Sunday, November 22, 2009

Belajar Mempercayai Janji

Mazmur 12:7 “Janji Tuhan adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan tanah.”



“Perhatian…perhatian…! Ditujukan kepada para penumpang jurusan Medan, keberangkatan akan ditunda selama kurang lebih 60 menit ke depan karena masih menunggu kedatangan pesawat dari Palembang.”, demikian suara wanita pemberi informasi terdengar sangat jelas di telinga. Saya melihat jam. Pukul 17:30. Lumayan lama tertundanya ! Sore itu saya dan empat orang teman yang lain sudah siap untuk berangkat ke Medan untuk sebuah perjalanan dinas. “Wah, untung juga ada penundaan keberangkatan. Semoga saja teman kita bisa segera tiba, jadi dia tidak perlu kehilangan uang karena tiketnya tidak berlaku lagi.”, kata saya kepada teman di sebelah. Kita masih menunggu satu orang lagi teman yang masih belum datang. “Iya juga sih… Mudah-mudahan saja dia segera tiba.”, jawabnya santai. Untuk mengisi waktu, masing-masing memilih cara sendiri-sendiri. Sementara saya memilih untuk membaca saja. Satu jam telah berlalu.

“Perhatian… perhatian…!”, suara wanita yang sama terdengar memberi pengumuman. Isinya mengatakan bahwa keberangkatan ditunda 1,5 jam lagi. “Waduh…! Mau berangkat jam berapa sih sebetulnya ? Kok tidak bisa dipegang janjinya ! Tertunda terus !”, gerutu sekitar 200 penumpang di ruang tunggu dengan nada sangat kesal. “Ngomong-ngomong kamu sadar enggak, teman kita belum datang juga. Padahal keberangkatan kita sudah ditunda 2 kali loh!”, teman saya mengingatkan kami semua. Saya hanya diam saja tidak ingin menambah keramaian suara yang terdengar di ruangan ini. Hampir semua orang berbicara menyatakan kekecewaan terhadap armada penerbangan karena penundaan yang terjadi. “Kalau mereka tunda sekali lagi kita semua komplain saja! Seenaknya saja membuat waktu kita terbuang sia-sia !”, kata seorang bapak dengan suara lantang mengajak penumpang lain bersimpati padanya. Kami hanya berpandangan satu dengan yang lain tidak ingin berkomentar lebih jauh, karena kami sebetulnya memikirkan teman yang belum juga tiba. Tinggal beberapa menit lagi dari jam yang dijanjikan terakhir. “Waduh sorry ! Saya terkena macet !”, tiba-tiba suara teman yang kami tunggu terdengar. Hampir saja dia tertinggal oleh pesawat yang akan segera berangkat. Akhirnya janji yang maskapai penerbangan sudah ubah beberapa kali ditepati. Walau sempat merasa kesal dan letih, kami semua akhirnya berangkat juga menuju kota tujuan.

Ayat renungan kita di pagi ini mengatakan bahwa janji Tuhan adalah janji yang murni, seperti perak yang teruji dan tujuh kali dileburkan dalam dapur peleburan tanah. Semua kita pernah mengalami peristiwa di mana janji yang sudah dibuat orang lain tidak dapat ditepati. Terkadang kita juga tidak dapat memenuhi janji yang kita buat. Ingkar janji tentunya membuat perasaan setiap orang menjadi tidak nyaman. Kita atau orang yang menerima janji merasa dirugikan, baik dari segi waktu, tenaga dan bahkan sampai materi. Ingkar janji bisa terjadi karena kesengajaan, kelalaian dalam mengatur waktu, atau karena hal-hal yang di luar kendali kita. Cuaca buruk, kemacetan di jalan, pekerjaan yang menumpuk, atau hambatan lainnya, dapat membuat setiap orang gagal memenuhi janjinya. Selagi kita hidup di dunia, kita berhadapan dengan janji-janji yang dibuat manusia, yang tidak selamanya dapat dipenuhi dengan tepat, tidak selalu pasti. Tetapi janji yang Tuhan berikan selalu pasti. Tuhan berjanji untuk selalu mengasihi kita setiap hari, Dia berjanji memelihara kehidupan kita, Dia berjanji menolong kita di setiap langkah kehidupan kita. Semua janji Tuhan ditepati. Setiap pagi kita dapat merasakan kesegaran janji Tuhan untuk memelihara kita. Di malam hari kita menyaksikan setiap janji yang digenapi. Janji Tuhan selalu pasti seperti matahari yang selalu terbit di ufuk Timur. Kita patut belajar untuk mempercayai setiap janji-janji Tuhan. Kita tidak akan kecewa, karena Ia tidak pernah gagal.

Enjoy your holiday !