Kejadian 42:38, “Tetapi jawabnya: “Anakku itu tdak akan pergi ke sana bersama-sama dengan kamu, sebab kakaknya telah mati dan hanya dialah yang tinggal; jika dia ditimpa kecelakaan di jalan yang akan kamu tempuh, maka tentulah kamu akan menyebabkan aku yang ubanan ini turun ke dunia orang mati karena dukacita.”
“Papi, kami libur selama seminggu”, anak kami yang tertua datang menghampiri saya. “Kok bisa? Libur apaan, nak?” tanyaku ingin tahu alasannya. “Kan anak-anak kelas tiga pada ujian nasional, jadi kami diliburkan selama seminggu”, jelasnya kepadaku. “Aku boleh gak besok jalan sama-sama teman-teman ke Pondok Indah Mal, daripada bengong di rumah aja?” ia berusaha memohon ijin dari saya sambil membujuk. Saya percaya sebagaimana lazimnya orang tua yang lain juga, tentunya ada banyak pertanyaan yang kita lontarkan untuk memastikan ia pergi bersama teman-teman yang baik.
“Ya udah, kakak boleh pergi sama teman-teman, tapi pulangnya Papi akan jemput kamu. Hari ini Papi kebetulan ada kerjaan di sekitar wilayah yang sama, jadi kita bisa pulang bareng.” Aku pun memberikan ijin sambil menyerahkan beberapa lembar uang untuk ia simpan barangkali ia ingin membeli sesuatu bersama teman-temannya. Waktu pun berlalu tanpa terasa, jarum jam menunjuk di angka 4 pada sore hari ketika anak kami bertelepon kepada saya, “Papi, kakak sekarang sedang ada di Mal Taman Anggrek, kami gak jadi ke Pondok Indah.” Hati saya terasa kaget, kenapa tiba-tiba lokasi mereka berpindah. Sambil pikiran merasa tidak tenang, saya memberikan beberapa arahan termasuk untuk berhati-hati dan jangan terpisah dari teman-teman. Jam demi jam berlalu anak kami belum kunjung tiba di rumah sementara telepon genggam yang ia miliki pun tidak dapat dihubungi.
Khawatir bercampur kesal, usaha demi usaha saya dan istri lakukan agar dapat berkomunikasi dengannya. Namun hati terasa tenang, karna kami pun akhirnya dapat bertemu dengan putri kami walau sudah pukul Sembilan lewat tiga puluh menit pada malam hari itu. Dapat dimengerti perasaan kasih sayang dan kekhawatiran Yakub, sang ayah untuk tidak mau kehilangan anak dari istri yang dia kasihi yang kedua kalinya. Ia tidak rela kehilangan Benyamin pasca kehilangan Yusuf kakaknya. Allah yang menyelematkan kita jauh lebih tidak rela jikalau penebusan Yesus sia-sia begitu saja oleh sebab manusia yang telah ditebus-Nya itu akhirnya memilih jalan kebinasaan karena pilihannya sendiri. Ia begitu mengasihi kita, sehingga segala upaya Allah lakukan demi memastikan kita sedang berjalan mengikuti petunjuk arah yang Ia telah tawarkan kepada kita. Akankah kita memilih hilang dari lingkaran keluarga sorga atas pilihan kita sendiri, atau kita akan menghargai keselamatan yang telah dianugerahkan kepada kita melalui penurutan kita kepada-Nya?
Mari Kita bagikan Roti Pagi ini kepada sahabat Kita dengan menggunakan tombol “Tell A Friend” dibawah ini :