Monday, November 23, 2009

Kejujuran

Hari Jumat 20 November 2009, kebaktian Vesper dipimpin oleh Bapak Sulasta yang mengundang semua yang hadir untuk menyanyikan lagu pembukaan dari Lagu Sion nomor 133, ”Kukasih Pada-Mu”. Doa pembukaan dilayangkan oleh Friska Hutauruk. Renungan pada pembukaan Sabat ini dibawakan oleh Bapak Joy Silaban dengan judul “Apakah berbohong dapat menjadi hal yang benar bagi seorang yang jujur?”. Bapak Joy memulai renungannya dengan menampilkan slide yang berisikan 3 hal penting yang selalu dialami semua manusia. Tiga hal dalam hidup yang hanya sekali dan tidak pernah kembali adalah : waktu, kata-kata yang diucapkan dan kesempatan. Tiga hal dalam hidup yang banyak dirindukan adalah : harapan, kedamaian dan kehormatan. Tiga hal yang paling berharga yang patut kita adalah: kasih sayang, sahabat dan kepercayaan diri. Tiga hal dalam hidup yang tidak pernah pasti ialah: kesuksesan, impian dan kemujuran. Tiga hal dalam hidup yang membuat orang yang baik: Ketulusan, kerja keras dan belas kasihan. Tiga hal dalam hidup yang dapat menghancurkan seseorang: Kesombongan, keserakahan, kemarahan. Tiga hal dalam hidup yang benar-benar tidak berubah : Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus.

“Karena orang jujurlah akan mendiami tanah, dan orang yang tak bercelalah yang akan tetap tinggal di situ, tetapi orang fasik akan dipunahkan dari tanah itu, dan pengkhianat akan dibuang dari situ”, itulah ayat dalam Amsal 2:21,22. Dalam kamus bahasa Indonesia, jujur diartikan sebagai tulus hati, tidak berbohong, berkata apa adanya, tidak curang dan tulus iklas. Sedangkan berbohong didefiniskan sebagai tidak sesuai dengan hal yang sebenarnya. Dalam kehidupan, semua manusia, terlibat dalam kompetisi. Namun, pertanyaannya adalah, apakah kepentingan diri sendiri dan kompetisi di dunia bisnis merusak moral kita? Hal-hal yang dikagumi orang adalah kebaikan, kemurahan hati, keterbukaan, kejujuran, pemahaman dan perasaan. Dan hal yang ditolak oleh orang adalah – perkataan yang pedas, keserakahan, ketamakan, kekejaman, egoisme, dan mementingkan diri sendiri - merupakan ciri-ciri keberhasilan. Namun ironisnya, dalam fakta kehidupan, orang mengagumi hal-hal yang pertama, namun mereka menyukai hal-hal yang kedua. Contohnya, kita tidak suka anak kita mencontek, namun kita suka jika dia mendapat nilai sempurna, walaupun ternyata ia mencontek. Orang suka wilayah abu-abu oleh karena banyaknya pilihan yang dapat dibuat. Bagi orang konservatif, pilihan mereka hanya 1 dari antara 2, namun bagi orang yang fleksibel, akan banyak pilihan. Makin banyak pilihannya, makin disukai.

Perilaku seorang atasan adalah guidepost utama untuk perilaku bawahannya. Atasan dan teman-teman memiliki pengaruh yang lebih besar daripada kondisi lingkungan, kebutuhan keuangan seseorang, kebijakan perusahaan, atau kode etik profesi. Itu artinya, kita mempunyai pengaruh terhadap orang-orang di sekitar kita. Jika kita tidak jujur, maka itu akan mempengaruhi orang lain untuk berbuat tidak jujur juga. Apakah kita berkata jujur hanya pada saat kita bersumpah? Atau pada setiap saat? Apakah kita dapat mengubah komitmen kita untuk tetap berkata jujur bilamana itu dapat menguntungkan kita? Atau kita tetap berkomitmen untuk jujur setiap saat? David O. McKay mengatakan, ”Dapat dipercaya adalah hal yang lebih besar dari pada dapat dicintai”. Mengakhiri renungannya Bapak Joy memberi kesimpulan. ”Tuhan tidak menghendaki kita di wilayah abu-abu. Kita hanya mempunyai dua pilihan. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat. Marilah kita memilih untuk mengikuti yang Tuhan kehendaki.” ujar Bapak Joy mengakhiri renungan malam ini. Kebaktian Vesper kemudian ditutup dengan menyanyikan lagu sion nomor 90, “Percaya Yang Menang”. Doa tutup dilayangkan oleh bapak Joy Silaban. Jemaat berkumpul di halaman gereja berpegangan-tangan untuk membentuk lingkaran dan menyanyikan lagu ”God is So Good”. Setelah itu mengucapkan, “Selamat Sabat! Selamat Sabat! Selamat Sabat! Tuhan memberkati! Halleluyah! Amin!”.