Monday, November 09, 2009

Menyisihkan Waktu

Markus 12 : 30 “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.”









“Selamat pagi mbak…! Apakah bisa bertemu dengan bapak pimpinan?”, tanya saya kepada wanita resepsionis yang menerima saya di sebuah kantor pada satu pagi. “Maaf, apakah sudah ada janji dengan beliau?”, katanya balik bertanya. "Oh sudah mbak..., bisa tolong diberitahukan bawah saya sudah tiba?", kata saya lagi. “Baiklah, saya beritahukan beliau. Sementara itu bapak silahkan duduk dan tunggu sebentar pak…”, jawabnya sambil tersenyum. Sementara menunggu saya melihat jam yang tergantung di dinding ruang tunggu, jam sembilan lewat tiga puluh menit. Ternyata saya datang tiga puluh menit lebih cepat dari janji saya dengan beliau. Saya memang sudah terbiasa melakukan hal seperti ini. Untuk memuaskan pelanggan, apalagi sekelas pimpinan seperti bapak ini, tentunya saya tidak akan mau mengecewakan dia. Dengan datang lebih awal banyak hal yang menguntungkan bagi saya. Selain lebih tenang dalam perjalanan saya juga bisa mempersiapkan kembali apa yang akan dipresentasikan kepada klien nantinya.

“Silahkan masuk sekarang pak… Bapak pimpinan sudah bisa menerima anda.”, suara mbak resepsionis memecah kesunyian di ruang tunggu. “Baik mbak, terimakasih!”, jawab saya. “Selamat pagi pak, bapak terlihat sangat cerah hari ini”, kata saya membuka pembicaraan sambil menyalami klien saya. “Terimakasih. Saya dengar anda datang lebih awal. Saya hargai usaha anda. Tetapi maaf ya, karena membuat anda menunggu cukup lama. Maklumlah, banyak hal yang saya harus persiapkan di pagi hari.”, katanya dengan senyum hangat. “Tidak masalah pak. Memang saya sengaja datang lebih awal agar bisa tepat waktu sesuai dengan janji saya. Baiklah pak, apakah saya sudah bisa mulai menjelaskan manfaat dari produk yang kami miliki?”, tawar saya padanya. “Tentu saja…silahkan…!”, jawabnya dengan sikap siap mendengar. Waktu yang diberikan saya gunakan sebaik mungkin untuk meyakinkannya. Usaha saya tidaklah sia-sia, karena beliau bersedia untuk menggunakan produk yang saya tawarkan. Saya berterima kasih karena Tuhan sudah menuntun saya sehingga boleh berhasil. Pikiran saya jadi menerawang mengingat apa yang dikatakan bapak tadi. Dia menghargai waktu yang saya sisihkan dengan baik dan mempersiapkan diri untuk bertemu dengan dia. Pikiran ini mengganggu saya. Saya bertanya dalam hati, seberapa banyak waktu yang saya siapkan dalam sehari untuk Tuhan, agar saya tidak terburu-buru mempelajari firmanNya dan mendengarkan Tuhan berbicara.

Ayat renungan kita pagi ini mengajak kita untuk memberikan prioritas yang terutama kepada Tuhan, mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi kita. Setiap hari kita dilanda oleh kesibukan kerja dan aktifitas rutin. Kita bertemu dengan orang-orang yang penting dalam usaha kita. Kita berusaha untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum bertemu. Kita menyisihkan banyak waktu untuk mempersiapkan diri dan menyiapkan materi pertemuan. Semua kita lakukan agar pertemuan berjalan nyaman dan berhasil. Tuhan ingin agar kita menyisihkan waktu bagi-Nya setiap hari. Waktu untuk bertemu dengan-Nya, waktu untuk belajar firman-Nya, dan waktu untuk mendengarkan Ia berbicara kepada kita. Tuhan ingin kita punya waktu yang tenang saat bertemu denganNya, agar kita bisa mendengar dengan baik, merenungkan dengan bijaksana apa yang Tuhan kehendaki bagi kita, dan merasakan kebaikan Tuhan. Mari kita jadikan Tuhan sebagai yang terutama dalam hidup kita. Kita sisihkan waktu yang cukup untuk duduk bersama Tuhan setiap hari. Kita akan mendapatkan sukacita dalam hidup kita.

Have a great day !

Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda dengan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.