Friday, June 10, 2011

Kasih Tanpa Mengharapkan Balasan

Lukas 6:35, “Pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah yang mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.”




“Papi, Alkitab menasehatkan: “Berbuat baiklah terhadap orang yang berbuat jahat kepada kamu”, demikian istri saya memulai pembicaraan di sore hari sambil kami menikmati hari libur. “Tapi kenyataan pada umumnya, kita akan berbuat baik terhadap orang yang telah berbuat baik juga kepada kita. Kita bahkan membenci atau menjauhi dan mengambil sikap tidak peduli terhadap orang yang kita anggap bukan sahabat kita, merasa bersaing dengan kita. Bagaimana caranya kita supaya bisa mengasihi orang yang tidak mengasihi kita bahkan memberikan pertolongan kepada orang-orang yang membenci kita?” demikian pertanyaan lanjutan yang dilontarkan istri saya pada sore itu. Saya pun sedikit mengalami kesulitan untuk menjawab hal itu, karna pada kenyataannya pun saya dalam posisi yang sama yakni butuh waktu lebih lama untuk dapat mengasihi orang yang membenci saya. “Mami, saya ada baca sebuah peristiwa nyata yang mungkin bisa menjawab diskusi kita sore ini, ceritanya demikian.”

Di satu sore di pantai yang indah, sebuah kapal penumpang terdampar oleh karena arus ombak yang sangat hebat, sehingga mengakibatkan kapal penumpang yang terbuat dari kayu itu pun pecah dan mengakibatkan semua penumpang kapal tenggelam. Di tepi pantai ada sekelompak wisatawan, sambil memperhatikan bencana tersebut. Seorang dari wisatawan tersebut begitu sangat memperhatikan keadaan kapal pecah dan para penumpang yang berusaha untuk melepaskan diri dari bahaya tersebut. Wisatawan itu melihat seorang wanita bergantung di salah satu pecahan kayu kapal. Tidak tega hanya berdiri melihat dan memperhatikan wanita itu tenggelam, wisatawan itu membuka jasnya, terjun ke ombak yang mengganas, berenang ke arah kapal yang sedang tenggelam dan membawa wanita itu dengan selamat ke pantai. Berulang-ulang ia berenang dan membawa orang ke pantai hingga kekuatannya sendiri habis dan ia pingsan kelelahan di tepi pantai, namun ia telah menyelamatkan 17 orang, walau nyawanya hampir binasa pada waktu itu juga, bahkan ia menjadi menderita sakit yang tidak pernah memulihkannya kepada kondisi semula. Beberapa minggu kemudian ia meninggal karena tidak dapat sehat kembali secara normal. Setelah kematiannya beberapa tahun kemudian, seseorang menulis surat kepada istrinya dan bertanya jika benar memang tidak ada dari orang yang diselamatkannya berterimakasih kepada suaminya.

Inilah jawaban ibu tersebut: “Pernyataan itu adalah benar. Suami saya tidak pernah menerima ucapan terimakasih dari setiap orang yang telah diselamatkannya, maupun penghargaan dari salah seorang mereka itu. Orang-orang itu tidak datang berterimakasih karena mereka semua begitu panik dan dalam kondisi yang sangat lemah oleh karena goncangan ombak”. Ia menutup jawaban surat tersebut dengan kata-kata sebagai berikut: “Almarhum suamiku selalu mengambil gambaran tentang keadaan ini dan tidak pernah menyatakan perasaan sakit hati dan saya merasa pasti ia memang demikian. Ia melakukan yang terbaik tanpa memikirkan upah atau penghargaan”. Seringkali kita hanya mengasihi, menghargai, menghormati orang-orang yang yang mau melakukan hal yang sama terhadap kita. Tetapi kasih yang tulus tidak meminta balasan. Kita mengasihi bukan supaya kita dikasihi, tetapi kita mengasihi karena demikianlah hidup orang Kristen. Ingatlah kebaikan Yesus kepada anda dan saya gantinya mengingat kesalahan orang lain kepada kita, maka kita dapat mengasihi tanpa pamrih. Amin.


Mari kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat kita dengan menggunakan tombol "Tell A Friend" di bawah ini.