Aku dilahirkan sebagai anak sulung dari pasangan ayah dan ibuku. Saat aku bayi hingga usia balita, aku cenderung lebih banyak menikmati perawatan dari kakek dan nenekku karena aku memiliki seorang adik yang memiliki jenis kelamin yang sama dengan aku dengan jarak umur yang tidak terlalu jauh berbeda. Persisnya, aku hanya satu tahun dan tujuh bulan berbeda usia dengan adikku. Hari demi hari berlalu bahkan tahun berganti tahun, aku dan adikku pun bertumbuh bersama-sama. Kami termasuk anak yang beruntung, sebab di samping mendapat perhatian dari ayah dan ibu, kami mendapatkan perhatian dan kasih saying dari banyak orang teristimewa kakek dan nenek serta kakak dan adik ibu saya. Lazimnya seorang bayi yang berjenis kelamin wanita, memiliki banyak boneka adalah suatu kebahagiaan tersendiri. Tidak heran, hari-hariku ku lalui dengan boneka yang beraneka ragam mengelilingiku.
Berjalannya waktu akhirnya sering membuatku tidak nyaman bahkan tidak jarang harus memendam perasaan kecewa bahkan marah. Bagaimana tidak, keadaan itu lama-kelamaan sering menimpa diriku. Teristimewa ketika aku asyik bermain dengan boneka kesayanganku, saat yang sama adikku meminta boneka kesayanganku walaupun ia sesungguhnya sedang asyik dengan boneka lain yang dimilikinya. Dasar adik, dengan rengekan yang berkepanjangan didukung oleh keegoisan sebagai anak bayi yang lebih muda, satu hal yang dapat ku lakukan adalah ‘mengalah’ dan ‘mengalah’ terus dengan menyerahkan boneka kesayanganku padanya. Hal ini sering membuatku merasa jengkel bahkan geram kepada adikku serta merasa kesal kepada kedua orang tuaku pada saat yang sama. Kedua orangtuaku selalu berkata, “Kamu sebagai kakak, harus mau dong mengalah sama adik. Itu buktinya kamu sayang adik. Kalau adiknya nakal, kakak harus beri pengertian sama adik supaya dia lama kelamaan mengerti.”
Kini aku berpikir, mungkin orang tuaku sedang mengajarkan aku agar sanggup menjadi orang yang mau mengalah untuk menang, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, sebab teladan hidup seperti inilah yang telah diajarkan oleh Yesus semasa hidupnya di atas dunia ini. Bahkan ketika Yesus di cerca, di caci maki dan disiksa, tidak sepatah kata hujatan pun keluar dari mulut-Nya. Lebih mengharukan ketika kita membaca cerita lewat Alkitab, ketika saat-saat terakhir Yesus sebelum menghembuskan nafasnya di salib golgota, Ia pun bahkan berdoa meminta keampunan dosa bagi para penjahat yang menyiksa dan menyalibkan-Nya. Sebagai umat Kristiani, kemenangan Kristen satu-satunya adalah di saat kita sanggup untuk berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepada kita; mengampuni orang yang berbuat salah kepada kita; mengasihi musuh bahkan mendoakan mereka dan berbuat baik kepada mereka. Allah menolong masing-masing kita untuk dapat berdiri teguh sebagai anak-anak Allah yang menghidupkan firman-Nya. Amin.
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini: