap hari, Dia berjanji memelihara kehidupan kita, Dia berjanji menolong kita di setiap langkah kehidupan kita. Semua janji Tuhan ditepati. Setiap pagi kita dapat merasakan kesegaran janji Tuhan untuk memelihara kita. Di malam hari kita menyaksikan setiap janji yang digenapi. Janji Tuhan selalu pasti seperti matahari yang selalu terbit di ufuk Timur. Kita patut belajar untuk mempercayai setiap janji-janji Tuhan. Kita tidak akan kecewa, karena Ia tidak pernah gagal.
Enjoy your holiday !
Dapur Selera : Sambal Goreng Hati
Selamat pagi ! Kita bertemu lagi di Dapur Selera ! Hari ini, kami menyajikan resep baru yang bisa dicoba di dapur keluarga anda. Ibu Sari Tobing telah menyiapkan menu Sambal Goreng Hati. Menu yang enak dan sehat untuk disantap bersama keluarga anda.
Semua resep telah diuji di Dapur Selera Kemang Pratama.
Bahan-bahan Sambal Goreng Hati :
250 gr hati vegetarian *) lihat di bawah
250 gr kentang
50 gr kapri
25 butir telur puyuh
2 buah cabe merah besar
1 ruas lengkuas
2 lembar daun salam
1 batang sereh
200 ml santan
3 buah bawang putih
8 buah bawang merah
1 sendok teh garam
*) Bahan dan bumbu hati vegetarian:
½ kg Kacang Hijau
1 sendok teh (sdt) Ketumbar halus
1 sdt Merica bubuk
1 sdt Kunyit tumbuk halus
2 sdt Garam
2 butir Kemiri tumbuk halus
1 sendok makan (sdm) minyak wijen
5 sdt gula
Daun pisang
- Tiriskan, lalu diblender hingga halus. Kemudian, campur dengan semua bumbunya
- Bagi adonan menjadi beberapa bagian dan bungkus dengan daun pisang.
- Kukus selama 20 menit sampai matang
- Keluarkan isinya dan siap untuk diolah menjadi berbagai macam masakan.
- Potong kentang berbentuk dadu. Goreng kentangnya.
- Rebus telur puyuh. Kupas bila sudah matang. Goreng sebentar.
- Buang biji cabe merah. Iris seperti korek api.
- Tumis bumbu yang sudah dihaluskan hingga harum.
- Masukkan lengkuas yang telah dimemarkan, daun salam dan sereh, aduk rata
- Masukkan hati, kentang dan telur puyuh, aduk rata
- Tuangkan santan dan biarkan mendidih
- Masukkan cabe iris dan kapri. Aduk hingga rata.