“Halo Yuk (artinya kakak), apa kabarmu? Kirain jadi nginep di rumah kami, tapi situasinya gak diduga begitu sich ya, kita jadi gak ketemu. Padahal udah jauh-jauh datang”, tegurku pada petang hari itu kepada kakak perempuan saya yang tinggal di pulau yang berbeda dengan saya. “Aku sakit dek, mungkin kecapekan dan masuk angin juga sepertinya, karena perutku terasa seperti dililit dan sakit. Ditambah lagi aku batuk berkepanjangan”, ia berusaha menjawab telepon saya walau dengan suara yang sangat parau sehingga kadangkala hampir tidak jelas terdengar.
“Sudah ke dokter belum? Apa obat yang udah di konsumsi?” tanyaku. “Aku udah minum obat sih, terus ku pake juga alat yang diisi air panas lalu aku taruh di atas perutku supaya ngusir angin. Badanku berasa pegel semua, belum lagi batukku ini yang paling mengganggu, jadi masih belum berasa pengaruh obat itu”, demikian ia menceritakan pengobatan yang diusahakan saat itu. “Ya sudahlah Yuk, memang kau pun waktu berangkat udah gak terlalu sehat, trus nyampe di Jakarta harus ngurusin orang yang sakit, gak tidur, gak istirahat. Wajar kalo badanku gak kuat dan akhirnya kau pun ambruk seperti sekarang ini. Sekarang, ambil waktu untuk benar-benar istirahat, minum banyak air mineral, kalau memungkinkan minum madu. Makan juga papaya supaya menolong membuang angin di perut lewat buang hajat. Semoga lekas sembuh ya, kami doakan di rumah”, demikian aku menganjurkannya untuk istirahat total.
Allah yang menciptakan sungguh tak terbatas dalam akal budi dan kemampuannya. Ia mengetahui jauh lebih baik terhadap diri kita dibanding kita sendiri. Tidak heran, mengapa Allah melalui Yesus Kristus, menciptakan dunia ini dan segala isinya selama enam hari dan menetapkan hari ketujuh, yakni hari Sabat sebagai hari istirahat, hari untuk mengumpulkan kembali energi yang telah hilang selama enam hari kita telah beraktifitas untuk mencari nafkah, lalu beristirahat. Memaksakan tubuh kita bekerja selama tujuh hari akan mengundang penyakit bernaung di dalam tubuh kita. Mari beristirahat sejenak, bersyukur melalui penyembahan kita kepada-Nya yang telah menjadikan dan menebus kita. Sudahkah anda menyediakan satu hari, yakni hari ketujuh, hari Sabat untuk dijadikan sebagai hari istirahat? Tuhan Memberkati Kita. Amin.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: