Yesaya 41:6, 7, “Yang seorang menolong yang lain dan berkata kepada temannya; kuatkanlah hatimu. Tukang besi menguatkan hati tukang emas, dan orang-orang yang memipihkan logam dengan martil menguatkan hati orang yang menempa di atas landasan; ia berkata tentang patrian: “Itu baik”, lalu menguatkannya dengan paku-paku, sehingga tidak goyang.”
Saat ini saya bekerja memimpin satu tim dalam jumlah yang amat banyak. Tidak jarang satu dengan yang lain kelihatan bersaing dalam mencapai target penjualan gantinya target itu seharusnya secara tim dicapai. Sebagai atasan saya memperhatikan hal ini kuranglah baik adanya dan berpotensi menimbulkan perselisihan dan kebencian di antara satu dengan yang lain, sehingga terasa amat penting bagi saya untuk segera menyadarkan tim akan keadaan ini. Saya pun berusaha mencari cara yang tepat untuk memperbaiki keadaan ini. “Bapak-bapak dan ibu-ibu, saya meminta kerjasama kita semua agar besok pagi kita berkumpul di ruangan saya untuk sembahyang bersama”, demikian instruksi saya kepada seluruh anggota tim. “Baik Pak kita akan hadir”, demikian mereka menganggukkan menandakan setuju.
Pagi itu saya pun memimpin tim untuk sembahyang bersama dan mengangkat satu topik bahasan “Kerjasama” dengan menggunakan ilustrasi berikut, “Semut-semut penganyam membangun rumahnya dengan kemahiran yang sangat luar biasa. Rombongan semut itu berbaris pada salah satu sisi daun, bergantung dengan kaki belakangnya sambil menjangkau daun yang lain dengan kaki depannya. Dengan kerjasama yang rapi mereka mendekatkan kedua sisi daun-daun tersebut. Sementara rombongan semut yang lain bersiap-siap dibawah daun-daun itu. Setiap semut yang belakangan memegang pada sungutnya larva semut yang hidup, dimana pada saat tertentu semut itu melontarkan sejenis benang dan melekatkannya pada kedua daun itu serta mengikatkannya errat-erat. Secara berkesinambungan semut-semut ini bekerja dengan cara tersebut sehingga sebuah sarang diselesaikan dengan baik. Contoh yang lain adalah antara sejenis semut dan pohon Akasia. Pohon akasia adalah jenis pohon yang dipenuhi dengan duri yang tumbuh berpasangan seperti tanduk sapi. Di salah satu ujung pasangan duri tersebut ada sebuah lobang kecil yang menjadi jalan masuk ke bagian dalam duri tersebut dan itulah menjadi sarang mereka. Pohon akasia itu menghasilkan getah untuk menjadi makanan mereka. Jenis semut ini memang diperlukan oleh pohon akasia tersebut untuk melindungi daun pohon itu dari serangan semut perusak daun. Pohon itu sendiri menyediakan getah yang manis menjadi makanan bagi pelindungnya. Sungguh sangat luar biasa”, demikian saya memberikan analogi bagaimana pentingnya kerjasama dalam tim untuk mencapai tujuan bersama.
Alam memberikan banyak contoh-contoh yang menarik tentang kerjasama antar mahluk, dan dalam beberapa hal kerjasama itu begitu penting dalam kehidupan. Kita adalah makhluk moral yang diciptakan oleh Tuhan, masih berbeda dengan binatang, apakah kita dapat bekerjasama dengan baik? Diperlukan kerjasama di dalam rumah tangga untuk berbagai tugas yang harus dikerjakan, kita tidak dapat membiarkan hanya suami, atau hanya istri bahkan hanya anak-anak yang mengerjakannya sementara yang lainnya tinggal diam dan bersantai. Kehidupan bermasyarakat, di gereja bahkan di kantor, sifat mau “bekerja sama” sangat diperlukan dari setiap individu-individu yang terlibat didalamnya, maka sasaran dan tujuan kelompok akan tercapai dengan baik. Allah rindu agar kita sebagai makhluk ciptaan-Nya dapat saling bekerjasama, bergandengan tangan untuk menolong satu dengan yang lain. Ini adalah tantangan, lihatlah, alam dan binatang dapat menjadi pelajaran untuk kerjasama.