1 Petrus 3:8, “Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati.”
“Wah, boleh donk kita jalan-jalan bareng? Atau ikutan yuk kita belanja untuk keperluan Neneng dan anak-anaknya”, demikian adik ipar saya menyapa saya pada pagi hari di hari Minggu, tepat pada hari ulang tahunnya yang ke-38 tahun. “Oh, iya bisa aja. Gampang itu kita atur, nanti aku tanya dulu kakakmu apa dia gak ada kegiatan lain yang udah di rencanakan”, jawab saya kepadanya sambil membersihkan dan memeriksa kesiapan mobil untuk digunakan bepergian pada hari libur itu. Kebetulan kami tinggal di satu lokasi perumahan yang sama, sehingga seperti biasanya setiap hari kami memarkir salah satu mobil di garasi rumah yang mereka tempati, sehingga tidak jarang kami sering ngobrol sebelum bepergian ke luar rumah.
Pagi itu cuaca terasa amat cerah dibarengi dengan kehadiran hamba Allah dari jemaat dimana adik kami sekeluarga berjemaat di rumah mereka. Kami pun turut bergabung bersama dengan anak-anak, berbakti bersama di rumah adik ipar saya sambil merayakan ultahnya. “Jadi jam berapa kita berangkat, jam 10.00 WIB aja karna kami harus anter mobil yang satu dulu ke Pasar Minggu”, demikian saya memastikan waktu keberangkatan ke salah satu pusat perbelanjaan yang kerap ramai dikunjungi banyak orang, disamping harganya yang relatif lebih murah, kualitasnya cukup baik dan full AC lagi, sehingga terasa nyaman untuk kita menghabiskan waktu berkeliling dan berbelanja di pusat perbelanjaan tersebut. “Ok deh, jam 10.00 WIB udah pas itu gak kesiangan banget”, jawab adik ipar saya spontan. Tanpa terasa kami sudah menghabiskan waktu sebanyak empat jam di pusat perbelanjaan itu, sambil membawa beberapa barang belanjaan, kami pun menuju tempat parkir mobil untuk pulang karena telah terasa letih.
Kehidupan seperti itu sering kami lakukan diantara kakak beradik. Terasa sangat berarti nilai sebuah kehidupan diantara kami kakak beradik sejak saya menikah selama hamper 13 tahun lamanya. Tidak ada satu beban yang terasa amat berat dalam siklus kehidupan yang saya alami oleh karena dukungan, perhatian dan bantuan baik berupa bantuan moril maupun material diantara keluarga istri saya kakak beradik. Andaikan saja masing-masing kita dalam hidup kekeluargaan baik dengan keluarga dari kita sebagai suami maupun keluarga dari pihak istri dapat menghidupkan pola hidup yang saling mengisi, tolong menolong, saling memperhatikan dan tidak saling cemburu dan membenci, maka hidup ini terasa amat sangat indah, sebab tidak ada satu kesulitan pun yang akan kita pikul kita sendiri, oleh karena dukungan dari keluarga, kakak beradik akan menguatkan kita untuk melihat betapa Allah itu sungguh baik memberikan keluarga yang saling menopang satu dengan yang lain. Tidakkah kita mau berjanji sejak hari ini, baik sebagai suami maupun istri untuk berusaha menjadi kakak maupun adik yang akan selalu menopang satu dengan yang lain demi kebahagiaan kita bersama, sebab hal demikianlah yang Allah kehendaki. Allah rindu agar masing-masing kita sebagai individu maupun keluarga bermanfaat bagi siapa saja teristimewa bagi keluarga kita. Allah memberkati kita semua sepanjang hari ini. Amin.