II Tawarikh 26:16, “Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada Tuhan, Allahnya, dan memasuki bait Tuhan untuk membakar ukupan di atas medzbah pembakaran ukupan.”
Pagi itu kami sedang mengadakan sembahyang keluarga. Saya pun mulai bercerita kepada anak-anak saya sementara istri saya dengan tenang mendengarkan, “Pernah ada seorang raja yang hampir seluruh hidupnya melakukan apa yang benar di pemandangan Tuhan, tetapi setelah ia menjadi kuat dan termashyur, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Oleh karena pengaruh dan kekuasaannya sebagai raja, ia beranggapan bahwa ia dapat melakukan tugas jabatan imam. Sebagai akibatnya, dia harus mendapat imbalan menderita penyakit kusta.”
“Hal ini mengingatkan Papi kepada satu peristiwa ketika pulang kerja”, lanjut saya berusaha menceritakan satu peristiwa sebagai analog kehidupan. “Beberapa tahun yang lalu di satu jalan utama di kota Jakarta, terjadi kemacetan yang luar biasa. Di dapati setelah terjadi hujan dan angin kencang di sore itu, tumbang sebatang pohon mahoni yang sangat besar menutupi badan jalan. Pohon tersebut selama ini memberikan perlindungan yang teduh pohonnya, serta rindang daunnya lebat. Tetapi pohon itu ditumbangkan oleh angin. Setelah diperhatikan pohon yang tumbang tersebut telah kehilangan kekuatan oleh karena didalamnya telah keropos. Hari-hari sebelum hujan dan angin tersebut kelihatan pohon itu kuat dan berpengaruh walaupun di dalamnya sebenarnya sudah keropos.”
Sebagaimana pohon mahoni demikian juga sering terjadi kepada orang-orang yang tidak setia kepada Tuhan. Bila angin pencobaan datang, melalui pujian orang, sanjungan dan penghormatan maka yang dihasilkan hanyalah kesombongan hati. Gantinya menghadapi bahaya di tempat yang tinggi, marilah kita mencari tempat duduk di lembah kerendahan hati, di mana kita bergantung kepada Allah yang mengajar dan menuntun setiap langkah kehidupan kita, sehingga dalam perjalanan hidup, rohani kita mendapatkan kemenangan. Apapun jabatan kita, seberapa banyakpun kekayaan yang kita miliki dan bagi-bagikan kepada orang lain, sebesar apapun pengaruh kita, jangan pernah menjadi tinggi hati. Jangan pernah menganggap rendah seorang Imam dan jangan pernah mengambil alih pekerjaan Imam. Ingat bahwa masing-masing mempunyai bagian sesuai dengan peraturan Firman Allah. Allah menolong kita menjadi orang yang rendah hati atas apa pun yang kita miliki saat ini, karena semua itu adalah kepunyaan Allah untuk kita kelola dengan setia. Amin.