Mazmur 5:4 “Tuhan, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu.”
Sudah lima hari ini kami merasa suasana rumah terasa jauh berbeda, hanya si kecil yang tinggal bersama dengan kami. Kedua kakaknya sedang pergi bersama rombongan sekolah untuk melakukan program pelayanan sekolah di kampung yang cukup jauh. “Mama, hari ini kakak dan abang pulang kan?,” tanya si kecil pada saya. ”Iya… Kenapa? Adek kangen yaa?,” tanya saya menggoda. “Iya…,” jawabnya menahan sedih. Saya tahu pasti dia memang kesepian dan kangen kepada kedua kakaknya. Sejujurnya itu juga yang kami alami. Dan rasanya tidak hanya saya yang mengalami perasaan seperti ini. Teman-teman saya juga mengalami hal yang sama. “Anak loe cerita apa aja?,” seru salah satu teman tadi pagi. “Aduh gua kangen banget deh ama anak gua…,” kata yang satu lagi. Begitulah kami ibu-ibu bergatian bertukar cerita ketika bertemu di sekolah. Sebentar kami tertawa lucu dan terkadang merasa kasihan jika mendengar cerita dari ibu yang lain.
Menunggu pukul 5 pagi adalah waktu yang sangat kami nantikan setiap hari, karena anak-anak diperbolehkan untuk menelepon kami. “Mama, telepon balik ya…,”suara si kakak dan si abang bergantian di handphone. Dengan senang hati kami langsung menekan nomor telepon mereka dan kami larut dalam percakapan penuh kerinduan. “Kemarin banyak kegiatan yang tidak bisa di lakukan ma, karena hujan tidak berhenti. Nah, malam ini aku kebagian tugas ronda. Mama doain aku ya supaya nggak apa-apa,“ kata si kakak dengan semangat. “Semalam hujan terus ma, jadi dingin banget…! Ya alergi-ku jadi kambuh deh… bersin-bersin terus. Aku sampai nggak bisa tidur. Akhirnya, aku datangin aja pak guru. Aku baru bisa tidur setelah dipinjamin bantal guling…hahaha….!,” suara si abang dibarengin dengan tawanya yang khas. Ada banyak lagi cerita tetapi sebagian besar bermanfaat membuat mereka jadi lebih mengerti apa artinya keluarga, dan apa artinya rindu kepada keluarga.
Ayat renungan kita pagi ini menggambarkan bagaimana Daud datang bertemu dengan Tuhan di pagi hari, dan ia menunggu-nunggu Tuhan dengan kerinduan setiap pagi. Pada saat kita bersama-sama dengan orang-orang yang dekat dengan kita, maka kita akan menganggap itu sebagai hal yang biasa. Rasa rindu itu seperti tidak terpupuk. Namun saat kita berpisah, walau sementara, dengan orang yang kita kasihi maka akan timbul rasa rindu. Boleh jadi itu juga yang terjadi dalam hubungan kita dengan Tuhan. Karena kita tahu Tuhan selalu menyertai kita, maka kita tergoda untuk menganggap itu hal biasa, kita tidak rindu bertemu dengan Tuhan. Kita sudah terbiasa bangun, bekerja, meeting, mencapai target perusahaan setiap hari, kita lupa bertemu dengan Tuhan. Atau kita lebih fokus untuk belajar tekun, mencari nilai bagus, memasak masakan yang enak, berbelanja memburu barang yang sedang trend, sehingga kita lupa untuk rindu datang kepada Tuhan. Ayat renungan mengajak kita untuk merindukan Tuhan setiap hari. Seperti Daud, kita patut datang pada Tuhan setiap pagi, merindukan kehadiran Tuhan bersama kita. Kita gunakan waktu di pagi hari untuk menyampaikan syukur, pujian, dan permohonan kepadaNya. Mari kita pupuk kerinduan kepada Tuhan setiap hari bersama keluarga. God bless.