Friday, November 13, 2009

Tidak Akan Kekurangan

Mazmur 34:10 “Takutlah akan Tuhan, hai orang-orangNya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia!”





“Papi berangkat kerja dulu ya mam…”, kata papi seraya mengecup lembut kening mami dengan mesra. Setelah itu kecupan papi mendarat di pipi kami satu persatu. “Ayo cepat ! Jangan sampai terlambat berangkat ke sekolah!”, kata papi mengingatkan kami yang sedang bersiap berangkat ke sekolah. Papi bekerja sebagai tenaga maintenance di salah satu kontraktor minyak asing. Karena letaknya yang sangat jauh dari kota, maka kompleks perumahan pekerja dibuat sangat nyaman dan rapih. Papi seorang yang tekun dan mencintai pekerjaannya. Memiliki delapan orang anak tidaklah mudah di kala itu, dengan gaji yang tidak berlebihan beliau menghidupi kami. Sepulang sekolah saya dapati mami sedang duduk melamun. “Mami, kenapa kok kelihatannya murung?’, tanya saya sambil menaruh tas sekolah di meja. “Ah…, tidak apa-apa kok...”, jawabnya pelan berusaha menutupi. “Pasti ada yang mami sembunyikan ya…”, kata saya tidak percaya. “Tidak ada yang mami sembunyikan…, tapi hati mami lagi risau. Bulan ini keadaan keuangan kita sangat ketat. Banyak keperluan yang tidak terduga yang kita keluarkan. Padahal papi baru terima gaji satu minggu lagi…”, kata mami dengan wajah sedih. Belumlah selesai kami bicara tiba-tiba ada seorang penjual pisang keliling berteriak memanggil. “Permisi...! Permisi...!”, teriakannya terdengar keras. “Iya, ada apa pak?”, jawab saya heran. “Maaf neng..., saya diberikan alamat rumah ini dan diminta bertemu dengan ibu. Tadi saya bertemu dengan bapak yang punya rumah ini dan semua pisang dagangan saya diborong habis oleh bapak itu, uangnya disuruh diminta ke rumah ini!”, sahutnya sambil mengusap keringat yang bercucuran di wajahnya. “Wah, tidak bisa pak! Nanti sore bapak kembali lagi saat suami saya pulang ya…”, jawab mami dengan wajah tidak percaya karena kondisi keuangan yang pas-pasan saat ini. Bapak penjual pisang terkejut tidak mampu bicara.

Tiba-tiba dering telepon berbunyi. Papi ada di ujung telepon sana. “Papi ini bagaimana sih...? Kan papi tahu uang kita sudah sangat terbatas, kenapa harus borong pisang segala sih…? Pokoknya mami tidak setuju!”, suara mami terdengar keras kemudian menyerahkan gagang telepon kepada saya. “Kamu tolong bujuk mami untuk membayar saja bapak penjual pisang itu. Kasihan dia, anaknya sedang sakit keras. Kasih tahu mami bahwa Tuhan akan mencukupkan kita nanti...”, suara papi terdengar penuh percaya. Saya mencoba membujuk mami, walaupun saya tidak yakin akan apa yang akan terjadi nanti. Menjelang malam pintu rumah diketuk. Saya mengira pastilah papi yang datang. Ketika saya membuka pintu, muncul wajah seorang lelaki yang tidak saya kenal. “Papi sudah pulang?”, tanyanya dengan ramah. “Belum om..., mungkin sebentar lagi. Mari masuk om…!”, jawab saya sambil terus berpikir kira-kira siapa orang ini. “Terimakasih, tetapi om sudah kemalaman dan harus segera kembali ke Jakarta. Ini ada titipan surat om, tolong sampaikan kepada papi ya…”, katanya sambil menyerahkan sebuah amplop warna putih dan pergi tanpa mendengar lagi perkataan saya. Ketika papi pulang, langsung saya ceritakan kejadian tadi. “Coba papi lihat, ini ada surat dari om itu buat papi!”, kata saya penasaran ingin segera tahu. Perlahan amplop itu dibuka dan alangkah terkejutnya kami ketika terlihat isi amplop tersebut bukan hanya surat saja isinya, tetapi ada sejumlah uang yang sangat besar! Akhirnya papi menceritakan kepada kami semua, bahwa orang tadi adalah orang yang dibantu papi ketika masih muda dulu dan kini dia sudah berhasil menjadi seorang pengusaha. Kelihatannya dia ingin membalas budi papi. “Sekarang mami percaya kan bahwa Tuhan akan mencukupi segala keperluan kita?”, kata papi lembut disambut anggukan kepala dan air mata yang menetes di pipinya.

Ayat renungan pagi ini mengingatkan kita untuk percaya kepada Tuhan, karena umat-Nya tidak akan pernah kekurangan. Kita menghadapi pelbagai situasi saat hidup di dunia ini. Mungkin kita dihadapkan pada situasi sulit dan kesusahan datang silih berganti. Kita sudah melakukan upaya yang kita rasa maksimal, tapi kita belum menemukan jalan keluar untuk kita. Kita merasa terpojok dan tidak berdaya. Kita tidak yakin apakah kita memiliki kekuatan untuk menghadapi semua yang terjadi. Tuhan mengundang kita untuk menceritakan semua kesusahan hati kita kepada-Nya. Tuhan mendengar semua keluh kesah kita, merasakan pergumulan kita, dan ikut menanggung beban yang kita pikul. Tuhan menjanjikan kelepasan untuk setiap masalah yang kita hadapi. Umat-Nya tidak akan pernah berkekurangan. Kita tidak akan kekurangan kekuatan untuk menghadapi situasi sulit. Kita tidak akan kekurangan akal budi untuk mencari jalan keluar. Kita tidak akan kekurangan kesabaran bila kita gagal dan mau untuk mencoba lagi. Kita tidak akan kekurangan percaya dan selalu bergantung kepada Tuhan. Pada waktu-Nya, Tuhan akan menunjukkan bahwa Ia senantiasa baik kepada kita. Marilah kita menjadi orang yang percaya penuh kepada Tuhan.

Let us put our trust fully to our Lord !

Bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat anda yang memerlukan kekuatan hari ini.