Monday, November 23, 2009

Pasrah Seperti Rusa

Matius 18: 13 " Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat.”



Mata ini rasanya masih berat sekali untuk dibuka, tetapi suara alarm jam yang sudah teratur berbunyi membangunkan saya. Sudah 5 hari saya berada di kota ini untuk memberikan training, dan ini hari terakhir saya bersama-sama dengan rekan-rekan marketing di sini. Selesai sarapan pagi bersama kami pun segera berkumpul di lobby. “Kita akan berangkat ke Jetty. Di sana speed boat sudah menanti. Pukul 7:00 kita akan berangkat dari sana. Ayo kita pergi sekarang, tinggal 15 menit lagi nih !”, kata seorang teman mengingatkan. Kami bergegas naik ke atas bus. “Waduh rasanya sudah setahun nih berpisah dengan anak dan istri !”, celetuk salah satu rekan mengungkapkan rasa rindu-nya pada keluarga. “Wah gaya bahasa-mu hiperbola sekali ! Baru 3 minggu katanya sudah setahun hahaha…!”, gurau temannya, dan dibalas senyumnya. Tidak lama kemudian kami tiba di pinggir Teluk Tumaloi, tempat speed boat bersandar. “Mohon perhatiannya. Kami akan menerangkan peralatan keselamatan yang ada di speed boat, bila terjadi emergency selama perjalanan.”, ucap pengemudi speed boat sebelum kita berangkat. Semua memperhatikan dengan seksama.

Pagi itu air di Teluk Tumaloi amat tenang. Angin bertiup perlahan saat speed boat melaju meninggalkan sandarannya. Sudah 30 menit kami menikmati perjalanan yang tenang. Ombak tidak terlalu keras, serasa kita dalam buaian ayunan. Tiba-tiba saja speed boat ini terhenti. “Ada apa pak ? Apakah ada balok kayu yang menghalangi perjalanan kita ?”, tanya seorang teman kepada pengemudi. “Lihat…! Di depan ada seekor rusa yang berenang !”, teriak pengemudi cukup keras. “Aduh kasihan ! Kelihatannya rusa itu sudah kelelahan. Mungkin dia sudah terlalu lama berusaha untuk berenang.”, kata seorang teman yang lain. “Kelihatannya rusa itu masih muda. Ayo kita bantu selamatkan dia.”, ujar yang lain mengingatkan. Segera speed boat mendekati rusa tersebut. Sementara asisten pengemudi dan seorang security berusaha untuk mengangkat rusa ke atas speed boat, dari wajahnya terlihat rusa ini sudah pasrah. Mungkin dia sudah letih dan kebingungan, sehingga dengan mudah kami bisa menggotongnya. Sikap rusa ini tentunya sangat membantu saat kita menolong dia. Akhirnya kami semua menarik nafas lega karena berhasil menolong rusa muda ini. “Untuk kamu dilihat bapak pengemudi ini, kalau tidak badanmu sudah di cabik-cabik oleh buaya di teluk ini!”, kata teman saya menggoda rusa yang terlihat amat lelah.

Ayat renungan pagi ini mengatakan bahwa seorang gembala akan berusaha mencari seekor dombanya yang sesat dan akan sangat bersukacita bila menemukannya. Dalam perjalanan di dunia ini, ada banyak hal-hal yang menarik hati kita. Terkadang hal-hal ini terlihat begitu indah, begitu mempesona, tidak dapat menolaknya. Tanpa kita sadari, kita hanyut dalam perangkap setan yang amat berbahaya. Bila kita terus berjalan dengan akal budi kita sendiri, kita akan semakin lelah dan tidak berdaya untuk keluar dari jerat dosa. Seperti seekor rusa muda yang berada di teluk tadi, buaya yang liar mengintai untuk memangsanya, mengambil nyawanya, di saat dia sudah semakin lelah. Kita bersyukur karena Tuhan adalah gembala kita yang baik. Ia tidak akan membiarkan diri kita hanyut dan sesat dalam lautan dosa. Sebagai gembala, Ia akan berusaha menolong dan menyelamatkan kita keluar dari setiap kelemahan kita. Bila kita menyadari kelemahan itu, kita pasrahkan diri kita kepada-Nya, biarkan Tuhan menolong kita. Saat tangan Tuhan terulur menolong, jangan kita memberontak atau menolak tangan-Nya, agar kita dapat diselamatkan. Marilah kita belajar untuk menyerahkan diri dan menyambut tangan Tuhan yang menolong kita, maka kita akan sanggup untuk kembali ke jalan yang aman.

Have a great day !

Bagikan roti pagi ini kepada sahabat anda dengan tombol “Tell A Friend” di bawah ini.