“Selamat siang brother. Mengikuti kebaktian di jemaat mana hari ini? Kami berada di MT Haryono sekarang”, salah seorang saudara sekaligus sahabat kami dari kota lain bertelepon dan membangunkan tidurku pada siang itu. Berbicara beberapa menit melalui pesawat telepon, “Oke broer, nanti sore kita ketemuan. Aku akan jemput kalian biar kita makan malam bareng”, aku memastikan kepadanya untuk menjemput mereka dari penginapan sore harinya. Rupanya ia datang bersama dengan seorang sahabat dan kakak kelas saya ketika di kampus, yang saat ini sedang bertugas sebagai salah satu pimpinan departemen di organisasi gereja kami. Senang rasanya dapat bertemu dengan para kawan lama.
“Saya sudah di pelataran parkir Broer”, informasi ini ku sampaikan lewat telepon singkat. Kami pun segera beranjak dari lokasi menuju ke salah satu pusat perbelanjaan yang ramai dikunjungi orang karena letaknya yang strategis di antara gedung perkantoran. Dalam perjalanan menuju ke lokasi pusat perbelanjaan tersebut kami pun melewati salah satu hotel bintang lima yang terkenal cukup mahal dan mewah berada di dekat lokasi perbelanjaan itu. “Itu namanya hotel ‘X’ kan Broer?” tanya saudara saya. “Ya”, jawabku spontan. “Emangnya ada apa Broer?” tanyaku penasaran memastikan apakah dia ada pengalaman dengan hotel itu. “Oh, gak. Aku hanya teringat beberapa waktu lalu satu keluarga, beragama yang sama dengan kita, tinggal di kota yang sama dengan kami, memberikanku sebuah tiket dan sejumlah uang untuk menghadiri pernikahan anaknya di hotel tersebut. Yang mengherankanku ketika tiba di acara tersebut, acara resepsi pernikahan itu hanya di hadiri oleh beberapa orang saja yang jumlahnya tidak lebih dari sepuluh orang. Lebih mengherankan lagi, putri beliau yang masih sangat muda dan berusia kira-kira 19 tahun itu menikah dengan orang yang sudah sangat tua namun memiliki harta yang banyak dan tidak satu iman.”, ia menjelaskan kejadian saat itu.
“Gak heranlah Broer, ada banyak orang tua saat ini yang lebih mengutamakan harta, kedudukan dan jabatan sehingga tidak menjadi soal dan dianggap perkara yang gampang untuk mengorbankan iman dan kepercayaan demi harta segudang”, aku berkomentar. Itulah kenyataan hidup saat ini sama seperti kenyataan hidup yang terjadi pada masa bangsa Israel dahulu kala. Akhan bersama keluarganya bahkan harta bendanya tidak akan dimusnahkan sekiranya Akhan sendiri tidak tergiur dengan harta yang bukan miliknya. Namun akibat perbuatan Akhan semata, keluarganya pun turut menjadi korban ketamakannya. Jenis-jenis ketamakan apakah yang sedang kita pelihara saat ini, baik sebagai suami maupun isteri yang dapat membahayakan kelangsungan hidup kerohanian keluarga kita masing-masing? Mari kita selidiki hati kita masing-masing, berdoalah memohon kekuatan dan pengampunan dari Allah. Biarlah perjalanan kehidupan rohani kita dapat terpelihara tetap setia hingga Maranatha. Amin.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: