Saturday, November 07, 2009

Padamkan Amarahmu !

Efesus 4 : 26 “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu.”




Ketika itu saya masih duduk di bangku sekolah. Hampir setiap hari Minggu saya habiskan waktu bersama dengan teman-teman sebaya untuk pergi memancing ikan Mujair di daerah Sunter. Disana ada banyak sekali tempat yang bisa dijadikan tempat memancing baik yang harus kita sewa atau yang tanpa biaya, atau gratis. “Sudah siang nih..! Tunggu apalagi…?? Kita berangkat saja sekarang, nanti kita kepanasan loh…!”, ajak saya kepada teman-teman di hari Minggu pagi. “Kita sudah lengkap kan ? Kita ber-enam semuanya!”, kata teman saya memastikan. “Yailah…, memangnya ada tambahan lagi? Ayoo, kita berangkat sekarang juga!”, ajak teman saya yang memimpin rombongan. “Ehhh, tapi ingat loh kali ini kita tidak akan memancing ikan tetapi memancing kepiting!”, teman saya yang satu mengingatkan. “Wah, aku belum tahu cara memancing kepiting. Umpannya pakai apa nih?”, tanya saya ingin tahu karena belum pernah melakukan itu. “Nanti aku kasih tahu deh rahasianya…!”, jawab teman yang satu dengan diplomatis. “Wah jangan begitu dong…! Kita kan harus membawa alatnya. Mana mungkin kita baru mencarinya di sana nanti?”, tanya saya tidak setuju. “Tenang saja, semua sudah aku persiapkan. Kali ini kita tidak perlu membawa pancingan dan kail, tetapi cukup membawa bambu dan tali senar saja…”, katanya menunjukkan yang dia bawa. “Ya sudah, kita lihat saja di sana apa benar yang kamu katakan pada kami.”, kata teman saya yang satu lagi.

Setelah menempuh perjalanan dengan kendaraan umum, akhirnya kami tiba di tepi danau yang kami tuju. “Sekarang kita sudah tiba, ayo dong ajarin kita bagaimana caranya…!”, seru kami serentak menagih janjinya. “Sekarang ikatkan tali senar ini ke batang bambu, lalu di ujung tali kita berikan sebuah batu kecil. Ayunkan bambu agar batu di ujung tali mengenai kepiting…, mudah kan?”, katanya mengajari kami. “Sekarang giliran kami mencobanya!’, kata teman saya tidak sabar ingin segera mencoba. Kami semua melakukan apa yang sudah diajarkan rasanya seru sekali. “Wah kepitingnya marah, dia menggigit tali dan batu kita dengan geram, capitnya mencengkram batu dengan kuat!”, teriak kami heboh sekali karena berhasil. “Sekarang angkat bambunya!”, teman saya memberi aba-aba. “Ha-ha-ha, aku dapat kepiting yang gemuk, dia marah sekali kelihatannya! Semakin marah, semakin kuat dia mencengkeram umpan kita!”, teriak teman yang satu lagi kegirangan. Kepiting itu berhasil ditangkap karena kemarahannya. Ia tidak berdaya ditangkap, karena tidak bisa menahan amarahnya sendiri.

Ayat renungan kita pada pagi yang indah ini menasehatkan agar kita jangan menahan amarah lewat dari matahari terbenam. Kita dianjurkan segera memadamkan amarah dan jangan menyimpannya. Mengendalikan amarah dan memadamkannya segera sangat penting bagi setiap orang. Amarah yang tidak terkendali dapat menjadi perangkap bagi setiap orang. Banyak orang yang jatuh dalam kesulitan, menghadapi masalah, kehilangan peluang, kehilangan jabatan, bahkan kehilangan segalanya karena tidak dapat menahan kemarahan di hatinya. Marah membuat orang tidak berdaya, menuntun ke dalam posisi yang lemah dan kegagalan. Setan suka membuat perangkap dosa bagi kita melalui amarah kita yang berkelanjutan. Kita perlu memadamkan amarah kita segera, sebelum matahari terbenam. Untuk itu kita minta Tuhan untuk menyanggupkan kita untuk menjadi sabar, mengendalikan amarah sebelum timbul. Bila terlanjur marah, kita minta kekuatan dari Tuhan untuk segera memadamkan amarah kita, agar kita tidak berdosa.

May we receive His abundant blessings today !