Atas perencanaanku, aku pun memutuskan untuk meninggalkan rumah ketika hendak memasuki bangku sekolah menengah atas. Ibuku pun tinggal di kota tempat aku dibesarkan bersama dengan kakak sepupu perempuanku sementara ayahku telah merantau jauh ke negeri seberang seperti cerita saya pada roti pagi kemarin. Saya pun memilih untuk menuntut ilmu di propinsi yang lain di kepulauan Jawa ini. Segar dalam ingatanku, pertama sekali ayahku membelikan sepatu sekolahku ketika aku berumur 15 tahun, yakni saat aku memasuki SMA.
“Ayah dan Ibu, bolehkah saya tau ada berapa uang yang kalian miliki untuk mendanai sekolahku?” tanyaku kepada mereka pada satu kesempatan. “Saya ada uang sebanyak $12,000, nak”, jawab ayahku tentunya setelah ia bekerja banting tulang di negeri paman Sam, maka uang itu pun berhasil dikumpulkan. “Bolehkah aku meminta keseluruhan uang itu dan aku akan berangkat untuk menentukan masa depanku”, pintaku kepada mereka. Aku pun beranjak dari Negara asalku, Indonesia menuju ke Negara lain bermodalkan uang pemberian orang tuaku. Saya pun memasuki sekolah sambil mencari uang untuk biaya hidupku selama ada di Negara lain. Aku harus bangun tidur lebih awal dan beranjak kembali ke tempat tidur setelah orang lain nyenyak oleh sebab aku harus bekerja dan bekerja untuk memastikan kelanjutan hidupku esok harinya akan terpenuhi. Demikian tantangan hidup ini saya jalani tahun demi tahun hingga aku menyelesaikan pendidikanku di tingkat Pasca Sarjana di Negara tersebut.
Sama seperti Abraham, melalui peristiwa kelahiran Ishak yang menurutnya mustahil karna ia telah sangat tua, kini ia yakin bahwa Allah akan menyediakan domba kurban sebagai pengganti Ishak yang diminta oleh Allah untuk dikurbankan. Aku pun berjalan dan merantau bersekolah ke Negara lain hanya bermodalkan tekad, kemauan dipadukan dengan keyakinan bahwa Allah akan menyediakan keperluan hidupku sama seperti Allah menyediakan domba kurban bagi Abraham. Syukur kepada Allah sebab bagi-Nya tiada yang mustahil, sehingga kesulitan apapun yang ada dihadapanku selama aku berada di perantauan, pada akhirnya aku terlepas dari segala kesulitan itu. Kalaulah hal itu bukan karena pertolongan Allah, mustahil aku dapat mengecap semua keindahan berkat itu. Jadilah percaya atas kepedulian Allah bagi hidup saudara dan saya hari ini, sebab Ia selalu menyediakan. Amin.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: