Wednesday, November 11, 2009

Komunikasi Dalam Keluarga

PENGANTAR REDAKSI

Matahari bersinar amat cerah pada satu Sabat siang. Kami berkesempatan untuk melakukan obrolan dengan keluarga Pendeta Richard Y. Hutauruk, gembala jemaat Kemang Pratama. Tanpa disadari, saat itu mereka mengenakan pakaian berwarna senada membuat keluarga ini terlihat begitu kompak dan serasi. Kami mengambil tempat di salah satu sudut taman halaman gereja, dimana ada pohon Cherry yang tumbuh begitu rindang, membuat suasana terasa segar dan akrab. Pendeta Hutauruk ( 46 tahun) didampingi istri tercinta Ibu Dahlia (43), serta kedua buah hati mereka yang cantik-cantik. Yoan (17) dalam sikap dan tutur kata terlihat lebih matang dari usianya, berbeda dengan Friska ( 15) yang cenderung bertutur apa adanya bahkan terkesan lugu. Tidak heran ketika Friska tak kuasa menahan haru, bahkan sesekali menghapus tetes airmata, di sela-sela obrolan siang itu. “Saya sudah 18 tahun menjadi hamba Tuhan”, tutur Pendeta Hutauruk memulai perbincangan kami yang bergulir kebagian paling penting dari lembaran hidupnya sebagai seorang hamba Tuhan.

Mari kita simak bincang-bincang dengan keluarga Pendeta Hutauruk lebih lanjut.


AWAL MULA MENJADI PENDETA

Ketika bapak memutuskan untuk menjadi seorang pendeta, apakah ini benar merupakan panggilan jiwa ataukah hanya karena tidak ada pilihan lain untuk berkuliah ?

Pendeta : Sejujurnya, saya memiliki cita-cita untuk menjadi seorang tentara, lebih tepat jika saya katakan menjadi militer penerbangan. Oleh karena itu, ketika tamat SMP saya memilih masuk ke STM Penerbangan. Tetapi karena keluarga kami adalah keluarga besar, orangtua saya memiliki banyak anak, maka saya diminta untuk tidak meneruskan cita-cita saya karena menurut orang tua saya menjadi tentara tidaklah mudah, membutuhkan waktu yang panjang serta biaya yang besar sehingga itu adalah hal yang tidak mungkin saya capai. Walaupun kecewa, saya tidak mau menyerah, saya ingin tetap bisa bersekolah. Akhirnya saya coba cari kerja dan untunglah saya bisa cepat dapatkan pekerjaan. Sedikit demi sedikit uang saya kumpulkan. Setelah merasa cukup, saya ingin bisa menambah pendidikan walaupun saya belum tahu apa cita-cita saya berikutnya. Tanpa diduga suatu hari saya bertemu dengan seseorang. Dia mengajak saya untuk merantau ke daerah Jawa. Karena merasa percaya dengan apa yang dikatakannya sayapun mengikuti sarannya. Dan benar, di tanah Jawa saya menemukan apa yang tidak saya rencanakan sebelumnya. Setelah melihat semua fakultas yang ada, saya justru terpanggil untuk mengambil jurusan Teologia. Saya ingin menjadi hamba Tuhan.


PERSEPSI TENTANG ANAK PENDETA

Di masa lalu ada persepsi yang mengatakan bahwa anak pendeta biasanya nakal. Apakah bapak melihat persepsi itu benar dan apakah persepsi itu masih berlaku di saat sekarang ini?

Pendeta : Mungkin saja ada orang memiliki persepsi itu. Sebagian pendeta mungkin tidak memiliki waktu yang cukup untuk berkumpul dengan keluarga, karena berbagai kendala yang dihadapi dalam pelayanan saat itu. Komunikasi yang belum canggih, transportasi yang terbatas, ini membuat pelayanan yang dilakukan membutuhkan waktu yang banyak, sehingga waktu yang dimiliki untuk keluarga menjadi terbatas. Akibatnya, jarang berkumpul dan bercengkrama dengan keluarga. Keluarga dan anak-anak tidak mendapat perhatian yang cukup. Tetapi sekarang kedua hal tersebut menjadi sangat berbeda. Kita melihat bagaimana sarana komunikasi dan transportasi sudah begitu baik dan maju sehingga ini bermanfaat untuk pendeta. Mereka bisa membagi waktunya dengan baik. Kemajuan jaman membuat pekerjaan dan keluarga berjalan begitu harmonis. Oleh karena itu tidaklah heran jika kita mendengar, bahkan melihat langsung, sekarang ini anak pendeta sudah sangat maju. Mereka membuktikan bahwa mereka pantas memajukan karir atau pendidikan. Disinilah peran orangtua terasa begitu berbeda dari sebelumnya. Mereka memiliki waktu yang cukup untuk membimbing dan memperhatikan anak


KEINGINAN DAN HARAPAN

Ibu Dahlia menamatkan pendidikan Teologia yang sama seperti Bapak Hutauruk. Tetapi karena kecintaannya kepada suami maka dia memutuskan untuk tidak berkarir dan hanya menjadi pendamping yang setia untuk mengurus dengan gembira kedua belah hatinya.

Selama 18 tahun mendampingi Bapak Hutauruk sebagai hamba Tuhan, otomatis sering berpindah-pindah daerah karena tuntutan tugas. Jika anda diberi kesempatan untuk kembali ditugaskan melayani umat Tuhan di satu daerah, kira-kira daerah mana yang anda pilih untuk bisa dilayani?

Dahlia : Kami cukup lama melayani umat Tuhan di daerah Kalimantan. Begitu banyak keajaiban dan hal nyata yang kami alami ketika kami melayani di sana. Jika memang ada kesempatan, saya ingin tinggal lagi di daerah pedalaman Kalimantan. Di sana kami bisa melihat dan merasakan secara nyata, mereka yang tidak hanya kelaparan secara fisik terhadap makanan, tetapi mereka juga sangat lapar untuk menerima makanan rohani. Contohnya, ketika waktunya untuk membawakan cerita kepada anak-anak di hari Sabat, semua anak-anak dengan tekun dan serius mendengarkan cerita itu. Inilah yang membuat saya begitu ingin kembali melayani Tuhan di daerah. Saya sebutkan Kalimantan semata-mata karena kebetulan kami sudah pernah tinggal disana.

Apakah ada cita-cita Ibu Dahlia yang kelihatannya belum terwujud saat ini ?

Dahlia : Sewaktu saya mulai berpikir untuk memilih pasangan hidup, terus terang ini merupakan perwujudan dari mimpi saya ketika saya masih kecil. Ketika itu saya bermimpi tinggal di daerah perbukitan, dimana pemandangan indah bisa dinikmati secara langsung, dimana mata air mengalir tanpa henti dan ada rumah Tuhan di antara itu. Kemang Pratama sepertinya sudah hampir menjadi wujud mimpi kecil saya karena suasananya yang cukup asri . Tetapi ada lagi impian saya yang besar yaitu saya ingin bisa membuat Sekolah Sabat cabang. Itulah mimpi saya yang mungkin belum terwujud saat ini…


CURHAT DAN PERGAULAN

Kalau bicara tentang curhat, Friska paling nyaman curhatan dengan siapa sih ?

Friska : Oh…, dengan mama ! Hehehe… Kenapa aku pilih mama, karena mama bisa menjadi pendengar yang baik. Dan kita jadi bisa santai cerita tentang apa saja. Mama itu orangnya sangat mengerti tentang aku. Aku tidak pernah merasa takut mama akan menyakiti hatiku. Kalau pun aku salah, mama tahu sekali bagaimana caranya menasehati aku, sehingga aku bisa mengerti yang baik itu seperti apa.

Kenapa tidak curhat ke papa? Apakah kamu punya rasa khawatir jika curhatnya bisa dijadikan bahan ilustrasi khotbah papa?

Friska : Hehehe…, bener banget! Aku takut kalau curhat ke papa, jangan-jangan besok-besok di khotbah sudah dijadikan bahan ilustrasi ! Pokoknya ada rasa cemas deh… hehehe… Daripada takut seperti itu, mendingan ke mama saja lah… (Kami semua tertawa dengan jawaban Friska yang apa adanya)

Selama menjadi anak pendeta apakah ada perasaan bahwa ini merupakan sesuatu yang menyenangkan atau sebaliknya menjadi momok untuk Yoan?

Yoan : Kalau saya sih merasa sangat menyenangkan karena saya bangga memiliki papa yang jenis pekerjaannya bukan seperti pekerjaan kebanyakan orang lain. Pekerjaan papa menjadi sesuatu yang terasa spesial, karena papa bisa menjalankan multifungsi pekerjaannya dengan baik. Dia memainkan peran sebagai seorang pembimbing religi. Saat yang sama papa berperan juga seperti seorang konsultan dan motivator bagi siapa pun yang ada di dekatnya.

Yoan, pernah punya masalah enggak dalam pergaulan ? Khususnya dalam mengikuti kemajuan jaman, misalnya saja mode pakaian atau kesulitan menolak ketika diajak menonton bioskop oleh teman-teman?

Yoan : Kalau masalah berpakaian hampir saya tidak merasa bermasalah, karena sejauh ini saya baik-baik saja dengan mode pakaian yang saya pakai. Saya tahu pakaian yang pantas saya kenakan tanpa harus terlihat jadul banget karena saya putri seorang pendeta. Kendala yang sedikit mengganggu adalah ketika saya berulang kali harus menolak ketika teman-teman mengajak saya untuk menonton di bioskop. Biasanya saya berulangkali harus terus sabar memberi pengertian kepada mereka kenapa menonton bioskop itu tidak baik.

Apa jawaban kamu jika teman-teman bertanya apa bedanya menonton di bioskop dengan menonton DVD di rumah?

Yoan : Saya jelaskan ke mereka bahwa menonton di bioskop itu yang tidak baik adalah suasananya, karena orang-orang di sekeliling kita memberi kita contoh yang rasanya tidak cocok. Penekanan yang saya berikan lebih ke suasana di bioskopnya. Dan kita juga tidak tahu siapa saja orang-orang yang berkumpul dengan kita dalam ruangan di bioskop itu.


KOMUNIKASI DAN MENGATASI KEBUNTUAN

Sekarang kembali beralih kepada pak pendeta, menurut bapak seberapa penting komunikasi di dalam keluarga ?

Pendeta : Komunikasi dalam keluarga sangat penting sekali. Jika kita tidak menjaga dan merawat komunikasi dengan baik, segala masalah bisa saja timbul. Padahal kita semua tentu tahu bagaimana kelangsungan sebuah rumah tangga jika di sana sini terjadi salah-pengertian. Saya sendiri tidak luput dari saling salah mengerti. Tetapi jika kita memiliki komunikasi yang baik maka masalah yang ada menjadi mudah untuk diselesaikan. Yang tidak kurang pentingnya adalah biasakan agar menyelesaikan masalah sebelum matahari terbenam dan jangan sampai masalah dibawa tidur. Dengan tidak berdamai satu dengan yang lain tentunya kita tidak akan memiliki ketentraman dalam hati, tentu saja ini akan membuat kita terganggu melakukan aktifitas dan itu berarti kita tidak bisa menggunakan berkat dengan baik, karena terhalang dengan masalah kita. Agar berkat tidak terhalang bagi kita, maka sepatutnya kita tidak membiarkan masalah menjadi berlarut-larut. Lebih cepat kita atasi itu lebih baik.

Bagaimana cara bapak menumbuhkan rasa percaya diri kepada anak-anak agar tidak ada anggapan bahwa menjadi anak pendeta pastilah siap hidup susah, karena pendapatan seorang gembala tidak besar, sementara kebutuhan mereka terhadap sesuatu tentu akan selalu ada ?

Pendeta : Saya mengasah iman percaya mereka. Saya beritahukan kepada mereka bahwa kita hidup apa adanya. Kita tidak kekurangan, tetapi juga tidak berkelebihan. Saya beritahukan kepada anak-anak berapa gaji yang saya dapat setiap bulan dan berapa uang yang dibutuhkan setiap bulan. Kami tidak pernah memberikan uang jajan, tetapi dana untuk pulsa kami berikan karena kami pikir itu penting untuk mempermudah kami berkomunikasi dan memantau mereka.

Ibu Dahlia, apa kunci agar komunikasi keluarga tidak mengalami kebuntuan?

Dahlia : Saya pikir yang terpenting adalah kejujuran. Siapapun kita di dalam keluarga jangan pernah merasa malu untuk mengakui kesalahan kita. Sering kita merasa gengsi dan menganggap bahwa jika kita mengakui kelemahan kita berarti kita lah yang salah. Pemikiran seperti itu salah. Di sisi yang lain, komunikasi juga akan mengalami kebuntuan jika kita melihat orang dari segi penampilan atau kedudukannya. Hal tersebut akan membuat keadaan menjadi semakin runyam.

TENTANG PEMUDA ADVENT DAN KHOTBAH

Kira-kira ada enggak keinginan Yoan yang belum terwujud untuk kemajuan para pemuda di gereja Kemang Pratama?

Yoan : Oh iya, ada nih… Aku rasanya ingin sekali jika ada retreat pemuda khusus di jemaat kita, dimana selama retreat orangtua sama sekali tidak terlibat di dalamnya. Kita anak muda bisa berangkat dan pulang sendiri. Di tempat retreat tersebut kita anak muda bisa berbagi cerita dan saling mendukung jika ada yang bermasalah. Setelah itu didoakan secara khusus oleh gembala kita, semacam doa berkat untuk kita anak-anak muda.

Jika saja papa bukan seorang pendeta, menurut Yoan papa itu lebih cocok berprofesi sebagai apa sih ?

Yoan : Aku melihat papa itu lebih cocok menjadi seorang psikolog, tepatnya sebagai psikolog untuk rumah tangga. Papa mahir sekali dalam hal mendengar dan menyelami masalah orang lain, tepatnya menjadi tempat curahan hati dan pemberi motivasi bagi orang lain.

Yoan masih ingat khotbah papa yang paling kamu sukai ?

Yoan : Walaupun aku lupa judul khotbahnya, tetapi aku ingat sekali isinya yang terdapat dalam Mazmur 1:3… Isi khotbahnya adalah jika kita hidup benar, kita itu seperti pohon yang tumbuh di tepi aliran air, walau musim kering menimpa pohon itu akan tetap menghasilkan, daunnya tidak akan pernah layu. Itu khotbah yang paling berkesan dan mengena untuk saya secara pribadi.


KONSEP MENDIDIK ANAK

Di dalam mendidik dan membimbing anak-anak dari kecil hingga sudah besar seperti sekarang ini, di saat kapan yang Bapak Hutauruk rasakan berat untuk mendidik dan membimbing anak-anak, sehubungan dengan pekerjaan bapak yang terkadang tidak mengenal waktu?

Pendeta : Memang ketika mereka masih kecil, terus terang saya sering merasa sedih dan berat hati ketika harus pergi meninggalkan anak-anak. Kebetulan ketika itu saya melayani dari satu tempat ke tempat yang lain di pedalaman satu daerah, dengan jarak tempuh yang tidaklah dekat, sehingga seringkali saya terpisah dengan keluarga. Mendidik anak ketika itu saya pasrahkan kepada istri. Kala itu hubungan saya khususnya dengan Friska begitu dekat. Setiap kali saya pergi, dia pasti sakit. Setiap kali saya harus bergumul untuk mengatasi perasaan sedih ketika harus terpisah dengan anak. Tetapi sekarang ketika mereka sudah besar dijaman yang serba modern ini, kendalanya berbeda lagi saya justru merasa lebih berat lagi mengatur perasaan. Saya harus bisa menempatkan diri sebaik mungkin kepada anak agar tidak dianggap ketinggalan jaman, agar mereka bisa tetap dekat kepada saya. Kita tentu tahu bagaimana kehidupan di luar sana, apapun bisa terjadi jika anak-anak tidak memiliki tingkat penghargaan yang tinggi kepada orangtuanya. Jadi ketika mereka masih kecil saya tidak terlibat langsung dalam mendidik mungkin tidak jadi masalah. Tetapi sekarang, hal seperti tidaklah mungkin bisa saya abaikan. Kalau boleh saya simpulkan, lebih berat mendidik anak di masa sekarang ini daripada ketika mereka masih kecil dulu.

TENTANG PAPA, MAMA DAN SAUDARA

Friska, kamu melihat seorang papa, mama dan Yoan kakakmu seperti apa sih?

Friska : Papa itu…, orangnya pengertian banget. Kalau aku bandingkan dengan papa teman-teman, papa is the best! Contohnya saja kalau bagi raport. Biasanya kalau nilai seorang anak jelek pasti akan dimarahin orang tuanya. Tetapi tidak demikian dengan papa…, (suara Friska mulai terdengar bergetar… dan air mata haru membayang di matanya…). Papa justru menasehati dan memberi semangat kepada saya supaya lain kali lebih giat lagi belajar. Kita jadi terpacu untuk mendapat nilai yang bagus nantinya. Pokoknya… enggak ada deh papa yang sebaik papa… (suaranya makin bergetar dan kemudian hanya isak tangisnya yang terdengar...)

Ibu Dahlia mencoba mencairkan keharuan putrinya dengan bertanya sambil tersenyum, “Jadi Friska kesenangan yah karena nilainya jelek tapi enggak dimarahin papa…?”

Friska : Enggak gitu maksudnya mam…(Friska menjawab dengan senyum malu). Sementara kalau Mama…., orangnya sabar banget ! Contohnya, dalam pekerjaan di rumah kadang-kadang aku lagi enggak ingin bantuin mama di rumah, mama enggak pernah langsung marah-marah atau bilang aku malas, tetapi mama malahan sabar membujuk aku dengan berbagai cara, sampai akhirnya aku jadi menurut deh… hehehe…. (kini tawa Friska berderai…). Nah, kalau Kak Yoan itu seorang yang menyenangkan sekaligus menyebalkan buat aku…hahaha… Menyenangkan karena dia asyik buat diajak curhat dan gosip… Sebelnya banyak dehhh… rahasia ajalah hahahaha…!!!

Oke, kalau Yoan sendiri bagaimana pandangannya terhadap papa, mama dan adikmu?

Yoan : Buat aku, papa itu bisa membuat kita memiliki sikap kesadaran yang tinggi. Misalnya saja papa sudah menanamkan bahwa membaca Alkitab itu baik, sehingga ketika kita tidak melaksanakan kita merasa sadar bahwa kita sudah salah bertindak, tanpa merasa bahwa kita ini diatur oleh papa. Dan yang terpenting papa buat aku adalah seorang motivator. Aku jadi lebih semangat melakukan sesuatu kalau papa sudah ikutan memberi masukan. Kalau mama, enggak jauh dari yang Friska katakan. Mama itu memang orang yang sangat mengerti bagaimana menghadapi anak-anaknya , dan yang terpenting adalah mama sangat sabar kepada kita apalagi kalau kita lagi enggak mood. Friska itu memang adikku, tapi harus aku akui jika dia itu seorang adik yang bijak… (Friska tampak tersenyum). Seringkali dalam menghadapi sesuatu hal dia bicara sederhana saja, tetapi justru mengena dan memang cara pandangnya benar. Aku sendiri terkadang tidak menyangka ternyata memecahkan satu masalah itu tidak sesulit yang aku bayangkan…. Sementara kalau yang nyebelin dari Friska yah gitu deh… Kadang-kadang malasnya itu deh yang enggak tahan…!

Hahahaha…!!! Semua jadi tertawa menutup obrolan yang penuh dengan kehangatan kasih dan sayang di Sabat siang ini.