Wednesday, November 18, 2009

Kedudukan Yang Terbalik


Hari Sabat 11 November 2009, cuaca di luar gereja Kemang Pratama agak teduh. Di dalam gereja, jemaat memasuki kebaktian khotbah. Ivana Tobing membawakan cerita untuk sahabat-sahabatnya dengan alat peraga berupa gambar warna-warni yang menarik minat semua anak-anak yang mendengarkannya. Usai cerita, Bapak Larry dan Ibu Donna Manurung menyanyikan lagu spesial yang merdu. Diiringi oleh petikan gitar Bapak Larry, lagu berupa medley yang berjudul “Amazing Grace” dan “Yesus Terindah”, dinyanyikan dengan lembut oleh Ibu Donna. Sungguh ajaib kasih Yesus dan terindah di seluruh alam semesta, syair yang indah ini membawa hati jemaat siap untuk mendengarkan khotbah berjudul “Kedudukan Yang Terbalik” yang disampaikan oleh Bapak Viertin Tobing.

“Miskin berarti keadaan tanpa harta, rumah yang kumuh , pakaian compang-camping dan kekurangan dalam makan. Tapi ada sebutan masyarakat miskin perkotaan. Mereka ini memiliki rumah, tapi tidak terlalu bagus, memiliki televisi, DVD player, dan berpenghasilan di bawah Rp 4 juta per bulan.”, ucap Bapak Viertin menjelaskan beberapa definisi miskin di awal khotbahnya. Bapak Viertin menceritakan tentang seorang wanita bernama Henrietta Howland Robinson atau dikenal dengan Henry Green, yang melimpah dengan harta kekayaan tetapi hidup dengan sangat hemat, seolah-olah dia orang miskin. Dia berusaha menimbun harta di bumi semata-mata. “Harta yang dimilikinya tidak dapat membuat Henry panjang umurnya. Ia mati tanpa membawa selembar saham yang ia miliki.”, ungkap Bapak Viertin tentang kesia-siaan menimbun harta di bumi. “Ada seorang kaya yang bersuka ria dalam kemewahan. Sementara di depan rumahnya ada seorang pengemis bernama Lazarus. Orang kaya ini tidak memperhatikan Lazarus ketika hidup di dunia. Kedudukan terbalik terjadi, ketika mereka berdua meninggal dunia. Lazarus menikmati kebahagiaan surga, sementara orang kaya ini menderita di neraka.”, urai Bapak Viertin tentang sebuah perumpamaan di dalam kitab Lukas 16 : 19-31.

“Orang yang miskin dalam perkara-perkara dunia, namun yang percaya pada Allah dan sabar dalam derita, sekali kelak akan ditinggikan di atas orang yang sekarang memegang kedudukan yang tertinggi yang dapat diberikan dunia, tetapi yang belum menyerahkan hidupnya kepada Allah.”, ucap Bapak Viertin mengutip Christ’s Object Lesson halaman 196 yang menggambarkan tentang lebih pentingnya berhubungan dengan Tuhan dibandingkan memiliki harta di dunia. Lebih lanjut Bapak Viertin mengajak kita untuk memiliki motif yang didorong oleh kasih yang sejati pada saat kita memperhatikan dan menolong orang-orang yang berkekurangan, karena inilah yang berkenan kepada Allah. “Allah tidak pernah peduli dengan seberapa kaya engkau dan seberapa miskin juga engkau. Allah hanya akan peduli baik kita kaya maupun miskin, hanya jika kita disertai dengan iman, kerendahan hati, ucapan syukur dan ringan tangan untuk memberikan pertolongan bagi sesama yang sungguh-sungguh memerlukan pertolongan. Marilah kita memperhatikan dan mengasihi setiap orang dengan hati yang tulus, karena itu berarti kita sudah melakukannya untuk Tuhan.”, ujar Bapak Viertin mengakhiri khotbah di Sabat siang ini.