Thursday, November 12, 2009

Membangun Sebuah Persahabatan

Yesaya 26 : 9 “Dengan segenap jiwa aku merindukan Engkau pada waktu malam, juga dengan sepenuh hati aku mencari Engkau pada waktu pagi…”








“Permisi…, selamat pagi…!”, suara itu sangat saya kenali. Segera saya keluar untuk menemuinya. “Oh tetangga sebelah toh…, tumben pagi-pagi sudah datang? Ada yang bisa saya bantu?”, sambut saya menawarkan jasa. “Begini loh mas, saya datang ke sini mau minta ijin karena saya mau merenovasi rumah…”, katanya memberitahu. “Oh silahkan saja mas…, tidak ada masalah kok!”, jawab saya sambil mengajak masuk ke rumah. “Terimakasih mas, kebetulan saya mau langsung berangkat kerja. Selama pembangunan nanti tentunya kenyamanan mas pasti terganggu, jadi mohon maaf sebelumnya. Nanti pasti akan ribut, debu serta kotoran ada di mana-mana. Jika nanti ada bagian rumah mas yang rusak karena kesalahan kerja tukang, tolong saya diberitahu agar bisa segera diperbaiki ”, katanya memberi jaminan kepada saya. “Sudah tenang saja, jangan repot-repot. Saya pasti akan beritahu jika ada masalah nanti.”, kata saya lagi. “Baiklah, kalau begitu saya permisi. Terimakasih banyak atas pertolongan yang diberikan.”, jawabnya dengan senyum.

Keesokan harinya pekerjaan perbaikan rumah tetangga sebelah dimulai. Seluruh genteng, kayu kaso, pintu dan kusen-kusen sudah dilepas. “Ini sepertinya bukan hanya sekedar renovasi, tetapi membangun total.”, ucap saya dalam hati. Di hari kedua dan selanjutnya tembok-tembok sudah dirubuhkan. Rumahnya sudah rata dengan tanah hanya dalam waktu kurang dari satu minggu. Membangun rumah pun dimulai. Bulan demi bulan berlalu. Rumah tersebut belum juga selesai pembangunannya. Satu hari saya kebetulan bertemu dengan pemilik rumah tersebut. “Wah, rumahnya dibangun bertingkat ya mas?”, tanya saya, “Betul sekali mas. Kebetulan yang menggambar adalah saudara saya, alat-alatnya juga saya belanja sendiri, mari masuk mas…”, katanya mengajak saya untuk melihat-lihat ruangan rumah. “Rumah ini pasti akan indah sekali nantinya ya mas…”, kata saya memuji. “Semoga tidak ada halangan ya, sehingga bisa cepat selesai.”, katanya lagi. Apa yang dikatakannya benar. Merubuhkan rumah hanya membutuhkan waktu beberapa hari, tetapi ketika membangunnya kembali membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Ayat renungan pagi ini mengajak kita untuk merindukan Tuhan dan mencari Dia setiap hari pada pagi dan malam. Membangun satu hubungan dengan orang lain adalah seperti membangun sebuah rumah. Sangat mudah untuk meruntuhkan satu hubungan dalam sekejap. Hanya dibutuhkan satu ucapan yang menyakitkan hati, sebuah tatapan mata yang merendahkan seseorang, atau bahasa tubuh yang menyepelekan sahabat kita, maka sebuah hubungan yang terjalin lama dapat hancur dalam sekejap. Sebaliknya, untuk membangun satu hubungan dengan seseorang, diperlukan waktu yang panjang sekali. Perlu upaya yang tulus, bahkan melibatkan pikiran, waktu, tenaga dan pengorbanan untuk membangun satu hubungan yang indah dan kuat. Hubungan kita dengan Tuhan pun memerlukan ketulusan hati kita. Kita harus menanamkan kerinduan dalam hati untuk terus memperkuat hubungan dengan Tuhan. Kita mencari Tuhan pada pagi hari dan malam hari, mendengarkan Ia berfirman, berbicara kepada-Nya melalui doa dan menyampaikan pujian kepada-Nya. Keintiman hubungan dengan Tuhan akan membawa sukacita dan pengharapan dalam hidup kita setiap hari. Keakraban bersama Tuhan setiap hari akan memberikan kedamaian bagi kita.

Let us seek God and walk with Him every day !

Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda.