Saturday, February 04, 2012

Tiada Tersembunyi

Pengkhotbah 12:13-14, “Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.”

Saya terlahir sebagai putra sulung dari pasangan bapak dan ibu yang berasal dari Sumatera Utara yakni keturunan Batak. Kehidupan orang tua yang penuh dengan perjuangan mengantarkan orang tua saya tiba di kota arek-arek, di mana penduduknya secara mayoritas adalah orang-orang yang berdarah keturunan Jawa. Hidup di perantauan sebagai suku yang berbeda dengan suku penduduk asli daerah itu tentunya menuntut kita sebagai penduduk pendatang untuk menyesuaikan diri dengan adat-istiadat dan bahasa daerah setempat agar kita dapat berterima di lingkungan masyarakat pada umumnya. Inilah yang terjadi kepada saya dan kakak juga adik-adik saya bahkan hingga kini kami lebih fasih menggunakan bahasa Jawa dibandingkan dengan bahasa asli suku saya sendiri.

Berbagai hal yang dapat kami pelajari ketika bertumbuh dan berkembang menjadi lebih dewasa termasuk mempelajari falsafah-falsafah hidup suku asli penduduk setempat. Salah satu falsafah yang merasuk dalam jiwa dan berpengaruh dalam kehidupan saya sehari-hari dalam memotivasi gaya hidup setiap hari adalah “Becik Ketitik, Olo Ketoro”, yang artinya: Becik berarti “Kebaikan”, Ketitik berarti “Diketemukan”, Olo adalah “Keburukan”, sedangkan Ketoro adalah “Kelihatan” atau “Tampak.” Dengan kata lain falsafah tersebut memiliki arti, “Segala kebaikan walaupun disembunyikan akan diketemukan, demikian juga akan keburukan atau kesalahan sekalipun ditutup-tutupi sedemikian rapi, tetap tampak kemudian.” Falsafah ini mengingatkan saya dalam menjalani kehidupan agar tampak apa adanya dan tidak berpura-pura. Berusaha menjadi orang yang melakukan kebaikan dengan tulus dan tanpa pamrih gantinya melakukan segala sesuatu dengan berpura-pura, akhirnya orang lain akan mengetahui motif perbuatan kita. Hal ini pula yang selalu saya ajarkan kepada anak-anak saya di dalam rumah.

Falsafah suku yang lain dan memiliki arti harafiah yang hampir mirip dengan falsafah di atas adalah “Ikan dibungkus akan bau juga.” Penting dalam hidup kita selalu berorientasi untuk berbuat baik kepada setiap orang dan meninggalkan semua bentuk kejahatan yang menghalangi kita memiliki kualitas hidup yang baik dihadapan sesama manusia teristimewa dihadapan Allah, sebab segala sesuatu perbuatan kita tiada tersembunyi dihadapan Allah dan akan dinyatakan kelak pada peradilan surga tanpa terkecuali. Alangkah indahnya dan bahagianya kita kelak, ketika waktunya tiba, peradilan takhta kemurahan Allah pun dibuka dan kita dinyatakan sebagai pelaku-pelaku Firman, sebagai bukti kasih kita telah ditebus oleh Yesus, sang Juruselamat itu. Allah menolong masing-masing kita untuk memiliki kualitas perbuatan hidup yang meninggikan nama Allah saja. Amin.


Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: