Thursday, November 19, 2009

Belajar Untuk Menikmati

Pengkhotbah 3 : 4 “ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap, ada waktu untuk menari.”







Matahari lumayan bersahabat siang itu. Saya tengok jam tangan, sudah pukul sebelas lebih sedikit. Sebetulnya hari Minggu adalah hari libur, saatnya bercengkerama dengan keluarga. Tetapi tidak untuk hari Minggu ini, karena si sulung harus melakukan tugas tambahan melakukan pelayanan masyarakat selama 25 jam. Tugas ini bisa dilakukan dalam beberapa kali pertemuan di hari Minggu. “Ayo turun ! Kita sudah sampai di rumah jompo yang kalian maksud.”, kata saya kepada si sulung dan empat temannya. Kami segera mencari jalan untuk masuk. Pintu dibuka dan tidak jauh dari tempat berdiri mata saya langsung melihat seorang ibu yang sedang duduk di kursi roda. “Selamat pagi ibu!”, ucap saya saat menghampirinya. “Selamat siang ! Kok selamat pagi ? Ini kan sudah siang!”, jawabnya bernada protes. “Eh maaf oma, selamat siang maksud saya. Hehehe… Apa kabar oma hari ini?”, anak-anak segera meralat perkataan tadi. “Baik, terima kasih… Kalau kalian mau ketemu ibu pengelola ambil kiri, lalu lurus saja. Nah, di situ kantornya.”, jelasnya dengan tegas. Saya biarkan anak-anak untuk melakukan tugas mereka, sementara saya berjalan pelan menemani ibu ini sambil mengobrol. “Itu teman saya, usianya 99 tahun tapi masih sehat dan pandai menyanyi. Kamu dengar kan suaranya yang merdu?”, katanya sambil menunjuk ke arah yang dimaksud, “Hebat sekali ya! Sudah 99 tahun masih tetap sehat dan lancar menyanyi”, jawab saya mengagumi kesehatan oma itu sambil memperhatikan di sekeliling.

Tidak lama datanglah seorang bapak menghampiri ibu ini. “What are they doing here?”, tanya bapak itu dengan bahasa Inggris yang lancar kepada ibu ini. “Mereka anak-anak SMP yang sedang melakukan survei di sini. Mereka mau mengadakan pelayanan di sini.”, jawab ibu itu dengan bahasa Inggris yang tidak kalah lancarnya dengan aksen yang khas. Saya terpana memperhatikan mereka lancar berbicara. “Anda berdua berbicara Inggris dengan baik. Very good !”, puji saya kepada keduanya yang tersenyum ramah. “Ngomong-ngomong waktu muda kerja dimana om?”, tanya saya mengakrabkan diri kepada bapak yang sekitar usia 65-an, masih berbadan tegap. “Saya bersekolah di Bandung. Ketika itu PANAM Airlines sedang merekrut pegawai. Beruntung sekali saya terpilih di antara teman-teman lainnya. Saya sudah berkeliling Eropa dan Amerika !”, jawabnya tetap dalam bahasa Inggris. Tersirat senyum kebanggaan di wajahnya, mungkin mengenang masa lalunya. “Waduh hebat sekali om ! Sudah keliling beberapa benua ya…! Oh iya, bagaimana dengan tante ? Tante lancar sekali berbicara bahasa Inggris.”, tanya saya ingin tahu. “I was an English teacher in a private school. Saya ambil pendidikan bahasa Inggris dan Management di Australia”, jawabnya mantap. “Luar biasa ! Om dan tante punya pengalaman yang sangat berharga sekali pada waktu muda dulu.”, ucap saya mengagumi mereka berdua. Belum selesai saya bicara, ibu pengelola datang bersama anak-anak. “Tante ini hampir setiap hari masih suka menangis loh…”, katanya dengan lembut memegang bahu tante itu. “Loh memangnya kenapa tante?”, tanya saya terkejut mendengarnya. “Tante sedih…, karena setelah terkena stroke saya harus duduk di kursi roda. Tante terbatas dalam melakukan kegiatan. Padahal dulu tante tidak terhalang untuk beraktifitas apapun…”, wajahnya sedih mengenang masa lalu. “Tante jangan sedih… Dulu kan tante sudah banyak diberi kesempatan untuk menikmati pendidikan di luar negeri, aktif mengajar dan pintar bahasa Inggris. Sekarang saatnya tante untuk beristirahat. Semua ada waktunya tante... Sekarang kesempatan tante untuk menikmati masa istirahat. Ada Tuhan Yesus yang menemani. Coba lihat itu teman tante rajin menyanyi, dia jadi gembira menghitung berkat Tuhan.”, kata saya menghiburnya. “Iya…, tante akan berusaha untuk bersyukur dan menikmati saat ini. Tolong doakan tante ya..”, katanya sambil mencoba untuk tersenyum.

Ayat renungan pagi ini mengingatkan kita bahwa ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap, ada waktu untuk menari. Tuhan memberikan kita waktu mulai dari kita lahir, merangkak, berjalan, bersekolah, bekerja, dan tiba di hari tua. Di masing-masing waktu itu, kita memiliki kesempatan untuk menikmatinya. Menikmati saat ditimang seorang ibu, menikmati belajar naik sepeda pertama kali, menikmati bermain bersama teman-teman, merasakan sakit saat tersandung batu, menikmati keberhasilan saat bekerja, hingga akhirnya tiba di hari tua. Waktu dengan cepat berlalu. Kita sering merindukan kembali masa yang sudah lalu dan merasa sedih karena tidak bisa kembali lagi. Untuk semua ada masanya. Kita lakukan yang terbaik di waktu yang kita miliki saat ini. Satu saat waktu ini akan berlalu dari kita dan di saat nanti kita akan mengenang sebagai sesuatu yang indah yang kita pernah miliki. Mari kita belajar untuk menikmati waktu yang kita miliki saat ini.

Enjoy your day !

Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda.