Saya sedang berdiri di pinggir jalan ketika seseorang menepuk bahu saya. “Besok pagi jam 7, jangan lupa ya kita olah raga sepeda keliling kompleks perumahan!”, kata teman saya mengingatkan sambil tersenyum lebar. “Pasti deh, saya tidak akan lupa janji kita naik sepeda bersama besok !”, jawab saya cepat. “Oh iya, supaya kita seragam, kamu bisa pinjam sepeda onthel-ku.”, katanya menawarkan sepeda koleksinya. “Sip kalau begitu ! Hitung-hitung bisa rasakan bagaimana enaknya naik sepeda kuno!”, jawab saya menerima tawarannya. “Oke, kalau begitu sampai bertemu besok pagi ya!”, katanya sambil pergi meninggalkan saya. Keesokan pagi udara terasa lebih sejuk dari biasanya. Bergegas saya menyiapkan diri agar bisa pergi lebih cepat, siapa tahu nanti bisa berkeliling lebih jauh. Tiba-tiba dering telepon genggam saya berbunyi. Wah, teman saya sudah menelepon. Pasti dia sudah siap. “Hallo pak…! Iya pak…, saya sudah mau berangkat nih!”, jawab saya terburu-buru tanpa mendengar dahulu apa yang hendak dia katakan di seberang sana. “Maaf…, saya bukan mau bicara itu. Saya malah mau membatalkan rencana kita!”, suaranya terdengar jelas. “Loh..., kenapa dibatalkan ?”, tanya saya tidak mengerti. “Memangnya kamu belum mendengar ada berita duka?”, tanyanya memastikan. “Berita duka apa ya ?”, jawab saya tidak sabar. “Tadi malam kita kehilangan orangtua dan sahabat kita yang selama ini dengan tegar melawan penyakitnya!”, jelasnya pada saya. “Oh ya…? Kemarin beliau masih terlihat sehat dan mengikuti kebaktian di gereja hingga selesai. Sekarang beliau sudah pergi meninggalkan kita?”, saya masih tidak percaya. “Benar ! Ini saya bersama teman-teman sedang di gereja menyiapkan kursi-kursi untuk di bawa ke rumah duka. Kita ketemu di sana pak!”, ajaknya sambil menutup telepon.
Saya letakkan semua perlengkapan olah raga saya dan berganti pakaian saya segera menuju ke rumah keluarga yang berduka. Dalam perjalanan saya terkenang dengan almarhum sebagai seorang yang senior di gereja, tetapi memiliki pribadi yang sangat mengesankan. Rendah hati dan sabar. Pada saat dia bergumul dengan penyakit yang dia derita, beliau tidak pernah mengeluh. Beliau selalu berpikir positif untuk kesehatan dan kehidupannya. Saya betul-betul kagum dengan sikapnya. Tanpa terasa saya sudah tiba di rumah duka, sudah banyak orang berkumpul. Hampir semua berkomentar tidak mempercayai apa yang terjadi saat ini. “Kemarin di gereja, ketika diskusi pelajaran Alkitab, beliau masih bersemangat memberikan komentar dan penjelasan di kelas kami.”, ujar salah satu ibu mengungkapkan rasa tak percayanya. “Loh, kemarin beliau masih ikut makan siang bersama kita. Rasanya tidak bisa dipercaya beliau sekarang sudah meninggalkan kita.”, tambah teman yang lain. Semua merasa tidak percaya, seperti mimpi, tetapi inilah kenyataan yang terjadi.
Saya letakkan semua perlengkapan olah raga saya dan berganti pakaian saya segera menuju ke rumah keluarga yang berduka. Dalam perjalanan saya terkenang dengan almarhum sebagai seorang yang senior di gereja, tetapi memiliki pribadi yang sangat mengesankan. Rendah hati dan sabar. Pada saat dia bergumul dengan penyakit yang dia derita, beliau tidak pernah mengeluh. Beliau selalu berpikir positif untuk kesehatan dan kehidupannya. Saya betul-betul kagum dengan sikapnya. Tanpa terasa saya sudah tiba di rumah duka, sudah banyak orang berkumpul. Hampir semua berkomentar tidak mempercayai apa yang terjadi saat ini. “Kemarin di gereja, ketika diskusi pelajaran Alkitab, beliau masih bersemangat memberikan komentar dan penjelasan di kelas kami.”, ujar salah satu ibu mengungkapkan rasa tak percayanya. “Loh, kemarin beliau masih ikut makan siang bersama kita. Rasanya tidak bisa dipercaya beliau sekarang sudah meninggalkan kita.”, tambah teman yang lain. Semua merasa tidak percaya, seperti mimpi, tetapi inilah kenyataan yang terjadi.
Pagi ini ayat renungan kita mengatakan bahwa hidup manusia seperti rumput dan bunga di padang; hari ini berbunga indah, tetapi esok angin melintas maka ia tidak ada lagi. Hidup manusia terasa begitu singkat. Tidak ada yang dapat menduga apa yang akan terjadi dengan dirinya di hari esok. Kematian dan perpisahaan dengan orang yang kita kasihi adalah hal yang tidak dapat dielakkan. Kita meratap, kita menangis, kita kehilangan orang yang selama ini bersama dan dekat dengan kita. Seperti bunga di padang yang hilang ditiup angin, hidup di dunia ini hanyalah sementara saja. Tetapi, kita memiliki Tuhan yang kasih setia-Nya kekal sampai selamanya. Tuhan menawarkan kita satu tempat di surga, dimana kita akan berbahagia selamanya. Kita memiliki janji Tuhan, bahwa Yesus akan datang lagi. Dan itu tidak lama lagi. Kita akan dijemput untuk masuk ke surga, memperoleh hidup kekal. Sementara kita masih hidup di dunia ini, marilah kita berjalan bersama dengan Tuhan setiap hari. Kita hadapi hari-hari yang penuh ketidakpastian dengan menggenggam erat tangan Tuhan.
Have a nice day !
Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda hari ini.